Galant melihat ke arah cermin setelah selesai mandi dan pada pantulan cermin dia mendapati bahwa ada banyak perubahan yang terjadi pada tubuhnya saat ini. Tidak hanya Galant yang bertambah tinggi, dia juga merasakan bahwa otot-ototnya mengerat dan bertambah. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah pertumbuhan Galant sekarang begitu cepat hanya memakan waktu semalaman. Itu sungguh tidak masuk akal bagi Galant saat ini sambil memandangi dirinya sendiri di depan cermin, hingga dia sendiri lupa telah berapa lama dia berada di sini sekarang.
Galant sangat yakin dengan dirinya sekarang bahwa Galant akan lebih tinggi dari Arghi, hingga dia tidak bisa menahan godaan untuk melirik ke arah ranjang di mana Arghi tidur dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Galant menarik napasnya dalam-dalam memberikan oksigen masuk ke rongga paru-parunya sekaligus menggelitik perut Galant yang terasa berkali-kali lipat menyegarkan daripada pagi-pagi sebelumnya. Dia harus bertepuk tangan untuk dirinya sendiri pada malam yang panjang hanya beberapa senti dari Arghi membiarkan tangannya tetap pada pinggang Arghi dan tidur seperti tidak terjadi apa-apa walaupun tubuhnya bergejolak dengan berapi-api.
"Galant? Apakah kamu ada di kamar?" Suara Arghi seketika mengejutkan Galant dari lamunan panjang Yang telah dia ciptakan. Matanya fokus menatap Arghi yang duduk menyibak selimutnya sambil meraba pada kasur di sebelahnya membuat perasaan tidak nyaman datang tiba-tiba pada Galant.
Galant masih menutup mulutnya rapat-rapat dan untuk sementara hanya memperhatikan apa yang tengah Arghi lakukan sekarang. Arghi kemudian kembali memanggilnya yang menggunakan nadanya yang rendah. "Galant? Apakah kamu di sini? Galant?"
Galant melihat bagaimana Arghi bangkit dari duduknya perlahan-lahan yang sukses menyebabkan dirinya menahan napas saat itu juga dengan aroma kuatnya yang semakin berhembus masuk ke indera penciuman Galant saat ini.
"Aku seharusnya tidak tidur di kamar Galant," gumam Arghi yang menyebabkan perasaan kecewa datang dari Galant. Dia hanya diam memperhatikan bagaimana Arghi berjalan sambil meraba dinding-dinding menuju ke arah kamar mandinya.
Suara keran air datang dari sana ketika Arghi membasuh wajah dengan aliran air yang ditampung pada tangannya, dan Galant tidak bisa menahan diri lagi untuk berpura-pura bahwa dia tidak berada di sini melihat aktivitas yang dilakukan Arghi sekarang. Maka Galant datang melesat ke kamar mandi dan langsung melingkarkan salah satu lengannya pada pinggang Arghi yang seharusnya hal ini bisa dianggap normal.
"Galant?" Suara Arghi terdengar goyah dengan tubuhnya yang menegang di dalam rangkulan Galant.
Galant cepat-cepat berkata tidak ingin membuat Arghi semakin terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. "Arghi ini aku."
Tubuh Arghi menjadi rileks dan dia menyadarinya ataupun tidak sedikit bersandar pada Galant yang sekarang tengah berdiri di belakangnya. "Galant, lain kali jangan mengagetkanku lagi."
Dia tiba-tiba saja merasakan rasa senang yang membuncah di dadanya saat melihat dan menyadari perubahan yang terjadi pada mereka berdua. Ini membawa perasaan kuat untuk melindungi Arghi menjadi lebih besar lagi, dahulu Arghi adalah orang yang melakukannya dengan berdiri paling depann untuk melindungi Galant dari berbagai masalah yang dia buat dengan ceroboh. "Maaf Arghi."
"Tidak perlu meminta maaf untuk hal kecil seperti itu, Galant." Arghi tertawa kecil di ujung kalimatnya sambil menyikut perut Galant. Kemudian dia kembali berbicara dengan nadanya yang mengabur, "Kamu terasa berbeda."
Tangan Galant terangkat mengusap-usap belakang lehernya dengan tidak nyaman, bagaimana pun dia sendiri bingung ingin mengatakan hal seperti ini pada Arghi sementara Galant sendiri tidak tahu hal ajaib apa yang sedang terjadi pada dirinya ini. Mata Galant bergulir menatap pantulan dirinya dan juga Arghi di cermin dan dia tidak bisa menahan diri untuk merasa sedikit tersipu melihatnya, Galant menarik napas panjang yang langsung dia sesali saat dia justru mencium aroma itu yang membuatnya candu.
"Galant, apa yang kamu lakukan?" Arghi tiba-tiba berteriak dengan suaranya yang tercekat.
Hingga membuat Galant sadar telah menekan Arghi ke wastafel dan dengan dirinya sendiri menempelkan wajahnya pada perpotongan leher Arghi. Galant bangkit mundur dengan memandang Arghi tidak percaya. Dia mengerjap untuk beberapa saat dari detik-detik yang membuat dirinya tidak menyadari atas apa yang telah dia lakukan pada Arghi. Seolah tubuhnya bergerak tanpa kendali, sekarang Galant hanya merasakan rasa panas membakar pada tubuhnya menyebabkan dirinya tidak nyaman ketika untuk jarak yang dia ambil dari Arghi. Galant merasakan dorongan yang begitu kuat untuk menempelkan tubuhnya pada sekujur tubuh Arghi sekarang juga jika saja dia tidak melihat ekspresi yang tercetak di wajah itu sekarang.
"Arghi, maaf. Aku bersumpah aku sendiri tidak tahu dengan apa yang telah aku lakukan padamu," kata Galant bersungguh-sungguh dengan kalimatnya. Dia menggosok lengannya menahan diri untuk tidak mengulurkan tangannya untuk membuat Arghi berbalik menghadapnya sekarang.
Galant mendapatkan jawaban dari anggukkan singkat dari Arghi yang saat ini berbalik menghadap Galant sepenuhnya seperti yang diinginkannya. "Galant, kamu sekarang telah tumbuh besar. Aku telah menyarankanmu untuk mencari seorang pacar, kamu sedikit tersesat sekarang. Keluarlah hari ini untuk bertemu teman-temanmu, kamu sudah lama tidak melakukannya akhir-akhir ini. Aku tahu mereka pasti mengkhawatirkanmu."
Galant berpikir bahwa dia tidak cukup peduli sekarang untuk melakukan seperti yang Arghi katakan sekarang. Ketika orang yang berada di depannya ini menjadi salah satu titik fokus utama bagi Galant untuk tidak berpaling pada hal-hal lainnya.
"Aku tidak bisa," kata Galant menanggapi, dia merasakan bahwa lehernya terasa kering dan dia memerlukan beberapa teguk air untuk membasahinya membuat sedikit pikirannya terasa jernih.
"Kenapa?" Alis Arghi terangkat di atas matanya yang terasa kosong bagi Galant sekarang, padahal mata itu dahulu begitu berwarna dengan binarnya yang sering timbul dan sekarang tenggelam bersama deritanya.
"Aku tidak bisa meninggalkan kamu sendirian." Bukan hal itu yang ingin Galant katakan sebenarnya, Arghi akan menganggap bahwa dirinyalah penyebab dan juga penghalang untuk bertemu orang-orang luar.
"Aku bukan anak kecil, Galant." Galant tahu Arghi memalsukan senyum itu, apalagi ketika dia melihat jemari Arghi yang saling mengepal di sisi tubuhnya.
"Bukan seperti itu, Arghi."
"Bahwa aku buta? Lemah dan tak berdaya?"
Sungguh Galant sama sekali tidak mengharapkan percakapan ini timbul kembali di antara mereka, dia ingin mengawali hari dengan tenang bukan sebuah perdebatan seperti ini.
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu, Arghi. Kita telah bertahun-tahun bersama, kamu pastinya sangat mengerti aku, kan?"
Tidak ada kata lagi setelahnya, ada jeda panjang di antara mereka sekarang apalagi ketika kepala Arghi tertunduk di depannya.
"Aku sangat mengenalmu, Galant. Tapi aku tidak tahu mengapa kamu begitu berbeda akhir-akhir ini. Mulai dari tingkah lakumu dan juga yang paling membuatku merasa sangat aneh adalah tubuhmu yang dengan cepat tumbuh melampauiku hanya dalam waktu satu malam. Aku seolah tidak mengenalmu, tetapi aku tahu itu kamu. Perubahanmu sangat tidak nyata, Galant."
"Bukan hanya kamu, tetapi juga aku. Sungguh Arghi aku tidak tahu mengapa perubahan ini terjadi. Aku tidak melakukan apapun."