"Aku sangat mengenalmu, Galant. Tapi aku tidak tahu mengapa kamu begitu berbeda akhir-akhir ini. Mulai dari tingkah lakumu dan juga yang paling membuatku merasa sangat aneh adalah tubuhmu yang dengan cepat tumbuh melampauiku hanya dalam waktu satu malam. Aku seolah tidak mengenalmu, tetapi aku tahu itu kamu. Perubahanmu sangat tidak nyata, Galant."
Arghi menyelesaikan kalimatnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya membuat kesulitan dalam menarik napas. Laki-laki yang berdiri di depan Arghi sekarang jelas bukan lagi Galant yang Arghi kenal, betapa banyak perubahan yang terjadi pada Galant. Ketika tangan Arghi terangkat dan jatuh tepat di bahu Galant, Arghi sungguh tidak menyangka yang dia sentuh adalah Galant. Bahu itu kokoh dan juga tinggi di balik kaus tipis menyentuh kulit Arghi.
"Bukan hanya kamu, tetapi juga aku. Sungguh Arghi aku tidak tahu mengapa perubahan ini terjadi. Aku tidak melakukan apapun."
Suara Galant menarik kembali perhatian Arghi yang tertinggal. Tangan pada bahu Galant jatuh ketika Arghi merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Hal ini menjadi salah satu kekhawatiran Arghi timbul, apa yang dilakukan oleh Galant baru-baru ini terhadap Arghi adalah sebuah kesalahan. Arghi tahu ke mana arah itu nantinya jika Arghi hanya berdiam diri.
Arghi bukanlah salah satu orang lurus dan merasakan dengan baik bagaimana hal ini di masa yang akan datang akan menyulitkannya dan mendapatkan pandangan buruk, maka Arghi hendak menghentikannya. Dia tidak ingin Galant mendapatkan perlakuan serupa yang Arghi terima kala itu.
"Galant, tidakkah apa yang kamu lakukan sekarang adalah sebuah kesalahan?" Arghi mendorong Galant ketika kepala Galant telah berada di lehernya kembali, mengendus di sana membuat Arghi seketika bergidik. Ada yang salah dari Galant, Arghi yakin itu.
"Arghi, aku tidak tahu." Suara Galant pelan dan sekali lagi Arghi kembali masuk ke dalam pelukan yang Galant buat. Mungkin saja Galant tidak tahu dan Arghi menganggap apa yang Galant lakukan berlebihan, Galant adalah laki-laki lurus sementara Arghi tidak seperti Galant dan Arghi yang terlalu berpikiran sempit terhadap Galant sekarang.
"Galant, aku harus ke kamarku untuk mandi," kata Arghi mengurai pelukan Galant dengan mengeluarkan sedikit tenaganya. Namun, bukannya Arghi dapat lepas begitu saja Galant justru telah mencengkeram pergelangan tangan Arghi untuk menahannya pergi. Tangan yang melingkar itu terasa lebih besar dari milik Arghi sendiri dan entah mengapa sedikit ketakutan merangsek masuk ke dalam dada Arghi sekarang.
"Arghi, jangan marah."
Alis Arghi terangkat mendengarnya dan dia memiliki keinginan untuk melihat wajah Galant sekarang jika dia mampu melakukannya. "Mengapa? Sesuatu terjadi?"
"Tidak ada." Hanya kalimat singkat itu yang dia dapat dari Galant. Arghi bungkam menunggu jika Galant mengatakan selanjutnya, tetapi tidak ada apapun, hanya ada keheningan yang menemani mereka berdua. Arghi tidak tahu apa yang sedang Galant pikirkan sekarang di mana cengkeraman pada pergelangan tangan Arghi semakin mengerat.
"Galant biarkan aku pergi sebentar," pinta Arghi dengan perlahan tidak ingin membuat Galant menjadi tak nyaman.
"Arghi," panggil Galant dengan suaranya yang memberat. Arghi menjadi gelisah, tetapi dia tidak melakukan apapun, justru membiarkan Galant mengatakan yang hendak dia lakukan. Pada akhirnya Galant kembali berbicara, "Arghi aku tahu kamu mungkin tidak akan mengatakan apapun yang terjadi kemarin tentang orang asing itu dan juga aku tidak akan memaksamu. Tapi jika orang itu adalah bagian buruk dari masa lalumu membuatmu selalu mengingatnya, aku mohon katakan padaku."
Arghi terdiam dan tidak bisa mengatakan apapun lagi, pikirannya kembali pada saat di mana masa-masa ketakutannya yang begitu mencekam timbul kembali ke permukaan terluar pikirannya. Dia tidak akan mungkin melupakan hal-hal yang begitu membekas di hatinya walaupun itu semua terjadi telah jauh bertahun-tahun lamanya, akan selalu ada ruang yang penuh di dalam kepala Arghi untuk mengingatnya kembali. Arghi hanya ingin melupakannya dan tidak ingin mengingat apapun lagi yang berhubungan dengan masa lalunya.
Arghi berusaha tersenyum tipis sebagai tanggapan diamnya pada Galant, dia ingin menyampaikan pada Galant bahwa dia tidak perlu merasa khawatir tentang apapun karena yang sedang Arghi alami sekarang adalah urusannya, masalahnya.
"Arghi kamu tidak sendirian, masih ada aku di sini."
Alis Arghi terangkat, dia terperangah dengan keterkejutan yang tak bisa dia tahan. Bukan karena kata-kata yang terucap dari bibir Galant barusan melainkan dari sebuah bibir yang menempel di kening Arghi barusan untuk waktu beberapa detik di kulitnya.
Arghi bahkan telah kehilangan kata-katanya saat ujung kalimat yang hendak dia lontarkan kembali dia telan bulat-bulat. Ini membuat perasaan yang berada di perut Arghi bergejolak, dia tiba-tiba merasakan ketakutan mulai merambat ke sekujur tubuhnya.
Ada dua tangan besar terbentang di kedua sisi kepala Arghi masing-masing, menyebabkan tubuh Arghi menegang dan suaranya tercekat di tenggorokkannya.
Ada suara-suara masuk ke dalam kepala Arghi tanpa dia pinta.
'Aku berharap kamu tidak mempengaruhi dan menularkan Galant untuk menjadi sepertimu, bengkok dan tak tahu malu. Kamu tidak hanya menjadi benalu di hidup mereka, tetapi juga kotoran yang melekat sepanjang waktu. Jika aku jadi kamu aku akan lari dari rumah itu dan membunuh diriku sendiri karena rasa malu.'
Arghi mendorong Galant menjauh, dia bergerak secara otomatis untuk menghindar dan berjalan kembali ke kamarnya di mana itu berada di lantai bawah yang seakan berkilo-kilo jauhnya. Yang berada di dalam pikiran Arghi sekarang adalah menjauh dari Galant untuk sementara saja itu dan membiarkan diri Arghi sendiri tenggelam dalam suara komentar-komentar tak berwajah di dalam pikirannya.
'... aku tahu mengapa Galant tidak berkumpul bersama kami lagi, itu pastinya karena hasutan buruk darimu.'