Meskipun seharusnya Clarissa tidak masalah dengan hal itu karena hubungannya dengan Arthur hanyalah sebagai pasangan kontrak saja, namun anehnya begitu mendengar bahwa sikap Arthur yang sesungguhnya sangat berbeda dengan apa yang ia ketahui selama ini, membuat Clarissa pun merasakan sakit di suatu bagian dalam hatinya. Entah siapa sebenarnya wanita itu dan bagaimana caranya Cintya yang seharian selalu bersamanya bisa mendengar hal itu, namun sekarang ini Clarissa lebih memilih untuk tidak mendengarkannya lebih lanjut demi ketentraman hidupnya. "Bukankah kamu juga tau bahwa aku dengannya hanyalah terikat kontrak saja? Aku tidak peduli dengan segala gosip buruk tentangnya." Anehnya meskipun Clarissa juga tau bahwa apa yang ia dengarkan sekarang ini bukanlah murni kesalahan Cintya, namun hanya dengan mendengarkan nama partnernya di bicarakan dengan buruk di depannya, membuat emosi Clarissa meluap-luap.
Apa yang Clarissa katakan adalah benar, bahwa memang seharusnya Ia tidak begitu mempermasalahkan hal itu karena telah mengetahui hubungan di antara Clarissa dan juga Arthur yang sebenarnya. Meskipun begitu, anehnya saat menyadari perasaan Clarissa yang tampaknya berubah kepada Arthur, membuat Cintya merasa cemas jika mungkin saja benar bahwa Clarissa mencintai Arthur. Karena bagaimanapun juga, Clarissa adalah satu-satunya keluarga yang masih ia miliki, dan Cintya tidak ingin keluarganya satu-satunya menjalin hubungan dengan pria yang memiliki sifat sesuai dengan rumornya yang beredar. "Apa yang Anda katakan benar. Maafkan saya, saya bersalah." Kini Cintya tidak bisa mengelaknya lagi, karena tampaknya tanpa sadar ia telah membuat Clarissa merasa tidak nyaman dengan sikapnya semenjak mereka tiba di negara ini.
Begitu melihat Cintya yang bahkan sampai meminta maaf padanya, membuat emosi Clarissa yang semula meluap-luap, kini anehnya kembali stabil. Tentunya ia merasa tidak tega, jika melihat Cintya dengan raut wajahnya yang murung sekarang ini, maka dari itu Clarissa pun memutuskan untuk bersikap lebih lembut agar tidak membuat Cintya tersinggung akibat ucapannya. "Sudahlah, tidak perlu di bahas lagi. Aku hanya ingin untuk ke depannya kamu bersikap profesional di depan Arthur dengan menjaga perilakumu." Tutur Clarissa yang menegurnya secara halus.
Cintya pun mengangguk, meskipun rasanya sangat berat untuk menjaga sikapnya di depan Arthur akibat rasa kesal Cintya yang sudah tidak bisa di tutupi lagi, namun Cintya tetap berusaha untuk melakukan permintaan Clarissa demi lancarnya rencana mereka untuk ke depannya. "Baiklah, Nona. Silahkan mandi terlebih dahulu, saya telah menyiapkan air mandinya." Ujar Cintya sambil mengambilkan handuk untuk di berikan kepada Clarissa.
Sikap Cintya yang tetap bisa bersikap profesional dalam keadaan apapun seperti inilah yang Clarissa banggakan dari dirinya. Karena meskipun kini mereka habis bertengkar dengan hebat, namun Cintya tetap melakukan tugasnya dengan baik dan tidak mencampurkan urusan pribadi denagn kewajibannya, hal seperti ini juga yang Clarissa harapkan dari Cintya dalam bersikap di depan Arthur. "Baiklah, aku akan segera mandi." Jawab Clarissa dengan nada bicara yang kembali normal seperti biasanya.
Clarissa pun segera menuju ke kamar mandi kemudian berendam di dalam bak mandi yang telah di isi dengan air hangat sebelumnya. Meskipun sekarang ini waktu telah menunjukkan tengah malam, anehnya Clarissa tidak merasa kedinginan sedikit pun meski hawa di sekitarnya terasa sejuk. Clarissa pun mencoba membuka ponselnya setelah cukup lama tidak memeriksanya, terlihat ada banyak sekali pesan yang masuk dari rekan-rekan kerjanya. Ada sebagian yang menanyakan mengenai di mana ia berada sekarang ini, ada juga yang bertanya mengenai alasannya yang membatalkan semua jadwal selama beberapa minggu ke depan secara tiba-tiba.
Meskipun Clarissa mengerti dengan sangat baik akan kekhawatiran rekan-rekannya tersebut, namun Clarissa memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan dari mereka terlebih dahulu demi menyembunyikan identitasnya dengan baik setidaknya sampai besok. Clarissa pun terus menggulir beranda pesannya hingga ke bawah, sampai pada akhirnya ia menemukan adanya pesan yang berasal dari salah satu teman dekatnya, yaitu Zasco. Bukan seperti teman-temannya yang lain yang menanyakan tentang di mana ia berada ataupun alasannya membatalkan semua janji untuk beberapa minggu ke depan, Zasco justru menanyakan kondisinya dengan sangat khawatir dan mencurahkan kecemasannya akibat Clarissa yang menghilang secara tiba-tiba.
Meski sebelumnya Clarissa sempat merasa ragu di antara dua pilihan apakah ia harus membalas pesan tersebut atau membiarkannya saja, pada akhirnya Clarissa pun memutuskan untuk memilih pilihan yang kedua setelah mempertimbangkan perasaan Zasco sekarang ini. Tidak ada hubungan yang spesial di antara mereka, Clarissa hanya menganggap Zasco sebagai patner yang baik dan pria yang bisa di andalkan, namun sayangnya Zasco memiliki pemikiran yang lain terhadap Clarissa. Setelah membalas pesan dari Zasco dengan mengatakan maaf dan memberitahukan keberadaannya Sekarang ini, Clarissa pun memutuskan untuk segera menyudahi mandinya sebelum malam semakin larut. Setelah itu, Clarissa pun segera tidur karena tidak ada lagi hal yang harus ia kerjakan sekarang.
***
Keesokan harinya, Clarissa yang masih tertidur dengan nyenyak itu pun merasa terganggu setelah mendengar suara yang semenjak tadi terus-terusan memanggil namanya tanpa henti. "Nona, bangunlah. Anda harus segera bersiap untuk menghadiri acara sebentar lagi." Rupanya suara yang terdengar tidak asing itu merupakan suara Cintya yang semenjak tadi terus mencoba untuk membangunkannya dari tidur.
Clarissa yang kini mulai terbangun dari tidurnya pun, langsung beranjak bangun dan menatap jam yang tertempel di dinding, ia tidak menyangka jika hari ini adalah untuk yang pertama kalinya baginya bangun terlambat meskipun mengetahui bahwa hari ini ia ada kegiatan untuk menghadiri sebuah acara. Clarissa pun segera bergegas untuk mandi dan melahap sarapan yang telah di siapkan oleh Cintya sebelumnya, tampaknya tubuhnya semalam benar-benar kelelahan sehingga tanpa sadar ia tertidur terlalu nyenyak sampai susah untuk di bangunkan. Clarissa yang sudah cukup lama hidup di negara asing dan berprofesi sebagai model ternama ini, tentunya sudah cukup terbiasa mengatur jam tidurnya dan juga jam bangunnya demi segala kegiatannya setiap hari agar berjalan dengan lancar. Maka dari itu kini Clarissa cukup merasa syok, dengan dirinya sendiri yang hari ini tidak kunjung bangun meskipun Cintya telah membangunkannya hingga beberapa kali.
"Nona, ini pakaian yang di kirimkan oleh Tuan Arthur tadi pagi, tampaknya beliau meminta Anda untuk mengenakannya di acara nanti." Setelah mengetahui bahwa Clarissa sudah menyelesaikan sarapannya, Cintya pun segera meminta Clarissa untuk berganti pakaian dengan menggunakan pakaian yang tadi pagi-pagi sekali telah di kirimkan oleh seseorang yang mengaku sebagai utusan dari Arthur.
Clarissa pun memandangi pakaian itu dengan lekat-lekat, apa yang Cintya katakan adalah benar, Arthur memang dengan sengaja mengirimkan pakaian ini untuknya pakai di acara nanti karena memang pakaian inilah yang sebelumnya Ia pesan di butik Madam Namson. "Terimakasih." Ujarnya sambil menerima pakaian yang masih di bungkus secara rapi dengan menggunakan penutup pakaian transparan itu.