Chereads / Balas Dendam Yang Sempurna : Wanita Simpanan Sang CEO / Chapter 24 - IQ-ku Tidak Serendah Itu

Chapter 24 - IQ-ku Tidak Serendah Itu

"Kalau begitu, biar aku tanya padamu. Kalau memang kamu yang paling cantik di sini, kalau memang kamu yang paling hebat di sini, mengapa Christian tidak memilihmu? Mengapa Christian malah memilihku?"

Wajah Lisa memucat saat mendengar kata-kata Ella. Setelah itu, ekspresinya berubah menjadi penuh rasa malu dan kemarahan.

Orang baru yang baru saja bekerja beberapa hari saja di tempat kerjanya, berani memperlakukannya seperti ini!

"Kamu …" ia memandang Ella dengan kesal. Kemarahannya begitu membludak sehingga darahnya seolah naik ke matanya, membuat bagian putih dari matanya memerah. Ia terlihat sangat menyeramkan.

Di mana penampilannya yang biasanya manis dan lembut?

Ella melihatnya sekilas dan kemudian mengalihkan pandangannya dengan santai. Kalau para pelanggan Lisa melihatnya seperti ini, apa mungkin mereka semua tetap menyukainya?

Semakin Ella mengacuhkannya, Lisa terlihat semakin dan semakin marah.

"Biar aku bilang padamu, kamu tidak lebih baik dariku!"

Sudah berapa tahun ia habiskan untuk bekerja tempat ini? Mana mungkin status yang ia bangun untuk menjadi yang terbaik di tempat ini bisa digoyahkan hanya dengan kecantikan saja?

Memangnya kenapa kalau Ella dan Christian menghabiskan satu malam semalam? Toh, Christian hanya ingin mencicipinya untuk satu malam saja.

Saat memikirkan hal ini, kemarahan di wajah Lisa semakin menghilang.

Ella menyadari perubahan Lisa dan tanpa sadar ia mengerutkan keningnya.

Ia bukan lagi gadis polos seperti lima tahun lalu. Dan ia tahu betul bahwa perubahan di ekspresi Lisa bukan berarti Lisa akan berhenti mengganggunya.

Ia tidak ingin tinggal di sana lebih lama dan berniat untuk pergi, tetapi Lisa meraih pergelangan tangannya.

"Mengapa kamu terburu-buru pergi? Apakah kamu takut?"

Sebuah kilau keangkuhan terlihat di mata Lisa.

"Tidak ada gunanya untuk memohon belas kasihan sekarang. Biar aku bilang padamu, aku tidak akan melepaskanmu."

"Aku tahu," Ella mengedikkan bahunya dengan acuh tak acuh. "Mengubah ekspresi di wajahmu bukan berarti aku tidak memahami apa yang kamu pikirkan. IQ ku tidak serendah itu."

Walaupun Ella tidak mengatakannya dengan jelas, sebenarnya ia ingin menyinggung Lisa.

Ia seolah ingin mengatakan bahwa ia tidak bodoh seperti Lisa.

Wajah Lisa berubah dari pucat menjadi kehijauan. Ia tidak punya kalimat yang bisa membalas Ella. Ia hanya bisa melepaskan tangan Ella dan meninggalkan sepenggal kalimat sebelum pergi.

"Lihat saja nanti!"

Setelah itu, ia melenggang pergi dengan sepatu hak tingginya.

Ella sama sekali tidak memedulikan kejadian kecil ini. Ia mulai bersiap-siap untuk bekerja. Tetapi karena Christian, tidak ada yang bisa ia kerjakan sama sekali hari ini.

Meski para pelayan lainnya sibuk mondar-mandir dan menerima pesanan dari meja demi meja, ia hanya berpangku tangan sambil memandang lampu-lampu yang berkilauan.

Di panggung, seorang wanita dengan rambut berwarna pirang sedang menyanyikan sebuah lagu. Setelah lagunya selesai, para tamu yang berada di bangku penonton langsung memberikan banyak tips untuknya dengan sangat murah hati.

Ella memandangnya dengan iri. Hatinya terasa sakit.

Ia sudah menjadi wanita Christian, tetapi ia masih membutuhkan uang, terutama uang dari tips yang ia dapatkan setelah melayani meja.

Kalau ia hanya bisa bergantung pada gaji dari pekerjaannya ini, kapan ia bisa mengumpulkan cukup uang untuk membeli baju yang pantas untuk mendampingi Christian?

Walaupun sekarang ia bisa menghindari masalah dengan para pelanggan, terutama para pria hidung belang, pendapatannya sekarang sangatlah rendah.

Lisa terus menerus memperhatikan Ella yang berada di pojokan. Ia memandangnya dengan mata memerah dan tangannya terkepal dengan erat.

Tentu saja ia tahu bagaimana manajer mereka memperlakukan Ella secara khusus.

Dan semua ini karena wanita jalang untuk mendekati Christian!

Sialan! Mengapa ia tidak beruntung seperti wanita itu?

"Lisa, mengapa kamu begitu marah?"

Seorang wanita berjalan ke arah Lisa sambil tersenyum. Ia merangkul Lisa dengan sangat santai seolah mereka adalah teman dekat.

Lisa sering kali menemani berbagai macam pria, terutama para bos besar sehingga semua orang yang bekerja di bar itu menghormatinya. Tidak terkecuali wanita yang bernama Fera itu.

Fera tersenyum dan berkata, "Siapa yang berani membuatmu tidak senang seperti ini?"

"Tentu saja dia yang tidak punya mata," kata Lisa dengan kesal.

Lisa mendengus dan kemudian memandang Fera yang mengenakan jas hitam di sampingnya. "Wanita itu membuat mataku sakit."

Saat membicarakan mengenai Ella, Lisa menggertakkan giginya dengan marah.

"Dia?"

Fera memandang ke arah Ella. "Bukankah dia wanita yang dipilih oleh Christian kemarin malam. Tentu saja ia akan merasa bangga. Tetapi itu tidak akan berlangsung lama. Setelah bekerja di sini cukup lama, kamu masih belum memahami hal ini?"

Fera memandang Ella dari kaki hingga kepala dan berkata. "Tetapi tidak heran kalau Christian menginginkannya untuk semalam."

Walaupun Christian bukanlah pelanggan tetap di bar tersebut, ia cukup sering datang ke sana. Tetapi setiap kali Christian datang ke sana, ia tidak akan pernah membawa wanita. Bahkan melihat wanita di sana saja, Christian tidak mau.

Ini memang sangat aneh.

Bisa dibilang, Ella adalah wanita pertama.

Yang membuat para pekerja bar itu lebih terkejut lagi, Ella adalah seorang pendatang baru yang belum punya pengalaman.

Lisa mendengus dengan kesal. "Paling wanita itu menggunakan guna-guna atau pelet."

"Tetapi kamu harus mengakui kalau wanita itu cantik," kata Fera sambil mengedikkan bahunya.

Walaupun Ella baru bekerja di sana selama beberapa hari, ia sudah cukup menarik perhatian banyak orang. Ada cukup banyak orang yang diam-diam menanyakan harganya, walaupun sebenarnya Ella tidak menjual dirinya.

Sayangnya, para pria itu tidak mendapatkan kesempatan karena Christian lah yang mendapatkan Ella terlebih dahulu.

Saat mendengarkan kata-kata Fera, Lisa menjadi semakin kesal dan berkata dengan marah. "Siapa yang tahu apakah wajahnya itu asli atau hanya hasil operasi."

"Mengapa kamu ribut dengannya?" tanya Fera dengan tidak berdaya, berusaha untuk mengalah dengan temperamen Lisa yang buruk.

Memangnya kenapa kalau wajah Ella adalah hasil operasi plastik? Kalau Christian memilihnya, itu sudah menunjukkan bukti keberhasilannya.

"Aku tidak bisa terima." Lisa memandang Ella dengan marah. "Ia menertawakanku tadi. Bagaimana mungkin aku membiarkannya hidup dengan tenang."

Sambil menggigit bibir bawahnya dengan kesal, ia terus memandang Ella. Tiba-tiba saja, matanya berbinar saat ia mendapatkan ide. "Bagaimana kalau kita mengajaknya 'bersenang-senang'?"

'Bersenang-senang' yang Lisa maksud terdengar seperti ide yang sangat buruk di telinga Fera.

Ia tahu bahwa Lisa ingin menyerahkan wanita itu pada beberapa pria yang menginginkannya.

"Lupakan saja rencanamu. Ia adalah milik Christian …"

Sebelum Fera selesai berbicara, Lisa menyelanya. "Kalau Christian benar-benar peduli padanya, mana mungkin ia kembali bekerja di tempat ini. Kamu tahu kan bagaimana sifat Christian?"

Christian tidak suka disentuh oleh orang sembarangan, termasuk wanita. Ia juga tidak ingin segala sesuatu miliknya disentuh oleh orang lain.

Kalau Christian mengembalikan Ella ke tempat ini, itu artinya Christian tidak peduli padanya. Mungkin, Ella hanyalah setitik pasir yang menggangu pemandangannya.