Chapter 26 - Di mana Ella?

Malam semakin gelap, tetapi suasana di dalam bar semakin ramai dan penuh dengan tawa.

Bar tersebut adalah bar terbesar di kota. Dari bangunannya saja sudah menunjukkan keunikannya dan kemewahannya ke dunia luar.

Di dalam bar, ada banyak pria dan wanita dengan berbagai gaya pakaian berbeda, sedang menari di lantai dansa. Tidak peduli dari mana pun mereka berasal, mereka datang ke tempat ini untuk bersenang-senang.

Pintu bar tersebut tiba-tiba terbuka lebar. Christian menapakkan kakinya dan berjalan masuk dengan aura yang luar biasa, membuat beberapa orang yang sedang bersantai di mejanya menoleh dan melihat ke arahnya.

Meski ia hanya memakai jas kerjanya, sulit untuk menyembunyikan pesonanya.

Setelah masuk ke dalam bar, Christian memandang ke sekitar ruangan tersebut, sedang mencari sesuatu. Atau lebih tepatnya seseorang.

Namun, semakin lama kerutan di keningnya semakin dalam karena matanya tidak berhasil menemukan sosok yang biasanya sangat mudah untuk ia temukan.

Di mana wanita itu?

Manajer bar bergegas menyapanya dan menunduk dengan hormat di hadapannya.

"Tuan, selamat datang."

Sambil menyapa Christian, manajer tersebut merasakan kekaguman terhadap Ella. Ia memperhatikan semua orang yang masuk ke dalam barnya, terutama orang-orang penting seperti Christian.

Ia melihat Christian langsung mencari seseorang begitu masuk ke dalam ruangan.

Tidak perlu susah-susah menebak, yang Christian cari pasti Ella. Hanya Ella saja yang bisa menarik perhatian Christian seperti ini.

Manajer tersebut mengangkat kepalanya dan memandang ke sekitar, membantu Christian untuk mencari sosok Ella. Tetapi yang membuatnya semakin panik, tidak peduli ke mana pun matanya memandang, ia tidak bisa menemukan Ella.

Christian berhenti melangkah dan bertanya dengan suara dalam. "Di mana Ella?"

Bukankah seharusnya wanitanya itu bergegas keluar untuk menyapanya dengan senyuman seperti biasanya? Bukannya seharusnya wanitanya itu bergelayut dengan manja kepadanya, seperti biasanya?

Mengapa ia menghindarinya lagi?

Saat memikirkannya, wajah Christian menjadi muram. Seluruh tubuhnya dilingkupi dengan kemarahan.

Manajer yang berdiri di samping Christian berusaha sekuat tenaga untuk menghadapi tekanan yang datang dari pria di sampingnya sambil bertanya-tanya ke mana Ella pergi.

Fera yang berdiri dan menyaksikan kedatangan Christian dengan telapak tangan yang berkeringat. Meski ia sudah berulang kali mengusap tangannya itu ke bajunya, tangannya masih tetap basah.

Sialan, bukankah Lisa bilang bahwa wanita itu tidak ada artinya untuk Christian? Mengapa Christian datang sekarang?

Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi, ia dan Lisa akan menderita!

Saat memikirkan hal ini, wajahnya langsung terlihat panik, tidak terkendali.

Mungkin orang lain tidak tahu, tetapi Fera tahu betul pria macam apa yang ada di dalam ruangan Ella saat ini.

Semakin dipikirkan, keringat semakin mengucur dengan deras. Tidak hanya di telapak tangan, tetapi juga di dahi Fera.

Lisa yang berada di sampingnya juga merasa gugup, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. Semuanya sudah terjadi dan waktu sudah berlalu cukup lama. Apa yang bisa Christian lakukan meski ia datang? Ia yakin, semuanya sudah terlambat.

Setelah semuanya selesai, Christian malah akan semakin jijik pada wanita sialan itu.

Hati Lisa kembali tenang saat yakin bahwa ia sudah berhasil. Ia memandang ke arah Fera dan memberi sinyal pada temannya untuk tetap tenang.

Fera menarik napas dalam-dalam, tetapi ia masih tidak bisa menenangkan dirinya. Ia berbisik pada Lisa. "Lisa, apakah kamu tidak takut pada Christian?"

Fera sudah pernah mendengar kekejaman Christian. Ia takut kalau kali ini ia lah yang akan merasakan kekejaman itu.

Lisa tersenyum dengan tenang dan matanya terlihat penuh dengan kebencian saat membicarakan mengenai Ella. "Sudah berapa lama dia di sana?"

Dia yang ia maksud adalah Ella.

"Setengah jam."

"Setengah jam. Apakah kamu pikir hidupnya belum selesai di tangan tiga pria itu?"

Setelah mendengar hal itu, Fera juga merasa lebih optimis. Sepertinya kekhawatirannya itu tidak beralasan.

Saat ia hendak mengatakan sesuatu, manajer bar tersebut memanggil namanya.

"Apakah kamu melihat Ella?" tanya manajer itu.

Ia pikir, mungkin Ella kebosanan karena tidak bisa menerima tamu dan pergi ke tempat lain di bar ini. Bagaimana pun juga, Ella adalah milik Christian dan tidak akan ada yang berani menyentuhnya.

"Tidak," jawab Fera dengan cepat. Ia menundukkan kepalanya, tidak berani memandang pria di hadapannya.

Aura yang terpancar dari Christian terlalu kuat, membuatnya ingin menghilang.

Christian memiringkan kepalanya dan matanya terlihat menggelap. "Berbohong adalah kebiasaan yang buruk."

Kata-kata itu membuat kaki Fera terasa lemas hingga ia berlutut di lantai.

"Tuan, saya benar-benar tidak tahu."

Lisa yang berdiri di samping, langsung menghampiri Fera dengan cepat. Ia mengeluh dalam hatinya dan mengutuk Fera sebagai wanita bodoh.

Untuk sedikit berbohong saja ia tidak mampu!

Lisa berhenti di hadapan Christian dan menundukkan kepalanya sambil berkata dengan sangat tulus. "Tadi, Ella sedang minum anggur. Saya dan Fera sedang membahas sesuatu. Tiba-tiba saja ia menghilang."

Suaranya terdengar sangat tenang.

Untuk melindungi privasi para tamu, tidak ada kamera di ruangan tersebut. Meski Christian ingin menyelidikinya sekali pun, ia tidak akan bisa mendapatkan apa pun.

"Kalau begitu, Jason …" Christian memanggil asistennya dengan suara yang rendah. "Geledah semua ruangan."

Christian tidak percaya seorang wanita bisa menghilang begitu saja tanpa jejak.

Manajer itu langsung merespon dan menyuruh Lisa serta rekan-rekannya. "Cepat cari di kamar mandi. Mungkin Ella sedang ke toilet."

"Baiklah."

Lisa langsung membawa Fera bersamanya ke kamar mandi wanita.

"Fera, kita semua akan menderita kalau kamu seperti ini."

Lisa menghembuskan napas panjang dan memandang Fera yang masih berkeringat. Ia memandang Fera dengan tatapan kesal.

"Aku tahu, aku tahu," Fera juga merasa kesal, tetapi ia tidak akan bisa menghadapi tekanan dari Christian. "Tetapi orang yang kita hadapi adalah Christian"

Fera tahu bahwa ia tidak memiliki keuntungan seperti Lisa. Ia tidak memiliki kecantikan dan penampilan yang menawan seperti Lisa. Nasibnya pun tidak sebaik Lisa.

Christian tidak akan mengampuninya.

"Aku sudah bilang padamu. Christian tidak akan peduli pada wanita itu lagi."

Lisa memandang Fera dengan tatapan galak. Begitu ia berbalik, ia melihat wajah manajernya yang serius. Di belakang manajernya, ia melihat sosok pria yang ia takuti setengah mati.

"Tuan …"

Lisa menelan ludahnya dan sekujur tubuhnya gemetar hebat.

Tatapan dingin Christian menyapu tubuhnya dan ia mengatakan kata per kata dengan lambat. "Mengapa kamu yang mengatur wanita mana yang aku pedulikan atau tidak?"

"Tidak … Tidak …"

Lisa tidak tahu harus mengatakan apa. Ia benar-benar ketakutan setengah mati sekarang saat Christian memandangnya dengan dingin.

Kali ini, Christian bertanya sekali lagi. "Di mana Ella?"

Dalam nada suaranya, terdengar bahaya yang besar akan segera datang.