Chereads / Luna: Rasa Yang Tak Berubah / Chapter 5 - Pertemanan Yang Berwarna

Chapter 5 - Pertemanan Yang Berwarna

Baru sebulan Luna di London dan dia sudah terlihat seperti mahasiswa yang menyusun skripsi sekarang. Oxford University adalah tempat kuliah yang ketat dan berkelas tinggi, lamban sedikit saja atau malas sedikit saja maka kau akan segera di depak dari sekolah.

Tapi yang membuat Luna lebih stres adalah Luna kehilangan jurnalnya! Jurnal buluk yang di penuhi coretan tentang Laskar di dalamnya! Bagaimana kalau ada yang melihat? Semua hal memalukan tentang perasaan Luna pada Laskar ada disitu, Luna akan gantung diri rasanya kalau jurnal itu sampai ke tangan-tangan jail. Kemana jurnal itu hilang?

Saat sampai di Inggris koper Luna sempat hilang karena Luna meletakannya sembarangan di bandara menunggu taksi dan polisi menemukannya seminggu kemudian, di curi oleh gelandangan, tidak ada yang hilang kecual jurnal Luna, Luna sudah meminta polisi mencarinya tapi sampai sekarang tidak ketemu juga, geladangan itu juga tidak mau bicara karena dia setengah gila.

"Hello, Luna? Bagaimana harimu? Apa cerita hari ini? Mau minum teh denganku?" Ellinor salah satu mahasiswi yang satu jurusan dengan Luna, menyapanya. Salah satu sebab lagi yang membuat Luna menyukai Inggris raya, mereka tidak menghindari Luna seperti orang-orang kebanyakan seolah mereka takut pada Luna, tapi disini - khususnya para anak-anak bangsawan - dengan senang hati mereka mau bergaul dengan Luna dan Luna cocok dengan mereka, mereka selalu menyambung saat bicara dengan Luna.

"Maaf Ellinor, aku merasa tidak enak badan, bagaimana kalau kau ajak yang lain saja."

"Ah Luna, seperti biasa, bicaramu selalu berkelas, sangat cocok dengan orang-orang Inggris yang berkelas seperti kami." Ellinor bicara sambil melirik jijik ke mahasiswa lain yang melewatinya, Ellinor Louise adalah anak dari keturunan bangsawan murni Inggris jadi sudah wajar kalau dia sombong.

"Ah iya! Kau tahu Thea Marken dari Swedia itu? Ya tuhan! Kau harus tahu dia kuliah disini dengan beasiswa! Ishh ... dasar fakir miskin itu! Dengan standar seperti itu dia masih berani belagak disini!" Ellinor menggerutu lalu mulutnya berkomat-kamit mengeluarkan sumpah serapah untuk si Thea Marken, dia pernah ada masalah dengan Thea Marken karena mereka berebut veneno bells bertabur berlian yang di jual di pelelangan dengan edisi terbatas.

"Ya, diakan memang pintar, jadi Luna fikir wajar dia mendapat beasiswa." Luna memberikan komentar positif.

"Kau benar! Dia pantas mendapatkan beasiswa! Kau tahu, pamanku Peter Louise yang membiayai beasiswa disini! Jadi secara otomatis aku yang membiayai si Thea itu! Lihat saja akan kusuruh pamanku memutuskan beasiwanya! hahaha." Ellinor membuat tampang jahat dan menutup wajahnya dengan kipas, dia persis seperti nenek sihir. Mereka masih berjalan melewati koridor-koridor menuju kelas mereka berikutnya, oxford sangat luas, apalagi untuk fakultas hukumnya, bahkan ada firma hukum sampai pengadilan umum disini.

"Jangan seperti itu Elli, biarkan saja dia, jangan terlalu usil dengannya,Thea itu orangnya sedikit baik,kan?" Lagi-lagi Heidi memberikan komentar positif dengan sedikit nasehat, dan seperti biasa dengan ekspresi wajah yang tajam dan datar itu meskipun sudah tersenyum lagi-lagi Ellinor menerjemahkannya berbeda, 'Jangan biarkan dirimu sibuk dengan urusan tidak penting sepertinya! Dia itu hanya orang miskin!'

Susah memang mempunyai wajah kharismatik yang tidak bisa mengontrol emosinya, Luna kesulitan dalam mengeksresikan sesuatu karena wajahnya yang memang sudah datar dengan mata yang selalu serius, untung saja wajahnya kecil dan imut, kemudian di dominasi dengan tubuh yang mungil, jadi mau seangkuh apapun ekspresinya orang-orang tidak akan mampu membencinya dengan wajah seimut itu.

"Kau benar Luna! Dia hanya orang miskin! Jadi aku tidak perlu menghabiskan waktuku yang sangat berharga untuk mengurusi orang miskin sepertinya." Ellinor mengipas dirinya dengan gaya angkuh, dia sengaja memperlihatkan kesombongannya.

"Hei manusia berlendir! Dia bilang aku orang baik bukan orang miskin! Dasar perempuan pelacur sok berkelas Ish ... ku tampar kau!"

Thea Marken yang mereka bicarakan tiba-tiba menghalau jalan mereka lalu berbicara kasar dengan Ellinor dengan sedikit gerakan mau menamparnya yang gemulai, sebenarnya dari tadi bahkan dari awal sampai akhir dia sudah ada di belakang keduanya dan Thea mendengarkan semua pembicaraan mereka dari awal sampai akhir.

"Diam kau, gay! Jelas-jelas Luna tadi bilang kau ini hanya manusia bodoh miskin yang tidak elit!" Semakin lama terjemahan Ellinor semakin ngawur saja.

"Gay? Hah! Gay? Kau!" Thea mendorong Ellinor hingga Ellinor mundur beberapa langkah sambil sok membersihkan bajunya yang terkena tangan Thea Marken seolah Thea itu kuman, "Aku ini laki-laki normal hah! 100% norman! Aku bukan gay! Aku hanya lebih sedikit fashionable dan aku bukan gay--aww!" Thea menjerit saat Ellinor memukul kepala Thea dengan kipasnya. Thea memang laki-laki yang gayanya agak-err berlebihan sebenarnya, saking fashionablenya gayanya seperti setengah perempuan dan kelakuannya juga seperti anak perempuan yang cerewet yang suka mencakar.

"Luna! Kau harus memperbaiki ekspresi wajahmu itu hah! Ini! Perbaiki! Perbaiki! Apalagi mata rubahmu itu! Perbaiki hmm! Perbaiki!" Thea mencubit pipi Luna lalu memukul sedikit dahinya, "Orang-orang akan sulit menerjemahkan apa yang kau katakan dengan ekspresimu yang lebih tampak seperti malaikat maut itu! Haaaahhhh! Untung orang Swedish pintar-pintar, jadi aku tahu kau ini sebenarnya bilang apa walaupun ekspresimu seperti itu, dan aku beri nasehat lagi, jangan dekat-dekat dengan pelacur ilfeel ini! Dia bisa menjadikanmu orang jahat, mengerti? Are you understand, Luna?"

"Thea, jangan bersuara keras-keras, kau menarik perhatian orang-orang." Luna melihat mahasiswa lain sampai para dosen menoleh kepada mereka yang begitu berisik.

"Dengarkan Luna bilang! Kau itu mengganggunya!" Ellinor kembali menyerang Thea dengan kipasnya, memukul kepalanya tanpa berhenti.

"Dia bilang jangan bersuara keras-keras! Bukan aku mengganggunya! Lain kali jangan lihat wajahnya saat kau bicara dengannya! Aw! Itu sakit! Aghhh! Jalang satu ini benar-benar!" Thea akhirnya menarik topi hias victoria Ellinor dan membuangnya agar dia berhenti, "Ish! Benar-benar bikin kesal saja! ishh awas kau ya!"

"Ehem!" Mereka ditegur oleh dosen killer di sana dan mereka akhirnya kabur mempercepat laju mereka menuju kelas.

Thea duduk di samping Luna dan di sebelah kirinya duduk Ellinor. Mereka masih komat-kamit sendiri menghina satu sama lain, Luna penasaran dengan apa yang tadi Thea ucapkan, dia memang kesulitan mengekspresikan wajahnya, jadi itu yang membuat setiap orang yang bicara dengannya selalu menghindari Luna dan takut pada Luna.

Luna berbisik padanya, "Thea, tentang wajahku-"

"Tidak! Aku berubah pikiran, biarkan wajahmu dan matamu itu menjadi daya tarikmu, itu lumayan membantumu agar orang-orang menurut dan tidak macam-macam denganmu, dimana kau operasi?" Thea malah menanyakan operasi dan itu membuat Luna ternganga, lalu Thea tertawa nyaring, "Bercanda-bercanda."

"Luna! Jangan bicara dengan gembel itu! Itu bisa menurunkan kualitasmu!" Ellinor mencela Thea, "Dan kau kenapa duduk disini!"

"Aku adalah teman Luna sekarang! Aku tidak bisa membiarkan pergaulannya salah apalagi aku tidak bisa membiarkannya dekat-dekat denganmu!" Thea kembali terpancing amarah, dia melototi Ellinor dengan bola mata yang hampir keluar, dia terlihat semakin judes dengan wajah seperti itu, sebenarnya Thea ini laki-laki atau perempuan sih?

Ellinor kembali terpancing emosi, dia berdiri dari tempat duduknya dan menunjuk ke Thea, "HEI KAU!! APA-"

"Nona yang disana dan kalian berdua! Silakan keluar dari kelasku! Kalian mengganggu disini." Dosen yang sedang bicara di depan kelas terganggu apalagi semua orang juga merasa terganggu, dia meminta Luna, Thea, dan khususnya Ellinor untuk keluar dari kelas.

Ellinor yang berharga diri tinggi menarik Luna keluar dan diikuti Thea, dia menatap angkuh ke dosen wanita itu, "Hei kau perawan tua! Kau tidak tahu kalau aku ini anak dari Nicholas Louise?! Lihat saja akan ku adukan kau pada ayahku karena mempermalukan bangsawan sepertiku! Kau akan di depak keluar dari inggris selamanya! Dan kalau kau memarahi teman-temanku lagi akan kubuat kau menderita sehingga kau ingin mengganti wajahmu!"

Rupanya ancaman Ellinor membuat nyali dosen itu ciut dan dia hendak membujuk Ellinor untuk kembali duduk tapi Ellinor dengan cepat menepis tangannya, "Jangan sentuh aku rakyat jelata! Aku tidak level dengan kaum kelas rendah sepertimu!" Suara cempreng dan nyaring Ellinor kembali terdengar dan dia dengan segera keluar dari sana mengajak Heidi yang tersenyum minta maaf pada Luna itu yang malah terlihat seperti senyuman mengancam seolah dia boss-nya disini yang mengatur Ellinor.

Mereka keluar dari kelas, "Lumayan juga kau, aku sudah lama ingin membuat harga diri perawan itu itu hancur." Thea memuji Ellinor.

"Ohohoho ... ayahku mengajarkanku untuk tetap mempertahankan jiwa kelas atasku, tidak akan kubiarkan dia menginjak-injak harga diriku." Ellinor mengerling sombong. "Dan aku juga tidak akan membiarkan limbah sepertimu menghancurkan martabatku hei kau wahai rakyat jelata."

Lagi-lagi ucapan Ellinor kembali memancing keributan dan membuat amarah Thea tersulut lagi, tidak lama kemudian badai kembali menerpa seluruh penjuru universitas "Hei kau jalang! Mau kurobek mulutmu! Hah! Hah! Hah!"

Luna tidak melerai mereka, dia senang disini. Ada teman-teman yang menemani Luna, yang mau membela Luna dan menasehati Luna kalau Luna salah. Yang mengerti tentang Luna dan yang tidak akan meninggalkan Luna dalam situasi selulit apapun, walaupun hatinya masih rapuh dan sakit tapi disini teman-temannya akan membuatnya lupa dengan semua masalahnya, mereka yang Luna sebut ... teman.

***

Bersambung.