Chereads / Addicted (IND) / Chapter 23 - 23. Permintaan 1

Chapter 23 - 23. Permintaan 1

"Jadi, mengapa?"

Arghi merasakan tenggorokannya mengering detik itu juga setelah mendengar pertanyaan singkat itu yang keluar dari bibir Reiki. Dia tidak tahu ekspresi apa yang tengah dia tunjukan pada Arghi sekarang, apakah itu tampilan dari rasa kasihannya? Atau sesuatu yang lain? Arghi tidak dapat melihat itu.

Arghi memilih diam untuk sementara waktu, rasanya sangat sulit untuk kembali mengulang momen buruk itu kembali berputar di dalam kepala Arghi dan menari-nari mengejek Arghi atas ketidakberdayaannya. Merasakan bagian dalam perutnya seolah teraduk untuk mengeluarkan kembali isi perutnya, tangannya terangkat ke mulut untuk menekan lebih kuat di sana.

Sebuah sentuhan di belakang punggung Arghi membuatnya tersentak kaget dengan tubuhnya yang menegang. Arghi kembali rileks menyadari itu bukanlah sebuah bahaya dari hal-hal yang dia takutkan terjadi, dan di mana sentuhan itu menetap di sana menyalurkan rasa hangat yang menjalar ke sekujur tubuh Arghi.

"Maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku akan menyingkirkan itu." Reiki berkata di sebelahnya, telapak tangan Reiki yang telah menempel di atas punggung Arghi bergerak lembut naik turun dan Arghi merasa dia benar-benar membenci dirinya sendiri.

Arghi sebenarnya ingin mengatakan banyak hal yang sudah berada di ujung lidahnya, akan tetapi itu tampaknya seperti Arghi akan memuntahkan batu dari dalam lambungnya. Apapun yang terjadi pada dirinya, itu adalah masalah Arghi sendiri dan Arghi tidak bisa melibatkan Reiki untuk turut serta masuk ke dalam kubangan lumpur yang telah Arghi ciptakan sendiri.

Jika saja Arghi mendengarkan Galant saat itu. Mendengarkan Galant untuk tidak turun menghadapi pencuri itu layaknya seorang pahlawan, maka Arghi tidak akan mungkin kehilangan penglihatannya dan juga dia tidak akan menjadi benalu bagi hidup Galant.

"Jangan," kata Arghi menegakkan punggungnya. Dia tidak pernah merasa lebih rentan dengan perasaan malu yang melingkupinya di bandingkan sekarang tepat di dekat Reiki. Arghi kemudian melanjutkan, "Jangan meminta maaf. Kamu tidak membuat kesalahan apapun, Reiki."

Ada hembusan napas pelan menyapu leher Arghi hingga sampai sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Reiki sepenuhnya bersandar pada Arghi menempel kepalanya pada bahu Arghi, lantas dia berkata dengan gumaman pelan, "Sudah berapa lama tepatnya, kita tidak duduk berdua ataupun menghabiskan waktu seperti ini?"

Tidak. Reiki seharusnya tidak kembali mengingat masa-masa itu lagi. Memikirkan hari-hari baik Arghi rasanya seperti ilusi di masa lalu dan hal itu tidak pernah terjadi hanya sebuah bunga tidur. Arghi mendapati dirinya menutup mata karena tiba-tiba merasa sangat lelah hanya untuk membuka kelopak matanya dan tidak mendapati apapun yang bisa melihat dengan kedua bola matanya.

Namun, di balik itu semua Arghi masih mengusahakan dirinya untuk membentangkan sebuah lengkungan di setiap sudut bibirnya. "Mungkin telah berabad-abad lamanya dan aku telah ditumbuhi oleh lumut."

"Jadi, kamu menungguku?" Reiki bertanya dengan nada humor yang memenuhi kalimatnya dan Arghi tidak bisa menahan senyum lebih lebar lagi dari ini.

"Kamu harus bangun dari mimpimu."

"Aku bertanya-tanya tentang Galant, mengapa dia begitu cepat tubuh melampaui kita. Apakah kamu memberinya makan atau sesuatu?"

Arghi terkekeh walaupun dia tidak tahu pasti bagaimana perubahan yang terjadi pada Galant selain tinggi badannya yang bertambah dan juga tingkahnya semakin aneh terhadap Arghi. "Jika aku bisa melakukannya, tentu saja aku akan melakukannya pada diriku sendiri."

"Jangan, aku lebih menyukai kamu seperti ini."

"Reiki, setelah pergi ke lain negara begitu lama, mengapa kamu tidak membawa atau menceritakan seseorang padaku sekarang? Aku akan mendengarkannya penuh minat."

"Apa yang katakan barusan?"

Senyum Arghi seketika luntur dari wajahnya dan juga dia telah kehilangan kehangatan dari beban di pundaknya. Dia merasakan tatapan Reiki yang mengarah Arghi, bukannya dia mengatakan hal barusan tanpa makna. Reiki berada di tempat berpuluh-puluh kilometer jauhnya dari Arghi dan mereka berdua telah sepenuhnya berpisah dan berhubungan seperti layaknya teman biasa adalah hal yang tidak mungkin jika Reiki hanya menikmati dirinya sendiri selama itu.

"Apakah itu kamu?" Nada Reiki berubah begitu banyak dari sebelumnya membawa getar pelan yang di kulit Arghi.

Arghi tidak berusaha untuk menjawab ataupun menangkal apapun yang Reiki tanyakan padanya. Sejak ayah Galant menghabiskan banyak waktu di rumah sakit, Arghi sudah tidak punya waktu untuk dirinya sendiri dalam hal-hal seperti itu. Dia hanya fokus dengan bagaimana Galant tidak merasa khawatir dan kesepian sepanjang waktu dan Arghi juga harus ada di sekitar Galant ketika ayahnya meninggal.

"Jadi benar?" tanya Reiki kembali.

Arghi tidak mengharapkan percakapan keras seperti ini, dia hanya menginginkan agar Reiki memahami bahwa Arghi tidak apa-apa jika Reiki memiliki orang lain dan bahwa mereka memang telah selesai.

"Kamu tahu Arghi, bahwa selama aku jauh darimu sungguh aku tidak bisa melihat orang lain seperti aku melihatmu selama ini. Jadi, bagaimana aku bisa? Bagaimana aku bisa beralih?"

Ada jeda di antara mereka yang Arghi menerka-nerka apa yang tengah ada di dalam kepala Reiki sekarang. Arghi juga memblokir semua perasaan apapun yang akan mengembang di dadanya karena ucapan Reiki barusan, dia hanya merasa semua itu tidak pantas untuknya. Arghi seolah ditarik kembali dalam kenyataan ketika mendengar suara batuk kecil dari Reiki yang mengagetkan Arghi.

"Baik, mari kita lupakan itu," kata Reiki sambil menghela napas dan Arghi merasakan bahwa Reiki bersandar di sofanya. Ada kecanggungan pada mereka berdua, Arghi mengabaikan itu sehingga dia membuka matanya kembali.

Tangan Arghi terangkat menyeka rambutnya ke samping, tetapi tampaknya itu tidak akan mudah di mana rambutnya akan kembali pada tempat sebelumnya. Arghi terdiam kala sebuah tangan melingkupi pergelangan tangan Arghi untuk menghentikannya bergerak terus menerus.

"Aku tahu kamu tidak nyaman, apakah aku bisa membantumu untuk memotongnya?" tanya Reiki membenamkan jemarinya pada helai-helai rambut Arghi.

"Tidak, Galant melarangku untuk melakukan itu," kata Arghi yang kali ini menjadi lebih santai dari sebelumnya.

"Kamu tidak perlu menuruti apa yang Galant inginkan Arghi. Jika itu tidak membuatmu nyaman ataupun membuatmu lebih baik, maka jangan lakukan."

Arghi tahu itu, tetapi...

Tetapi apa? Arghi sendiri tidak tahu itu.

"Tidak apa-apa, itu tidak menggangguku."

Reiki menghela napas singkat di sebelahnya, Arghi mengikuti Reiki dengan bersandar di sebelahnya.

"Kamu seharusnya tahu, Galant bukan lagi anak-anak. Kamu juga tidak bisa harus menuruti apa yang Galant inginkan jika itu tidak seharusnya terjadi." Reiki berkata dengan kata-kata yang langsung tidak disetujui oleh Arghi.

"Balas budi? Tanggung jawab?" tanya Reiki yang membuat Arghi sukses mengunci bibirnya rapat-rapat. Dia tidak mengira ada begitu banyak perubahan dari sifat Reiki setelah sekian lama Arghi tidak bercakap dengan benar.

Namun, Arghi tetap berkata, "Ada apa denganmu, Reiki? Apa yang bisa aku lakukan untuk Galant ketika aku bahkan tidak dapat melihat? Jika itu balas budi lantas mengapa? Tidak mengapa jika Galant meminta ini dan itu, aku hanya tidak tahu dengan cara apa lagi aku membalas kebaikan dia dan keluarganya."

"Bahkan jika dia meminta kamu di ranjangnya?"