Chereads / Luna: Rasa Yang Tak Berubah / Chapter 6 - Minggu Siang di Musim Dingin

Chapter 6 - Minggu Siang di Musim Dingin

Minggu siang di musim dingin yang paling dingin Luna di paksa keluar oleh Ellinor dan Thea dari apartemen Luna untuk pergi ke kastil bangsawan milik keluarga Louise. Ayah Ellinor mengadakan acara minum teh untuk para bangsawan dan orang-orang kalangan atas dengan tujuan sebenarnya memamerkan kekayaan milik bangsawan Louise.

Thea sudah berpakaian rapih dan dia terlihat seperti model sungguhan. sementara Ellinor juga sudah sangat bergaya dengan baju bangsawan berwarna hitamnya.

"Cepat Luna, setengah jam lagi pesta akan dimulai! Cepat-cepat! Aku sudah memesan baju untukmu, kita akan memakai baju kembar dan kau akan pakai yang warna putih, kita pakai jadi Twin Fashion! Baju, gaya rambut dan semua hiasan wajah kita harus sama!" Ellinor dengan bersemangat mengajak Luna masuk ke kamarnya yang tampak luas dan mewah itu.

"Kau gila? Twin Fashion? Luna akan jadi sangat mengerikan kalau di samakan denganmu. Kau mau menurunkan kelasnya?" Thea merebut Luna dari Ellinor, "Luna, jangan mau oke, dia akan mengubahmu menjadi nenek sihir. Lihat pakaian ala Ghoticnya, mengerikan."

"Diam aku wahai makhluk terkutuk! Aku bahkan tidak mengundangmu datang! Kamu tidak pantas ada di pesta kelas atas seperti ini!" Ellinor bicara seperti menyuarakan titah kerajaan.

"Begitu? Oke aku pulang, aku juga tidak sudi disini-"

"Tu-tunggu! Aku hanya bercanda, dasar berlebihan!" Ellinor menahan kepergian Thea dan Thea mendengus gusar. Walaupun keduanya selalu terlihat bertengkar tapi mereka selalu saling menghargai, ah teman-teman Luna memang yang tebaik.

"Aku memakaikan baju kembar untuk Luna agar Luna dikenal sebagai tamu terhormat, akan banyak bangsawan dan pebisnis tampan yang datang. Ini akan jadi kesempatan besar bagi Luna untuk melupakan si Laskar dungu itu!" Ellinor tampak tidak suka dengan Laskar, Luna untuk pertama kali seumur hidupnya bercerita tentang dirinya kepada orang lain, pada Ellinor dan Thea, bagi Luna mereka sudah seperti keluarga, padahal Luna hanya menceritakan bagaimana dia mencintai Laskar, bagaimana dia di benci Laskar dan sebagainya, tapi keduanya dengan cerita-cerita Luna malah benci dengan Laskar, apalagi Ellinor yang selalu menangis kalau mengingat cerita tentang Luna.

"Ellinor, jangan benci Laskar, wajar kalau Laskar benci Luna, Luna yang buat dia benci Luna."

Translate: "Tolong bunuh dia untukku!."

"Pasti Luna! Akan kuhajar dia kalau bertemu nanti dengannya!," Ellinor lagi-lagi tidak mendengarkan Luna tapi membaca isi wajahnya saja. Doa menterjemahkannya dari ekspresi Luna saja.

"Hei pelacur! Dia bilang jangan benci Laskar! bukan membunuhnya! Apalagi hal-hal aneh yang kau terjemahkan dari wajahnya!" Thea memukul kepala Ellinor yang sudah terhias rapi dengan bunga-bunga sungguhan di topinya hingga bunga-bunga itu rontok.

"Beraninya kau!" Ellinor mengejar Thea, tapi sebelumnya dia menoleh kepada para pelayannya yang ada di kamar, "Siapkan Luna cepat!" Perintahnya dan Luna hanya pasrah dengan perlakuan sahabatnya itu.

Luna, Thea dan Ellinor menatap ke pesta yang ada di lantai bawah, benar-benar mewah dan ramai. Para undangan duduk di meja bundar yang diisi dengan empat buah kursi, lalu mereka dihidangkan dengan kue-kue dan teh lalu ada pertunjukan opera yang disajikan di depan mereka, opera Aria dari Tosca yang sudah sangat familiar ditelinga penggemar opera Italy.

Luna memakai baju yang di siapkan oleh Ellinor walaupun akhirnya mereka tidak kembar karena Thea bersikeras melarang Ellinor memakaikan Luna baju dan hiasan rambut yang sama, hiasan rambut bunga-bunga yang membuat kepala Luna yang kecil pasti malah menjadi bucket bunga, jadi Luna memakai hiasan kepala berupa topi cantik yang manis khas gaya para bangsawan umumnya.

sudah banyak yang memperhatikan mereka dari tadi apalagi untuk Luna yang terlihat sangat imut didukung oleh Ellinor yang merupakan tuan rumah dan Thea yang tampak seperti artis dan model terkenal. Ellinor membawa mereka turun dan mereka memilih tempat duduk yang di sediakan di posisi depan. Mereka meminum teh mereka sambil menonton opera yang ada di depan.

Ellinor dan Thea tertawa cekikikan sok akrab dan sok mengobrolkan sesuatu yang lucu dan penting sambil berbisik-bisik untuk menarik perhatian orang-orang agar mengarah pada mereka, orang-orang pikir mereka berdua sangat akrab, Telinga Luna sendiri sudah panas mendengar apa yang keduanya ucapkan sedari tadi, mereka saling melemparkan hinaan dengan di barengi senyum dan tawa sehingga orang-orang tidak tahu kalau mereka sedang saling umpat.

"Dasar rubah sialan, lihat senyummu itu, kau mengibaskan ekormu pada setiap pria, benar-benar pelacur,ahahahaha!" Thea berbicara pelan hingga hanya Ellinor dan Luna yang dengar, lalu setelah mengatakan itu dia tertawa besar seolah yang disampaikannya tadi pujian dan lelucon.

"ah! Kau bisa saja! ahahaha~." Ellinor terlihat memegang kedua pipinya lalu pura-pura mengusap bahu Thea yang ternyata itu adalah sebuah cubitan super hulk.

"Ahahaha...."

"Hahahaha..."

"Hentikan, jangan bertengkar terus, tenanglah sedikit..."

Translate :"Hentikan! Kalian berisik!"

Elliot dan Thea akhirnya berhenti berhenti tertawa dan menghentikan drama mereka, Thea mengambil rangkaian bunga di meja mereka dan pelan-pelan menghancurkan bunga-bunga itu meredakan emosinya, sementara Ellinor memakai cara berbeda dengan menutup wajahnya dengan kipas dan berkomat-kamit mengeluarkan sumpah serapah untuk Thea agar emosinya reda juga.

Luna tersenyum pada tingkah keduanya, dan kembali fokus pada Dramanya, "Diva panggung itu benar-benar hebat," Luna berkomentar tentang wanita pemain drama itu, "Suaranya penuh dengan Gairah dan dia sangat cocok memerankan Si Tosca dalam drama ini, indah sekali..."

"Itu suara jenis 'Dramatic Soprano' , tidak perlu memakai pengeras suara maka suaranya akan menggema di seluruh penjuru ruangan."

Luna, Ellinor dan Thea menoleh ke asal suara itu, mereka bertiga menemukan pria tampan dengan setelan mahal berdiri di samping kursi Luna, lalu dengan senyum tipis dia berkata ramah, "Boleh aku duduk disini?"

Luna tampak kaku melihat laki-laki itu, air mukanya berubah dan jantungnya berdebar-debar dengan kencang, Luna hampir menyebut namanya ketika Ellinor besuara, "Oh My Sexy Handsome, tentu saja kau boleh duduk disini-"

"Laskar?" Luna berhasil meloloskan suaranya dan ketika mendengar itu Thea dan Ellinor menghilangkan senyum ramah mereka.

"Maaf ya, kalau bisa kursi lain." Nada suara Ellinor berubah menjadi jutek walaupun dia sendiri tidak bisa menahan kekagumannya pada Laskar yang begitu tampan.

"Tapi aku mau duduk di samping Luna," dengan sopan Laskar duduk dan tersenyum ramah pada Luna, "hai Luna, senang melihatmu..."

Luna meneguk air liurnya, Luna gugup. Apa yang dia lakukan disini? Apa dia mau balas dendam dan melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Luna?

Lihat senyum ramahnya itu, dia tampak mencurigakan.... setelah kejadian terkahir kali dia masih bisa tersenyum sehangat dan berperilaku seramah itu pada Luna? Dia pasti merencanakan sesuatu untuk Luna, pasti!. Tapi sedikitpun Luna tidak merasa takut atau ciut sedikitpun, semakin lama dia memandang Laskar dan melihat wajahnya semakin besar juga jantungnya berderap dengan kencang. Rasanya dia malah semakin mencintai pria ini.

"Apa ini? Bagaimana mungkin kita bisa bertemu disini? Ini seperti takdir ya." Laskar bicara semakin ramah dengan senyumnya yang seksi, apa ini? Takdir?! Tidak mungkin, Laskar pasti merencanakan sesuatu, dia tidak mungkin kebetulan berada disini atau mungkin dia sengaja untuk datang kesini, mau apa dia sebenarnya.

"Ke-kenapa Laskar di sini?" Luna bertanya dengan kaku, dia tidak berani menatap Laskar, dia menunduk dan meremas bajunya lalu tanpa sadar dia mengigit bibirnya sendiri saking gugupnya.

"Kenapa ya? Aneh ya, haha..." Laskar tertawa renyah, dia memperhatikan Luna semakin dalam sehingga membuat Luna mendongak kepadanya, "tapi, sepertinya aku datang untukmu."

Luna kembali meneguk air liurnya, Luna semakin gugup, dia selalu senang melihat senyum Laskar, tapi dia tidak senang sekarang, karena mata Laskar berkilat aneh, mata itu seolah berkobar-kobar dengan sesuatu yang baru, apapun itu, dia ...

Dia merencanakan sesuatu.

***

Bersambung