BRAK!!
Tubuh Asya tertabrak mobil mewah itu. Tubuhnya terpental, melayang ke atas. Untuk beberapa saat, Asya tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi padanya. Terasa seperti slow motion, Asya merasa dirinya dipaksa untuk memahami kejadian barusan.
BRUK!
Hantaman keras ke atas mobil membuat tubuh Asya berguling-guling, hingga mendarat di aspal dengan keras. Gadis itu merasa bahwa tubuhnya sangat lemas sekarang. Tidak, ia seperti lumpuh, tak bisa menggerakkan apapun. Seolah tiada tenaga dan daya upaya agar ia bisa mengendalikan tubuhnya..
Nafas Asya terengah-engah, cukup kuat, namun setiap hempasan nafas rasa sakit langsung menjalar di sekujur tubuhnya. Gadis itu juga merasa sesuatu mengalir di pelipis, serta maniknya berat, memaksanya untuk menutup.
'Aku ... kenapa?' tanya Asya dalam hati. 'Kenapa sulit sekali bergerak? Kenapa tubuhku sakit sekali? Aku bahkan tak bisa berteriak sedikit pun.'
'Tidak! Jangan! Jangan mati, Asya! Kamu belum sempat berbaikan dengan Mama!' Asya terus berbicara dalam hati, sembari mengeryit kesakitan.
Manik Asya perlahan tertutup. Pendengarannya mulai memudar. Hal terakhir yang Asya lihat dan dengar adalah suara teriakan orang-orang yang sepertinya panik dengan kecelakaan yang menimpa Asya. Setelah itu, Asya benar-benar tak sadarkan diri dan dia tak ingat apapun setelah itu.
Satu tetes air mata mengalir.
'Tidak! Jangan mati, Asyara!'
***
"Kamu belum sarapan, 'kan? Mau makan apa?" tanya Crish sembari melirik ke arah Lathia. Tangan kanan lelaki itu fokus memegang stir untuk mengendalikan laju mobil.
Lathia tak langsung menjawab. Gadis itu lebih memilih memainkan ponselnya, men-scroll media sosial, dan me-like beberapa postingan di berandanya.
"Mm, apapun, terserah kamu saja, Lathia," jawab Lathia tanpa sedikit pun melirik ke arah Crish.
Crish menghela nafas. Lathia nampak cuek sekali padanya. Meskipun ini bukan hal yang biasa. Ini terjadi sejak setahun setelah ia dan Lathia berangkat kuliah di luar negeri. Crish tak begitu paham apa sebab Lathia berubah, meskipun secara perlahan namun Crish dapat merasakannya. Selanjutnya, Crish hanya tersenyum kecil, pandangannya beralih ke depan.
"Kenapa kami tak mau sarapan di rumah? Tadi, Bi Alma memasak banyak makanan untuk kita. Enak sekali, sayang jika kita melewatkannya," ujar Crish mengalihkan topik.
Lathia hanya terdiam. "Aku hanya tak ingin memakan masakan rumah. Aku sudah terbiasa makan makanan cepat saji, dan di restoran, seperti saat kita di Amerika," balasnya.
"Begitu," simpul Crish. Bagaimana pun, Crish tak bisa memaksakan Lathia. Ia harus menyanggupinya.
Suasana kembali hening, Crish kembali fokus menyetir. Lathia diam-diam membuka sosial media milik Sean, dan nampak mencari sesuatu. Melihatnya, Crish kembali menghela nafas, raut wajah yang sulit diartikan kini terpampang di wajah Crish.
Untuk ke sekian kalinya, Crish memergoki Lathia tengah sibuk mencari tahu tentang Sean. Meskipun secara sembunyi-sembunyi, namun Crish dapat menerkanya. Crish tak tahu apa hubungan Lathia dan Sean. Crish terlalu takut untuk mengetahuinya. Meski begitu, lambat laun Crish paham, bahwa Lathia bisa saja mencintai Sean. Apalagi saat Sean menyatakan telah mempunyai pacar, sejak kemarin Lathia tak henti hentinya menjelajah media sosial, bak fans fanatik yang selalu mau tau aktifitas idolanya.
"Setengah kilo meter lagi, kita sampai di restoran," ujar Crish memecah keheningan. Jujur saja, Crish tak suka berada di situasi hening ini. Padahal kemarin, Lathia begitu antusias mengobrol dengannya, berbeda dengan kali ini, Lathia seolah mendiamkannya.
Crish mengatupkan giginya saat sadar bahwa Lathia tak juga menjawab perkataannya, hal itu membuat emosi Crish naik. "Lathia," panggil Crish. "Kamu menyukai Sean, ya?" tanya Crish, langsung pada inti. Crish tak bisa menahannya lagi, benaknya selalu kacau dan kalut memikirkan hal itu.
Lathia langsung tercekat. Ia melirik ke arah Crish. "Apa yang kamu katakan," balas Lathia. "Aku pacarmu, beraninya bilang seperti itu padaku," lanjut gadis itu merasa risih dengan pertanyaan Crish.
Crish tak mengindahkan balasan dari Lathia. Crish mengatakan hal itu tentunya bukan asal bicara. Namun Lathia nampak tidak terima. Bagus, akting Lathia cukup bagus, tapi tidak dengan benak Crish yang tak bisa berakting bahwa ia tengah khawatir sekarang.
Kali ini, giliran Lathia yang menghela nafas. "Crish, aku ingin jujur saja," ungkap gadis itu.
Tak melirik atau menjawab, Crish hanya terdiam, memegang stir kuat-kuat. Lelaki itu hanya menjawabnya dengan sedikit gumaman.
"Aku sudah memikirkan ini jauh-jauh hari. Antisipasi jikalau aku sudah pulang ke sini. Jujur saja, aku tak ingin membebanimu dan keluargamu. Apalagi dengan tekanan seperti tadi, kamu mencurigai bahwa aku menyukai Sean. Tidak masalah bagiku jika kamu berpikir seperti itu, tapi aku memutuskan ini bukan karena tekanan darimu itu, aku—"
"Aku tidak menekanmu, Lathia," potong Crish cepat. Lelaki itu melirik ke arah Lathia, dan menatap manik gadis itu lekat. "Aku hanya ingin kejujuran darimu. Itu saja," lanjut Crish.
Lathia bungkam. Crish menatapnya dengan serius. Jarang sekali Lathia mendapatkan tatapan tanpa emosi seperti ini. Lathia sulit sekali menebak apa isi hati Crish sekarang. "Baiklah, aku akan katakan sekarang." Gadis itu membalas tatapan Crish dengan serius. "Aku tak ingin tinggal di rumahmu lagi. Aku ingin tinggal sendiri, di rumahku sendiri. Jika kau tak menyetujuinya,aku ingin pisah darimu, " jujurnya.
Manik Crish melebar. "Tinggal sendiri?" ulang Crish tanpa sadar. "Lathia, aku tak—" Manik Crish semakin melebar saat ia melirik kembali ke jalanan, seorang gadis nampak tengah berjalan melewati zebra cross. Crish lupa ia tengah mengemudi, saking terkejutnya dengan pernyataan Lathia, Crish tak bisa fokus. Pikirannya kacau seketika, Crish menyalakan klakson dengan kuat tapi tak sempat menginjak rem dan ....
BRAK!!
Gadis itu tertabrak, wajahnya sempat melirik ke arah Crish, terbelalak, sama terkejutnya dengan lelaki itu.
CRAK!
Tubuh gadis itu menghantam kaca mobil dengan kuat, hingga retakan timbul seketika. Dengan cepat, tubuhnya terguling, mendarat ke atas aspal dengan keras.
BRUGH!
Suara tubuh gadis itu saat jatuh membuat Crish membeku seketika. Tidak, bukan hanya Crish, Lathia yang awalnya terlihat dingin nampak membatu dengan mata terbelalak. Tatapan gadis tadi, Crish seperti pernah melihatnya, entah di mana.
"Crish! Kamu menabrak seseorang!" pekik Lathia sembari menepuk bahu Crish cukup kuat. Gadis itu buru-buru melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.
Sedetik kemudian, Crish tersadar dari lamunannya. Lelaki itu mengikuti jejak Lathia, keluar dari mobil dengan tergesa-gesa untuk melihat apa yang terjadi. Jantung Crish terasa seperti terhantam beton, membuatnya kesulitan untuk sekedar bernafas tenang. Dalam hati, Crish berulang kali berharap semoga kejadian barusan hanyalah ilusi. Namun, harapan Crish lebur seketika saat melihat Lathia tengah mengguncang tubuh gadis yang ditabrak Crish tadi.
"Nona? Kamu tak apa-apa? Hey?" Lathia menepuk pelan bahu gadis itu. Hingga Lathia sadar bahwa gadis tersebut sudah tak sadarkan diri, ia membalikkan tubuhnya dan langsung terkejut saat melihat wajah Asya.
Begitu pula dengan Crish. Lelaki itu terkejut dengan wajah Asya yang terdapat beberapa luka, dan darah yang keluar dari mulutnya, jangan lupakan wajah Asya yang tak asing semakin membuat Crish terkejut bukan main.
"Crish, dia pacar Sean, 'kan?! Ayo cepat bawa dia ke rumah sakit!" titah Lathia cukup panik.
Crish mengangguk cepat, lelaki itu menggendong tubuh Asya dan membawa gadis itu ke dalam mobil, tak lama kemudian ia melajukan mobilnya dengan cepat, menuju rumah sakit.
***