Chereads / Addicted (IND) / Chapter 24 - 24. Permintaan 2

Chapter 24 - 24. Permintaan 2

"Lihat, cepat atau lambat aku juga akan merenggut penglihatan darimu." Galant bergumam pada dirinya dengan lontaran kemarahan yang menguar tak terkendali. Dia menghirup oksigen dan menjejalkan ke setiap rongga paru-parunya, menahan hasrat untuk terus mengejar.

Kali ini Galant membiarkan pria itu lari dari cengkeramannya, tetapi lain kali Galant tidak akan membiarkan pria itu untuk lepas menghirup udara bebas. Galant mengira pria yang telah membuat Arghi menjadi seperti ini telah berada di balik jeruji besi, tetapi nyatanya pria itu masih berkeliaran bebas layaknya tak terjadi apa-apa.

Sekali pandangan tajam ke sudut gang kecil di antara bangunan-bangunan tinggi, Galant berdecih dan meninggalkan tempat itu. Dia mengingat dengan jelas aroma pekat yang menusuk dari orang itu yang membasahi penciumannya dan tercetak di dalam pikiran Galant untuk rencana-rencana yang mulai dia susun di dalam kepalanya.

***

Galant berjalan mendesak masuk ke dalam rumahnya, dia seketika merasakan kesedihan melingkupi udara dengan cara yang tidak Galant ketahui. Di alam pikiran Galant sekarang Arghi adalah salah satu orang yang menjadi titik fokus Galant sukses menyebabkan Galant gelisah di setiap langkahnya.

"Arghi!" Galant berteriak memanggil Arghi yang tidak ditemukan di kamar lantai bawahnya. Genggaman tangan Galant mengerat dan perasaan amarah tiba-tiba datang saat dia mengingat kembali jika ada Reiki yang pasti ikut terlibat di dalamnya.

Tidak peduli bahwa Reiki adalah teman Arghi, jika dia berani menyakiti Arghi maka Galant tidak akan diam saja.

Arghi melihat ke setiap sudut lantai bawah, tidak menemukan Arghi di sana. Maka dia naik ke lantai atas dengan terburu-buru langsung menerobos masuk ke pintu kamar Arghi yang rupanya tidak terkunci.

Ketika dia melihat punggung Arghi menghadapnya di balkon, Galant seketika merasa seolah-olah seseorang tengah menyiram sekujur tubuhnya dengan es. Merasakan perasaan lega yang menjalar ke setiap inci dada Galant yang berdenyut. Ketakutan datang sebelumnya tatkala pikiran buruk yang melekat di dalam kepala Galant tentang Arghi yang meninggalkan rumahnya meninggalkan Galant sendirian. Memikirkan hal seperti itu membuat Galant tidak dapat berkata-kata, jika Arghi benar-benar meninggalkan Galant, dia tidak akan tahu apa yang harus Galant lakukan di masa depan.

Galant mengerjap untuk beberapa saat menarik kesadaran penuhnya pada Arghi yang jauh dari jangkauan Galant. Dia tetap diam untuk beberapa saat di ambang pintu untuk lebih memastikan apakah yang tengah berdiri di sana adalah memang Arghi ataupun hanya ilusinya.

Namun, Galant menyadari ini bukanlah ilusinya saat dia menghirup udara dalam-dalam. Dia seolah melayang menuju Arghi hingga dia berhenti tepat di sebelahnya, Arghi tampaknya masih belum menyadari kehadiran Galant di sebelahnya.

"Arghi?" panggil Galant pelan yang langsung mendapati tanggapan dengan kepala Arghi yang menoleh ke arahnya. Namun, Galant tahu ada yang salah dari Arghi ketika Arghi bahkan tidak mengatakan apapun setelah kedatangan Arghi.

"Arghi ada apa? Sesuatu yang salah?" tanya Galant melingkarkan jemarinya pada bahu Arghi lembut. Arghi tidak menjawab, wajah yang dia buat sama sekali tidak mengekspresikan apapun dan terlalu datar.

"Arghi, apakah Reiki melakukan sesuatu padamu?" tanya Galant kembali sedikit mengguncang pelan tubuh Arghi.

"Galant, bagaimana kerja kelompoknya?"

Galant mendengus dengan pertanyaan Arghi yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang Galant tanyakan sebelumnya. Arghi berkedip pelan menunggu jawaban Galant dan mengabaikan sepenuhnya pertanyaan-pertanyaan yang terlontar lebih dahulu dari Galant.

"Kamu melakukannya lagi," desah Galant dengan matanya yang tidak lepas untuk menatap wajah Arghi yang berada di hadapannya. Beberapa waktu yang lalu Galant lah yang berada di posisi Arghi sekarang, dengan Galant terus mencari jawaban ketika dia harus terpaksa berbohong setelah berkelahi di sekolah. "Kamu mengalihkan pembicaraan. Aku hanya ingin tahu, Arghi."

"Tidak ada yang terjadi, Galant."

"Jika tidak ada yang terjadi, kenapa kamu ke kamar ini lagi? Di mana Reiki, bukankah dia telah berjanji untuk berada di sini sampai aku kembali?"

Galant melihat masing-masing sudut bibir Arghi yang terangkat. Itu palsu. Galant sangat mengetahui tentang kepalsuan yang tengah dibuat oleh Arghi saat ini.

"Dia tidak ingin pulang sebenarnya Galant, tetapi aku menyuruhnya pulang karena sepertinya ada hal yang lebih penting untuk dia lakukan. Dia hanya tidak tahu caranya berbicara padaku."

Galant tahu itu pasti memang kebenarannya, akan tetapi Arghi tidak mengatakan semuanya. Mengapa terlalu banyak hal yang Arghi tutupi darinya? Bukankah mereka hanya memiliki satu sama lain sekarang?

Tangan Galant merosot dari pundak Arghi dan jatuh ke sisi tubuhnya, dia jelas kecewa. Namun, apalagi yang bisa dia lakukan selain menerimanya.

"Baik. Kita harus ke bawah, Arghi. Aku membawa roti isi keju kesukaanmu yang masih hangat."

Galant seketika menoleh ke pergelangan tangannya yang digenggam oleh Arghi, kepala Galant menunduk untuk melihat wajah Arghi lebih jelas yang sekarang keningnya tengah berkerut. Kemudian Arghi berkata dengan pelan, "Terlepas dari perubahan fisikmu, aku berharap kamu masih Galant yang sama."