Rena.
Rena itu wanita yang selalu membuat jantung Laskar berdegub kencang. Rena itu wanita yang selalu ingin Laskar bahagiakan. Laskar cinta Rena dan Rena juga mencintai Laskar. Laskar tahu itu karena mereka pernah mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.
Tapi Rena yang polos itu terlalu takut menjalin hubungan, dia bilang dia tidak mau Laskar berubah setelah mereka berhubungan, dia terlalu paranoid dengan hubungan pasangan kekasih yang selalu gagal di sinetron-sinetron. Dan alasan Rena itu tetap mengkekeuhkan hati Laskar. Laskar tidak bisa mencintai wanita lain selain Rena, dia sudah mencobanya saat Rena mulai bertunangan dengan Chris 4 tahun yang lalu tapi tidak ada seorang wanitapun yang bisa membuat jantung Laskar berdegub kencang sama seperti Rena melakukannya pada Laskar.
"Mau minum, Rena?" tawar Laskar pada Rena dan dengan anggukan yang manis Rena menjawab dengan suara halusnya yang lagi membuat jantung Laskar berdegub kencang. "Iya mau, jeruk ya."
Laskar dengan langkah semangat dan hati yang berbunga-bunga mengambilkan minum untuk Rena, dia mengambil jus jeruk kesukaan Rena sebelum sepupunya Cornelia yang menjadi bintang utama dalam acara ulang tahunnya malam ini mendatangi Laskar.
"Untukku?"
"Bukan, untuk Rena." Laskar lalu mengambilkan gelas anggur untuk Cornelia dan memberikannya sembari tesenyum, "Ini baru untukmu baby Cornel."
"Thank Laskar, bagaimana kalau jus jeruk itu kau ganti dengan jus tomat? Luna suka jus tomat." Cornelia menunjuk ke gadis mungil yang sedang melihat pemandangan di luar sendirian, dia memakai gaun gaya victoria berwarna gelap dengan rambut terurai, mudah mengenali siapa wanita itu hanya dengan melihat apa yang dia kenakan, Laskar bisa mengenalinya walaupun tidak melihat wajahnya, adiknya Rena. Kalau tidak salah namanya ... Luna?
"Dia sendirian lagi, sedari dulu aku selalu melihatnya sendiri." Cornelia bicara lagi.
"Oke, aku akan beri dia minuman setelah aku berikan ini pada Rena." Laskar lagi-lagi bersikap ramah, tapi saat dia hendak berjalan ke mana Rena berada, Cornelia menahan tangannya, Rena sudah berjalan bergandengan tangan dengan tunangannya Chris dan dia menoleh pada Laskar sambil tersenyum melambaikan tangan padanya.
Dan Laskar, Laskar tersenyum. Asal Rena bahagia dia juga akan bahagia, pemikiran bodoh memang. Tapi Laskar tidak bisa menepisnya.
Asal Rena tetap tersenyum, maka Laskar akan selalu tersenyum.
"Lihat jalang itu, dia main pergi saja dengan senyum tanpa dosa meninggalkanmu, lihat saja, lain kali kalau ada waktu akan ku benturkan kepalanya ke tembok, dasar keparat!"
Cornelia dan Laskar menoleh ke asal suara itu, siapa lagi yang bisa bicara sekasar itu dengan suara yang seksi dan elegan walaupun ucapannya kasar sekalipun, kalau bukan Queen. Sepupu Laskar yang satu lagi. Queen memberikan jus tomat pada Laskar dan mengambil jus jeruk di tangan Laskar, "Berikan ini pada Luna, sekarang!" bentak Queen tanpa ragu.
Ada apa dengan dua wanita ini? Kenapa mereka memaksa sekali sih?
Queen yang selalu tidak suka dengan wanita manapun saja sekarang malah terlihat menyukai Luna, Queen pernah bilang kalau dia suka wanita yang mempunyai selera fashionnya sendiri tanpa meniru orang lain seperti Luna, dia juga bilang Luna itu imut.
Laskar hendak menghindar, dia harus mengikuti Rena. Bagaimana kalau Rena membutuhkan sesuatu nanti? Meskipun ada tunangannya di sisi Rena.
Tapi Laskar merasa di tarik untuk menoleh ke Luna dan menghampirinya. Luna si adik Rena itu bertolak belakang dengan Rena, Rena selalu tersenyum apapun yang terjadi, dan Luna? Laskar bahkan bertaruh tidak pernah sekalipun melihatnya tersenyum. Wajahnya selalu dingin dan kaku seolah dia tidak mau didekati siapapun, seolah dia tidak mau diganggu siapapun.
Gadis kecil yang mungil itu terlihat rapuh tapi saat melihat ekspresi wajahnya, dia terlihat kuat dan runcing seperti jarum. Melihatnya seperti itu, sendirian. Rasanya mengingatkan Laskar sedikit pada dirinya, semua orang menganggap Laskar orang yang kuat dan selalu bisa menerima beban apapun sendirian, tapi itu bohong, kalau bukan karena ingin melihat orang-orang di sekitarnya tenang dan bangga, dia tidak akan menanggung semua beban sendirian.
Luna.
Dia biasa terlihatnya sendirian selama ini, jadi Laskar fikir dia memang orangnya suka sendirian, tapi tiba-tiba saja kakinya sudah melangkah ke tempat Luna tanpa di suruh oleh kedua sepupunya yang cerewet itu.
Luna sedang melihat ke taman labirint kesukaan adik Laskar - Rosaline. Matanya terlihat antusias dengan tatapan yang setajam elang itu, seolah matanya itu bisa membakar seluruh labirin itu dengan tatapannya saja.
"Mau jalan-jalan kesana?" Laskar tersenyum pada Luna menawarkan, Laskar merasa Luna mau kesana, apalagi di sana jauh dari keramaian, seperti yang Luna sukai, 'kan? Menyendiri. Laskar saat ini juga, dia butuh tempat yang tenang.
Luna sudah menatap orang yang menimbulkan suara itu, dia terlihat sedikit kaget karena ada Laskar disini, matanya menatap tajam mata Laskar, begitu terang-terangan hingga membuat Laskar tidak bisa mengedipkan matanya, seolah Luna sedang memeriksa sesuatu di matanya. Apa? Luna marah padanya? Apa Laskar mengganggu?
"Lagi." Terdengar helaan nafas dari Luna saat mengatakan itu. Lagi? Apa maksudnya?
Laskar mencoba menerjemahkannya, lalu Ah! Laskar mengerti artinya, mungkin maksud ucapan Luna begini, 'Lagi-lagi kau, pergi sana!'
Apa karena Laskar suka sekali berkunjung ke rumah Rena jadi dia sering melihat Laskar dan membuatnya menjadi bosan dan kesal? Ah ... sepertinya itu malah mengganggu ketenangannya.
"Maafkan aku." Laskar meminta maaf sembari tersenyum, saat dia hendak melangkah pergi dia kelupaan dengan sesuatu, "Ah, jus tomat?"
Luna mengambil jus tomat di tangan Laskar dengan ragu-ragu, mungkin dia berfikir Laskar menaruh racun kali yah. Laskar tersenyum lagi seolah dia meminta Luna percaya kalau dia tidak meracuni jus itu, Luna mengambilnya dan sedikit menganggukan kepalanya, mungkin itu caranya berterimakasih, pikir Laskar.
Laskar hendak berjalan masuk tapi tiba-tiba tangan mungil Luna memegang lengan baju Laskar, Laskar menoleh dan melihat Luna menundukan kepalanya, dia sepertinya membuang muka pada Laskar, tampak tidak sudi untuk melihat Laskar.
"Iya? Apa aku perlu melakukan sesuatu lagi?" tanya Laskar, dia berusaha bersikap sebaik mungkin agar si gadis mungil ini tidak semakin memperlihatkan ketidaksukaannya pada Laskar.
"Mau tidak Laskar jalan-jalan dengan Luna ke taman itu?"
Mungkin maksud Luna: "Ikut aku ke taman itu sekarang!" - pikir Laskar.
Laskar meneguk kasar air liurnya, tatapan Luna yang begitu tajam padanya seolah memaksa Laskar untuk ikut dan Laskar merasa dia akan menghancurkan Laskar menjadi berkeping-keping kalau Laskar tidak ikut.
Apa dia mau membunuh Laskar di labirint itu? Apa dia mau mengancam Laskar agar jangan muncul di hadapannya lagi?
Laskar mengangguk tapi tetap tersenyum, dia sempat menoleh ke belakang ke arah pesta, dia mencari-cari Rena terlebih dahulu. Rena akan baik-baik saja kalau Laskar tinggal sebentar, 'kan? Laskar tidak tenang kalau tidak melihat Rena dulu sebelum pergi, dia melihat Rena kini sedang menyuapi Chris dengan kue di sana dan tanpa sadar Laskar menghembuskan nafas berat, Laskar rasa ada baiknya dia pergi dulu sebentar, dia butuh keheningan, dia butuh sendiri.
Laskar menoleh pada Luna kembali dan kini Luna sudah melepaskan tangannya dari lengan baju Laskar. Matanya menjadi sipit dan hampir tidak terlihat, bibirnya terangkat dan untuk pertama kalinya Laskar melihat Luna tersenyum. Dan baginya senyum itu terlihat ... sangat manis!
Laskar berjalan lebih dulu ke labirint yang lumayan gelap itu, nyanyian murung burung malam dan suara music pesta yang samar-samar menyertai langkan keduanya. Laskar sesekali menoleh ke Luna yang ada di belakangnya, Luna berjalan menjaga jarak darinya, Laskar fikir dia tidak sudi terlalu dekat dengan Laskar. Laskar mewajarkan itu, bahkan kakak Laskar yang bernama Kings yang terkenal sebagai penakluk semua wanita saja, tidak bisa mendekati Luna. Dia selalu menyikapi Kings dengan dingin seolah Kings itu tidak ada apa-apanya.
"Luna. Namamu Luna, 'kan?"
Luna mengangguk sedikit.
"Rena sering cerita kalau dia ingin sekali terlihat manis sepertimu, meskipun dia sudah manis dengan caranya sendiri ... Luna, boleh aku titip Rena padamu? Aku tahu dia kakakmu, tapi Rena itu sangat lemah dan dia-"
"Laskar suka Rena, 'kan?"
Laskar berhenti melangkah dan membalikan tubuhnya menghadap Luna yang sudah diam juga, dia menatap Laskar lekat-lekat, agak lama kemudian diam berkata,
"Kalau begitu ambil dia dan jadikan dia milikmu."
***
Bersambung