Chereads / Luna: Rasa Yang Tak Berubah / Chapter 8 - Laskar Bertingkah Luna Gelisah

Chapter 8 - Laskar Bertingkah Luna Gelisah

"Pagi Luna!" Laskar menyapa ramah pada Luna yang keluar dari apartemennya hendak pergi ke tempat kuliah. Luna muncul dari pintu yang ada di depan lift, sudah semejak seminggu yang lalu Laskar pindah ke apartemen yang sama dengan Luna.

Luna bahkan tidak bisa keberanda kamarnya karena setiap kali dia keluar Laskar akan selalu muncul di sana juga, beranda mereka bersebelahan dan itu benar-benar membuat Luna merasa kaku di rumahnya sendiri.

Sejak pesta itu Laskar benar-benar berusaha menahan Luna agar bersamanya, dia seolah berbuat seperti itu agar Luna tidak bisa mendekati Chris dan dia berusaha menunjukan keakrabannya pada Luna agar Luna terlihat berhubungan dengannya sehingga dia fikir itu akan membuat Chris berfikir kalau Luna mengkhianati Chris.

"Ada jam kuliah sepagi ini? Sudah sarapan?" Laskar terus bertanya dan Luna hanya menunduk saja, dia berjalan masuk ke dalam lift dan Laskar tetap mengikutinya. Laskar yang ramah dan baik hati seperti ini, menyapanya tiap pagi dan memberikan perhatian adalah mimpi Luna sedari dulu seperti kegiatan yang sama yang selalu Laskar berikan pada Rena, tapi sayangnya ini palsu.

Laskar hanya ingin membuatku menderita, Laskar melakukan ini hanya untuk Rena, karena dia mencintai Rena.

"Sudah kubilang,kan kalau mau pergi cepat panggil aku, aku akan mengantarmu ke manapun," dan selama seminggu ini juga selalu Laskar yang mengantar Luna ke tempat kuliahnya, Luna selalu ke supermarket, rumah Ellinor dan main dengan Thea dan Ellinor selalu di antar Laskar. Luna bukannya mau, Luna sudah keluar dengan mengendap-endap tapi entah bagaimana Laskar bisa tahu kalau Luna akan pergi, apa dia memasang cctv di apartemen Luna? Oke, Luna terlalu paranoid.

Luna sudah berkali-kali menolaknya dan dia tetap kekeuh ingin terus mengantar Luna, lama sekali! Kenapa lift ini jalannya begitu lama, Luna hanya berada di lantai 23! Luna tidak tahan satu ruangan yang sempit tanpa ada tempat kabur bersama Laskar.

"Ini tidak akan berhasil, apapun yang Laskar rencanakan, itu tidak akan berhasil pada Luna." Luna bicara sambil membuang mukanya tidak mau dilihat.

"Pasti akan berhasil, kau akan jatuh cinta padaku dan kau akan di anggap pengkhianat oleh Chris, jadi Chris tidak akan berpaling dari Rena." Ucapan Laskar memang begitu adanya, itu yang dia rencanakan. Luna sekarang melihat ke Laskar, dia mengatakan itu dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya, tidak tahu jadi apa dia berniat jahat atau sebaliknya. Tapi Luna tahu dia tidak jahat, dia hanya manusia biasa yang mengalami perasaan bernama cinta dan akan melakukan apapun demi kebahagiaan orang yang dicintainya, Rena.

Sama seperti Luna, tidak apa-apa kalau harus dibenci orang yang dicintainya untuk kebahagiaan orang itu, tapi rencananya itu malah memakan dirinya sendiri sekarang, dia malah membuat Laskar semakin menderita karena harus membuat dirinya tersiksa untuk kebahagiaan Rena.

"Bagaimana mungkin Rena cinta Chris, padahal selama ini dia terlihat suka dengan Chris karena perjodohan mereka saja, Rena selalu bilang pada Luna kalau Rena suka Laskar, apa Rena bohong?"

"Rena itu begitu putih dan suci, dia bukan kau yang munafik dan pintar berbohong, hahaha..." Luna tidak tahu harus marah mendengar ucapannya atau tertawa, Laskar memang berbicara pedas tapi bagaimana bisa dia berkata sekejam itu dengan wajah dan tawa yang begitu menawan dengan senyum manisnya.

Pintu lift terbuka dan Luna melajukan langkahnya, "Kau benar aku munafik, anggaplah begitu."

"Baiklah akan kuanggap begitu, dengan senang hati." Laskar masih tersenyum dengan begitu ramah.

Luna menghela nafas berat, hatinya bergetar hebat memikirkan kalau dia benar-benar di benci oleh Laskar setengah mati, sehingga Laskar yang baik hati ini bersedia menjadi iblis untuk Rena agar dia bisa menghancurkan Luna.

"Kalau begitu kau tidak perlu repot-repot mengantarku lagi, mulai sekarang Thea yang akan mengantar jemputku." Luna kemudian berlari kecil di lobi itu, di depan apartemen sudah terparkir mobil Thea yang di dalamnya juga sudah ada Ellinor, mereka melambaikan tangannya pada Luna lalu bersama-sama membentuk pandangan tidak suka pada Laskar.

"Hei," Laskar menangkap tangan Luna dan membalikkan tubuh Luna, "Kau marah? Baiklah aku janji aku tidak akan mengatakan hal-hal seperti itu lagi, tapi biarkan aku yang—"

"Tidak perlu." Luna melepaskan tangannya dari genggaman Laskar, bukan marah sebenarnya tapi Luna merasa wajahnya sudah merah karena Laskar menggenggam tangannya, "Aku sudah tidak tahan lagi."

Laskar akhirnya diam dan membiarkan Luna pergi, Luna masuk ke dalam mobil dan Thea langsung melajukan mobilnya, "Luna?" Ellinor menanyai Luna yang menunduk sambil bernafas cepat, "Kau baik?"

"Aku tidak tahan lagi."

"Kau kesal ya dengannya? Tenang saja aku yang akan mengantar jemputmu mulai sekarang, kami akan membuat dia jauh darimu," hibur Thea.

"Tidak, aku bukannya kesal, aku tidak tahan lagi kalau dekat-dekat dengan Laskar, rasanya sedih dan sesak, dia bersikap baik denganku hanya untuk sandiwara demi kebahagiaan wanita lain, dan aku tidak tahan melihat orang yang kucintai berlahan berubah menjadi iblis jahat." Luna berkata lirih, dia hampir menangis dan Ellinor dengan cepat memeluk Luna menyenderkan Luna di dadanya.

***

Jam 13:00 di kantin universitas Ellinor dan Thea meninggalkan Luna sendirian. Mereka berdua meninggalakan makanan mereka karena sekarang mereka sibuk saling mengejar di penjuru universitas. Hanya karena masalah sepele, Thea bilang Ellior tampak seperti boneka Daruma yang menjadi gantungan kunci tas Luna dan Karena itu mereka berdua adu sumpah serapah sebelum akhirnya kembali mengadakan perang dadakan.

"Luna hime-sama."

Luna kembali syok saat melihat Laskar sudah duduk di meja yang sama dengannya lalu memakan steak milik Ellinor, dia tersenyum ramah seperti biasa dan itu membuat Luna terdiam kaku, kenapa dia ada disini?! Dan kenapa dia pagi Luna hime-sama?.

"Hime itu untuk sebutan tuan putri di Jepang, 'kan? Luna hime, ah cocok sekali..." puji Laskar.

"Maksudmu putri munafik?" Luna sudah bisa menebak apa maksud Laskar.

"Kalau kau menganggap begitu apa boleh buat." Laskar tertawa renyah lalu tangannya mengacak-acak rambut Luna seolah dia sangat sayang dengan Luna, orang-orang sudah memperhatikan mereka terlebih pada Luna, mereka yang berpendapat Luna hanya mencari pacar yang setara dengannya akhirnya mendapatkan pacar.

Luna dikenal sebagai putri es yang dingin dan angkuh, dan dengan Laskar di sisinya sekarang mereka yang menyukai Luna jadi tahu kalau kelas Luna dalam memilih pasangan sangat tinggi.

"Apa lagi sekarang, aku mohon akhiri ini Laskar." Luna menaruh garpu dan sendoknya lalu duduk tegak memandang Laskar.

"Kau masih marah? Maaf... aku janji tidak akan bicara kasar lagi, aku janji hmm?" Laskar memasah Puppy Eyes dan sangat menggemaskan, dari mana dia belajar memasang wajah semanis itu? Itu membuat Luna diam tidak berkata apa-apa saking geregetnya dengan Laskar.

"Apapun yang kau lakukan percuma, aku sudah sangat paham apa rencanamu, kau tidak akan bisa menghancurkan hubunganku dengan Chris, tidak akan bisa!" Untunglah Luna pernah ambil kelas drama dan inilah hasilnya, raut wajah Laskar berubah dingin dan Luna berhasil membuatnya kembali percaya.

"Oh-ya? Begitu?" Laskar bangun dari kursi dan dia menarik lengan Luna hingga Luna bangun, lalu dia menarik pinggul Luna semakin dengan dan sekarang tubuhnya sudah menempel dengan Luna, dia menahan Luna dengan tangannya yang melingkar di pinggul Luna dan di tengkuk Luna, "Kalau begitu aku berhenti main-mainnya, mulai sekarang aku akan serius."

Setelah mengatakan itu Luna merasa seluruh tubuhnya kesemutan, tubuhnya sudah menempel dengan Laskar, dia menahan Luna dengan tangannya yang melingkar di pinggul Luna dan di tengkuk Luna. "Aku akhiri semuanya."

Setelah mengatakan itu Luna merasa seluruh tubuhnya kesemutan, mengigil dan rasanya seluruh tubuhnya lemas. Jantung Luna berpacu cepat secepat yang pernah jantungnya lakukan, dunia terasa melayang seolah Luna terkena vertigo dengan sensasi yang lebih hangat dan menyengat.

Salah satu impian Luna, dicium oleh Laskar, tapi ini berbeda, Luna tidak merasa senang, dia malah menjadi takut. Luna tahu apa maksud pria ini dan dia sengaja membuat Luna terbuai agar rencananya berhasil, ini tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan, justru ini awal dari kehancuran, rasanya seperti ... neraka!

***

Bersambung.