Chapter 19 - Menyebutkan Namamu

"Ella, pergilah ke ruangan Tuan Christian."

Perintah itu membuat wajah Ella memucat. Ia sudah berusaha untuk bersembunyi, tetapi Christian melihatnya!

"Manajer, aku sedang tidak enak badan. Aku berencana untuk pulang." Ella tidak akan membiarkan Christian melihatnya dalam kondisi seperti ini.

Ia bekerja di sebuah bar yang menyediakan jasa untuk 'menyenangkan' para tamunya.

Bagaimana kalau Christian jijik padanya?

Kalau sampai hal itu terjadi, akan semakin sulit untuk mendapatkan bantuan dari Christian!

Ia harus melarikan diri!

Lisa merasa heran dengan penolakan dari Ella. Apakah wanita ini bodoh? Ia melewatkan kesempatan besar yang bisa mengubah seluruh hidupnya!

"Dasar bodoh. Ia tidak tahu apa yang baik dan buruk untuknya," Lisa mendengus. Meski Lisa mengatakannya dengan suara yang pelan, Ella masih bisa mendengarnya.

Namun, Ella tidak peduli. Ia hanya ingin segera pergi dari sana.

Setelah itu, Lisa menoleh ke arah manajernya dan berkata dengan manis. "Manajer, lihatlah. Wanita ini tidak menghargai kebaikanmu. Biar aku saja yang pergi dan melayani Tuan Christian."

Kesempatan seperti ini tidak akan datang setiap hari. Tentu saja Lisa tidak akan melewatkannya seperti wanita bodoh ini!

Namun, manajer tersebut sama sekali tidak tergoda dengan senyum manis Lisa. Ia malah memandang Lisa dengan kesal. "Apakah kamu tidak mengerti aturan di tempat ini? Apakah perlu aku ingatkan lagi? Atau kamu sudah bosan bekerja di sini?" katanya dengan dingin.

Wajah Lisa langsung memucat mendengar teguran tersebut. Ia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aku …"

Manajer tersebut tidak memperhatikan Lisa lagi dan memandang ke arah Ella. "Ella, ikutlah denganku."

Ella dan sang manajer keluar dari ruang ganti karyawan, meninggalkan Lisa yang mengepalkan tangannya dengan erat dengan beberapa wanita lainnya yang terlihat panik dan kebingungan.

Lisa merasa benar-benar marah. Ia hanya pergi beberapa hari, mengapa tiba-tiba saja ada wanita ini di tempat kerjanya?

"Siapa dia?" tanya Lisa pada rekan-rekannya.

"Wanita itu baru bekerja beberapa hari lalu."

"Beberapa hari lalu?" mata Lisa menyipit. Bibirnya menyunggingkan senyum sarkas seolah sedang merencanakan hal-hal kotor.

Sementara itu, manajer bar membawa Ella ke lantai atas. Setelah melewati sebuah koridor yang panjang, ia berhenti di depan sebuah ruangan.

"Tuan Christian menyebutkan namamu secara khusus."

Manajer tersebut tiba-tiba berkata setelah diam sepanjang jalan. Kalimat itu membuat Ella terkejut dan berpikir untuk mengundurkan diri dari tempat tersebut.

Christian sudah terlanjur melihatnya di sana. Apa yang harus ia lakukan?

Manajer tersebut memandang Ella beberapa kali dan berkata, "Manfaatkan kesempatan ini."

Setelah itu, ia membuka pintu untuk Ella dan menyuruhnya masuk. "Masuklah."

Ella menggelengkan kepalanya, hanya bisa memandang pintu yang sedikit terbuka.

Christian bisa menerima kenyataan bahwa Ella telah melahirkan anak dan itu adalah batas terendahnya. Kalau Christian melihatnya bekerja di bar seperti ini …

Ella bahkan tidak berani berpikir apa yang akan Christian katakan untuk mempermalukan dan menghinanya.

Ia berbalik ke arah manajernya dan berniat untuk memohon sekali lagi agar manajer itu tidak menyuruhnya masuk ke dalam ruangan.

"Ella …"

Suara seorang pria tiba-tiba saja terdengar di telinganya. Sebelum ia bisa menjawab, tubuhnya langsung ditarik ke dalam ruangan dengan kasar. Tarikan itu membuatnya kehilangan keseimbangannya dan terjungkal ke belakang.

Pintu yang berada di hadapannya langsung ditutup dengan rapat, sebelum Ella sempat untuk menahannya.

Punggung Ella mendarat di dada yang kokoh dan aroma tembakau yang akrab di hidungnya membuat ia tersadar dengan siapa ia berhadapan saat ini.

Pria yang berada di belakangnya itu merengkuhnya lebih erat dan suaranya yang dingin terdengar di telinganya. "Kamu benar-benar membuatku kecewa," katanya dengan kemarahan di nada suaranya.

Tubuh Ella menegang. Ia membiarkan Christian memeluknya, tidak berani bergerak sedikit pun dan tidak berani mengucapkan satu patah kata pun.

Ia takut sedetik kemudian Christian akan menjatuhkan hukuman mati untuknya.

Merasa tidak puas dengan keheningan yang ia dapatkan, Christian memutar tubuh Ella dan memegang dagunya. "Aku tidak melihatmu selama beberapa hari. Dan sekarang kamu tidak ingin melayaniku? Mengapa? Kamu sudah menemukan pria yang lebih baik daripada aku?"

Memikirkan bahwa wanita yang ada di hadapannya itu sudah menjadi milik pria lain, tanpa sadar tangan Christian memegang dagu Ella lebih erat.

Sebelum Ella memasuki ruangan tadi, ia melihat CCTV di luar ruangan dan tidak melewatkan keengganan yang terpancar di wajah Ella. Wanita ini enggan untuk bertemu dengannya!

Ella membalas tatapan Christian dan menyunggingkan senyum manis di wajahnya, meski sebenarnya jantungnya berdegup dengan kencang. "Mana mungkin ada pria yang lebih baik dibandingkan kamu."

"Aku adalah orang yang gigih. Kalau aku menyetujui semuanya, aku yang akan mati," lanjutnya. Tangannya dengan berani memeluk ke leher Christian. "Tentu saja aku akan menyenangkan kamu juga."

Cahaya di dalam ruangan itu sangat redup. Tetapi ruangan yang gelap itu tidak mengurangi kilau di mata Ella yang indah.

Ia terlihat seperti malaikat kegelapan, membuat Christian tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Christian memandang Ella lekat-lekat, seolah ingin mencari tahu apakah Ella berbohong padanya. Ella tidak mengalihkan pandangannya, membiarkan Christian menatapnya dalam-dalam.

"Sudah beberapa hari aku tidak bertemu denganmu, tetapi kamu masih sama tampannya seperti biasa."

Senyum di wajah Ella terlihat semakin menawan. Tangan Christian bisa merasakan betapa lembutnya tubuh Ella. Pakaian kerja Ella yang cukup ketat membuat mata Christian semakin menggelap.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara rendah.

Ia melihat rok Ella yang hanya menutupi sedikit pahanya, membuat ekspresinya semakin muram.

Apakah wanita ini bekerja di sini untuk menjual dirinya?

"Tentu saja untuk bekerja," Ella menghela napas panjang. "Agar bisa menarik perhatianmu, aku harus bekerja keras."

"Apakah perlu bekerja di tempat seperti ini?"

Ella hanya bisa tersenyum dengan pahit saat mendengar pertanyaan itu. "Di mana lagi aku bisa bekerja? Aku tidak kuliah, hanya lulusan SMA. Pekerjaan bagus apa yang bisa aku dapatkan setelah aku keluar dari rumah sakit jiwa?"

BRAK!

Begitu Ella mengatakannya, Christian langsung mendorongnya ke lantai, membuat wajah Ella memucat. Ia mengerutkan keningnya dengan kesakitan, tetapi tidak berani mengeluh.

Apakah pria ini sudah gila?

Christian menundukkan kepalanya untuk memandang wajah Ella. "Caramu menggoda pria sungguh luar biasa."

Tangan Ella terkepal dengan erat, namun, ia berusaha untuk menahan semua perasaan di dadanya. Ia menahan rasa sakit, rasa malu, rasa penghinaan …

Ia tetap memandang Christian dengan tatapan datar, seolah sama sekali tidak takut dengan kekejaman pria tersebut.

Saat Christian melihat Ella sama sekali tidak bereaksi, tiba-tiba saja kobaran di dadanya memuncak.

Ia menyeret Ella dari lantai. "Bukankah kamu ingin menjadi wanitaku? Bagaimana kalau aku memuaskanmu keinginanmu?"