Chereads / Nikah Kontrak / Chapter 25 - Percakapan yang Tiada Gunanya

Chapter 25 - Percakapan yang Tiada Gunanya

Clarissa pun tersenyum, tentunya ia ikut merasa senang melihat Arthur yang kembali berkumpul dengan rekan-rekannya setelah sekian lama tak bertemu. Setelah Arthur benar-benar pergi, Clarissa pun memutuskan untuk pergi ke tepi aula agar bisa terhindar dari kerumunan para tamu yang semenjak tadi cukup membuatnya merasa sesak. Namun, pada saat Clarissa sedang berjalan, anehnya ada seseorang yang menarik tangannya dengan paksa. Karena aula sekarang ini sangatlah ramai dengan di penuhi oleh para tamu yang sedang menikmati hidangan, Clarissa jadi tidak bisa melihat seseorang tersebut dengan jelas. Maka dari itu Clarissa pun memutuskan untuk pasrah mengikuti seseorang tersebut agar dapat mengetahui, siapa sebenarnya yang kini tengah menarik lengannya seolah dengan sengaja memintanya untuk ikut pergi dengan orang tersebut.

Clarissa pada akhirnya berjalan hingga sampai ke balkon, di mana tidak ada orang di sekitarnya. Karena jejak yang di tinggalkan orang tersebut menghilang, Clarissa pun memutuskan untuk kembali ke tempat Ia berada tadi agar nantinya sewaktu Arthur kembali, Arthur tidak merasa bingung dengan dirinya yang menghilang secara tiba-tiba. Namun sayangnya sebelum Clarissa benar-benar kembali, di depannya tiba-tiba muncul seorang pria dan rupanya pria itu adalah Azef. "Minggir." Begitu menyadari bahwa rupanya pria yang tadi menarik tangannya hingga membawanya sampai ke sini dengan sengaja adalah Azef, Clarissa pun memutuskan untuk segera pergi dan meminta Azef yang kini menghalangi jalannya untuk minggir.

Mendengar Clarissa yang justru langsung memintanya untuk minggir meskipun ini adalah pertemuan mereka untuk yang pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu secara langsung, membuat Azef merasa sakit hati. "Padahal ini adalah pertemuan pertama kita setelah sekian lama tidak bertemu, apa kamu tidak berfikir bahwa ucapanmu barusan terdengar sangat jahat?" Ujar Azef yang sangat menyayangkan jika pertemuan mereka kali ini berakhir dengan sangat cepat.

Melihat Azef yang seolah dengan sengaja menahannya untuk tidak pergi seperti ingin mengatakan sesuatu padanya, membuat Clarissa pun tidak memiliki pilihan lain untuk diam sejenak di sini dan mendengarkannya karena siapa tau, Azef yang merupakan orang yang terlibat dalam skandal percintaan dengannya ini hendak membicarakan sesuatu yang menyangkut rumor tak berdasar itu. "Cepat katakan apa tujuanmu yang menarikku hingga kemari, aku tidak punya banyak waktu." Tutur Clarissa dengan gelisah, sambil terus menatap ke arah aula yang kini berada cukup jauh darinya.

Saat melihat Clarissa yang pada akhirnya mau mendengarkannya seperti ini, tentu saja membuat Azef merasa senang karena telah mencapai tujuannya. Azef pun menutup pintu balkon dan menguncinya dari dalam dengan menggunakan kunci yang berhasil ia dapatkan dari seseorang yang bekerja di gedung ini. "Pilihan yang tepat, Clarissa." Tutur Azef sambil mengunci pintu balkon.

Melihat Azef yang kini justru mengunci pintu balkon dari dalam seolah dengan sengaja ingin mengurungnya di dalam sini, tentu saja membuat Clarissa merasa panik. Ia merasa bahwa pilihannya untuk tetap di sini sebentar dan mendengarkan apa yang hendak Azef katakan padanya adalah sebuah kesalahan yang fatal. "Apa-apaan ini? Cepat buka kembali pintunya." Kata Clarissa dengan sangat panik, mencoba untuk mencegah Azef sebelum ia benar-benar berhasil mengunci pintu balkon tersebut dari dalam sehingga membuatnya tidak bisa pergi.

Namun apa yang Clarissa lakukan untuk mencegahnya rupanya hanyalah berakhir sia-sia, karena Azef telah berhasil mengunci pintu balkon tersebut lebih cepat dari pada apa yang ia duga. "Bukankah sebelumnya kamu sudah memutuskan untuk mendengarkanku terlebih dahulu? Jangan membuatku kecewa, Clarissa." Azef kini menatap Clarissa dengan penuh nafsu, akibat dirinya yang sekarang ini sedikit mabuk, Azef bahkan sampai tidak bisa menahan nafsunya begitu melihat Clarissa yang berpenampilan sangat cantik untuk malam ini.

Menyadari tatapan Azef yang semenjak tadi melihatnya dengan sorot mata yang berbeda, sejujurnya membuat Clarissa cukup merasa tidak nyaman. Anehnya di saat seperti ini, Clarissa merindukan Arthur dan menyesali ucapannya yang memperbolehkan Arthur untuk pergi bersama teman-temannya seperti tadi. Karena jika saja tadi ia tidak memberikan ijin kepada Arthur untuk pergi, sekarang ini Arthur pasti tetap berada di sisinya dan Azef tidak akan mungkin berani untuk melakukan hal seperti ini padanya. "Baiklah, aku akan tetap di sini dan mendengarkanmu. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Clarissa yang memutuskan untuk tetap bersikap tenang agar kepalanya tetap dingin dan ia bisa berfikir dengan jernih.

Azef yang semula bersandar di dekat pintu balkon, kini segera berjalan menghampiri Clarissa yang berdiri cukup jauh darinya. Sejujurnya hati Azef terasa sangat sakit sekali, begitu melihat Clarissa yang datang ke tempat ini sebagai patner dari Arthur karena Azef merasa, bahwa yang seharusnya berada di sisi Clarissa dan menjadi partnernya kali ini adalah dirinya dan Arthur telah merebut posisinya itu. "Apa kau tau? Selama kau berada di paris, aku tidak pernah berhenti memikirkanmu. Kapan kau akan kembali, kenapa kau tak kunjung kembali, bagaimana caranya agar aku bisa membuatmu kembali, aku hidup dengan memikirkan segala hal itu setiap harinya." Ujar Azef yang mengungkapkan isi hatinya dengan tulus sekarang ini.

Mendengar Azef yang kini justru hanya mengucapkan omong kosong padanya dan bukannya hal penting seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya, membuat Clarissa merasa semakin terancam. Dengan situasi aneh yang berjalan sekarang ini, Clarissa merasakan adanya perbedaan pada saat Azef menatapnya tadi dan juga sekarang. Entah apa yang bisa Clarissa lakukan di tengah situasi yang mendesak ini, ia hanya bisa terus berharap agar Arthur segera datang dan menyelamatkannya dari Azef yang kini terlihat siap untuk menerkamnya kapan saja. "Jangan bicara omong kosong dan cepatlah katakan apa keinginanmu, aku harus segera pergi dari sini." Ucap Clarissa dengan raut wajahnya yang terlihat panik.

Melihat Clarissa yang tidak mendengarkan ucapannya dengan serius dan justru ingin cepat-cepat pergi dari sini, membuat emosi yang ada di dalam hati Azef semakin memuncak. Ia yang semula masih menjaga jarak dengan Clarissa untuk memastikan kenyamanannya, kini memutuskan untuk tidak lagi memikirkan hal itu dan bertindak sesuai dengan keinginannya. "Jika aku mengatakan bahwa aku menginginkanmu .... apa kamu bersedia untuk mengabulkannya?" Tanya Azef sambil terus berjalan mendekat ke Clarissa.

Karena semenjak tadi Azef hanya berbicara omong kosong kepadanya tanpa maksud dan tujuan yang jelas, sekarang ini Clarissa tidak memiliki pilihan lain lagi selain mengatakan bahwa ia sudah memiliki kekasih demi mengakhiri percakapan yang tidak ada artinya ini. "Hentikan, Azef. Berhenti sampai di situ, aku harap kamu tidak meneruskan perkataanmu ini, karena aku sudah memiliki kekasih. Sekarang biarkan aku pergi karena ku rasa sudah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan." Dengan cepat, Clarissa pun segera pergi menghindari Azef dan berjalan menuju ke arah pintu balkon yang masih terkunci.