Tersentak. Luna tanpa sengaja, menabrak seorang wanita di sebuah acara pesta yang di selenggarakan di kediaman keluarga Ino. Di tengah kerumunan seperti ini mata Luna malah melihat kemana-mana, terpana dengan pesta yang begitu indah dan meriah ini.
"Aku benar-benar tidak sengaja, maafkan aku!" Luna gugup setengah mati, gaun yang di kenakan wanita itu sekarang berlumur jus tomat dan mengubah warna baju putih si wanita.
'Mati aku! Bodoh-bodoh-bodoh! Sekarang pasti aku akan dimarahi! Poor Luna!'
Luna merasa tangannya sudah berkeringat dan matanya kini memberanikan diri melihat si wanita yang lebih tinggi darinya itu, Luna mendongak, dia pikir dia akan melihat wajah marah si wanita yang dia tumpahi dengan jus tapi wanita yang dia tabrak malah menatap Luna yang bertubuh mungil itu takut-takut.
Eh? Kenapa dia? Apa dia marah? Apa dia terluka? Apa jus tomatnya panas?
"Kau b-baik-baik saja, 'kan?" Luna kembali bertanya dengan gugup, apa dia akan di tampar oleh wanita itu sekarang?
Loh? Kenapa wajahnya jadi gugup begitu? Aku melakukan kesalahan lagi? Luna menatap lurus pada si wanita itu sambil menatap wajahnya memastikan dia baik-baik saja. wanita itu malah berjalan mundur dan wajahnya semakin gugup.
"Maafkan aku! Aku akan hati-hati kalau berjalan, akan ku ambilkan jus tomat yang baru!"
Wanita itu pergi setelah mengatakan itu. Apa? Kenapa dia jadi takut begitu? Maksudku ... kenapa orang-orang selalu menghindariku begitu? Apa aku benar-benar terlihat seperti anak cupu?
***
[Sudut pandang wanita yang ditabrak Luna]
Wanita itu meringis membersihkan dirinya dari jus tomat yang tumpah di gaunnya yang mahal, dia mendongakkan matanya pada si penabrak dan baru saja dia hendak mengeluarkan sumpah serapahnya suara dingin dan datar si penabrak terdengar.
"Maaf."
Wanita itu mendongak dan melihat wanita mungil yang menatapnya tajam, dandanannya tak biasa, dia menggunakan gaun gaya victoria yang terlihat sangat imut dan manis untuknya. Tapi matanya yang menatap tajam membuatnya tidak bisa berkutik dan malah mengeluarkan keringat.
"Aku benar-benar tidak sengaja, maafkan aku." Lagi-lagi suara dinginnya terdengar, wanita itu malah gugup saat mendengarkan permintaan maafnya. Dia bukan mendengar permintaan maaf ketika kalimat itu di ucapkan dengan wajah yang dingin dan tatapan yang tajam itu, wanita itu merasa seperti mendengar ancaman agar dia enyah dari hadapan si penabrak sekarang juga.
Si penabrak kembali bertanya, "Kau baik-baik saja?"
Wanita itu berjalan mundur, "Maafkan aku! Aku akan hati-hati kalau berjalan, akan ku ambilkan jus tomat yang baru!"
***
Luna menghela nafas panjang, dia memegang wajahnya sendiri. Apa dia terlihat seperti Voldemort hingga setiap orang yang di ajaknya bicara lari tungah-langgang?
Luna berjalan sambil menunduk keluar dari pesta meriah itu, dia menuju balkon luar yang tidak ada seorangpun di sana lalu diam saja di sana menatap pesta yang ada di dalam. Pesta ulang tahun dari keluarga Ino yang merupakan rekan kerja ayahnya Luna. Luna biasanya tidak mau datang ke acara seperti ini, karena tempat seperti ini pasti ramai dan sesak, lalu di antara keramaian itu Luna akan ditinggalkan sendirian seperti ini.
Satu-satunya alasan Luna datang ke pesta ini adalah karena ... Laskar!
Ini acara pesta sepupu Laskar dan juga di selenggarakan di rumah Laskar, Luna tidak akan meninggalkan kesempatan ini, kesempatan untuk melihat Laskar
Laskar di mana ya? Laskar ... Laskar!
Gampang untuk Luna menemukan Laskar, dia tinggal melihat ke arah di mana para laki-laki mengelilingi wanita cantik bersurai panjang yang merupakan kakaknya Rena. Dan dia akan melihat Laskar yang akan selalu berdiri di samping Rena.
Berbeda dengan Luna, Rena selalu dikelilingi banyak orang dengan sikapnya yang ramah, baik hati, dan murah senyum itu. Sifatnya benar-benar sama dengan Laskar. Lagi-lagi Laskar berdiri si samping Rena bertugas sebagai sahabat yang terus menjaga Rena. Sinar matanya tidak bisa di bohongi, cara dia menatap Rena sangat berbeda, dia selalu menatap Rena dengan tatapan memuja seperti itu.
Luna tidak merasa iri, dia hanya merasa sakit pada dirinya sendiri. Tapi dia tidak menyalahkan siapapun, mencintai Laskar adalah kesalahannya sendiri, dia tidak bisa membendung perasaannya yang begitu besar pada Laskar.
Laskar suka sekali bermain ke rumahnya untuk menemui Rena. Dan itu sering di lakukan saat mereka masih kecil. Saat di umurnya yang ke 6 tahun. Luna sudah mulai menyukai Laskar yang saat itu adalah teman SMP Rena. Mereka berdua berumur 12 tahun saat itu dan mereka sudah mulai saling menyukai. Diam-diam saat Laskar main kerumah mereka untuk bertemu Rena, Luna hanya mengintipnya saja dari balik pintu dan dari jendela.
14 tahun.
Ya. Sudah lebih dari 14 tahun Luna menyimpan perasaannya pada Laskar tanpa sepengetahuan siapapun, Luna tidak bisa mencintai pria lain selain Laskar dan itu sudah mendarah daging. Laskar juga, selama ini Luna tahu bagaimana Laskar begitu mencintai kakaknya, Rena.
Tapi Luna sama sekali tidak paham dengan Rena, dia selama ini menunjukan kalau dia menyukai Laskar. Dan itu sangat jelas, tapi dia sama sekali tidak mengambil tindakan akan hubungannya dengan Laskar. Berkali-kali Luna melihat Laskar selalu mengungkapkan rasanya pada Rena dan Rena selalu diam, dia selalu menghindar sampai Laskar sendiri bingung dengan apa yang dia mau.
Terlebih lagi setelah Rena memutuskan menerima perjodohan dengan laki-laki lain pilihan orang tua mereka, Rena sama sekali tidak mengubah sikap ataupun menyuruh Laskar pergi dari sisinya, saat Laskar dekat dengannya dia tetap diam, dan saat Laskar memutuskan menjauhinya Rena justru menunjukan kesedihan dan kekecewaannya.
Dan setelah mengamati selama 14 tahun, Luna jadi mengerti, bahwa Rena ingin menahan Laskar agar selalu disisinya.
Egois!
Luna bukannya benci karena tidak bisa memiliki Laskar dengan semua keegoisan Rena, tapi dia benci Laskar yang tersakiti karena Rena, baginya Luna tidak apa dirinya tidak bahagia, yang penting Laskar bahagia.
Laskar. Ya.
Mengapa Luna bisa mencintai Laskar? Luna tidak punya alasan apapun, sekarang dia tidak punya alasan apapun, karena jatuh cinta juga kadang tidak memiliki alasan, 'kan?
Luna memegang dadanya, rasanya sakit saat melihat Laskar sekarang tersenyum saat Rena meninggalkan Laskar yang dari tadi berjalan bersamanya ke tempat Chris - tunangan Rena. Laskar melambaikan tangan pada Rena dengan senyuman padahal Luna tahu dia menjerit di dalam sana. Luna tidak mau melihat wajah Laskar yang seperti itu. Rasanya ... sakit.
Luna membalikan badannya dan melihat pemandangan di depan, halaman depan Kediaman Ino sangat luas, ada taman labirin di sana dan juga di penuhi patung-patung yang indah, walaupun malam ini gelap tadi masih ada sinar lampu di tiap sisi taman itu.
Luna memaksakan diri tersenyum melihat taman itu, Luna menoleh ke tangga yang ada di sisi kiri, tangga menuju ke bawah, tangga itu seolah menyuruh Luna turun dan masuk ke dalam taman itu, berjalan-jalan sebentar mungkin akan membuat suasana hatinya kembali tenang.
"Mau jalan-jalan kesana?"
Laskar!
Itu suara Laskar, Luna menoleh dan di sampingnya sudah ada Laskar yang sedang menatap taman labirint itu, dia tersenyum pada Luna tapi matanya tidak bisa berbohong. Luna sudah memperhatikannya selama 14 tahun dan Luna paham makna dari sinar mata Laskar, dia yang paling mengerti Laskar, saat ini Laskar sedang memaksakan diri untuk menghibur dirinya sendiri.
Tatapan yang seperti itu sudah sangat sering mewarnai hari Laskar, dan lagi-lagi Luna melihatnya, "Lagi."
***
Bersambung.