Begitu mendengar Clarissa yang menolaknya dengan mengatakan bahwa ia telah memiliki kekasih setelah mendengarkan pernyataan cinta darinya, tentu saja membuat hati Azef kini di penuhi dengan rasa cemburu. Tentu saja ia mengetahui, bahwa kekasih yang di akui oleh Clarissa itu tak lain dan tak bukan adalah Arthur Edward, patner yang datang bersamanya hari ini. Seketika ekspresi wajah Azef pun berubah, ia yang semula menatap Clarissa dengan penuh nafsu kini berganti menatap Clarissa yang telah menyakiti hatinya dengan penuh amarah. "Memangnya apa yang membuatmu lebih memilih dia di bandingkan diriku? Apa kelebihan yang ia punya, hah? Cepat putuskan dia dan jadilah kekasihku!" Karena sepertinya Clarissa sudah tidak bisa lagi jika di ajak bicara dengan baik-baik, Azef yang pada saat itu sudah kehilangan setengah dari akal sehatnya pun memutuskan untuk berbicara dengan kasar kepada Clarissa.
Melihat Azef yang kini sedang kehilangan kendali, membuat Clarissa pun ingin memanfaatkan situasi di mana Azef yang kini tengah lengah itu untuk mencari cara agar bisa kabur darinya. Sekarang ini, yang bisa Clarissa lakukan hanyalah menendang Azef di bagian titik vitalnya dengan memanfaatkan sepatu haknya yang tinggi. Karena tentunya dengan gaun panjang dan berat yang ia pakai sekarang ini, cukup membuat pergerakannya terhambat dan sulit bergerak.
Clarissa pun mengambil kesempatan pada saat Azef terus mengucapkan omong kosong dan tidak berfokus pada dirinya. Ia berhasil mengangkat sedikit roknya yang panjang kemudian menendang bagian titik vital Azef dengan sangat keras sehingga membuatnya kesakitan. Melihat adanya kunci yang terjatuh dari saku celana Azef, membuat Clarissa pun dengan cepat mengambil kunci itu dan berusaha membuka pintu balkon sebelum Azef menyadarinya. Namun sayangnya sebelum Clarissa berhasil membuka kunci pintu balkon dari dalam, Azef pun sudah terlepas dari rasa sakit yang ia rasakan sebelumnya dan segera menangkap Clarissa kembali sebelum Clarissa benar-benar kabur darinya. "Kau pikir kau bisa lari ke mana, ha?" Ucapnya sambil mengunci kedua tangan Clarissa di belakang punggung.
Kini Clarissa tidak bisa lagi lari ke manapun, kesempatannya untuk kabur pun sudah hangus. Ia bahkan sampai kehilangan kekuatan, akibat kedua tangannya yang telah di cengkeram dengan sangat keras oleh Azef membuatnya tidak bisa berkutik lagi. Melihat Clarissa yang kini benar-benar berada dalam genggamannya tanpa bisa melakukan apapun, membuat Azef pun dengan mudah bisa melakukan sesuatu padanya. Azef membawa Clarissa ke tepi balkon, kemudian mulai menciumi wajahnya. Karena Clarissa tidak bisa menuruti permintaannya untuk memutuskan Arthur kemudian menjadi kekasihnya, maka dari itu Azef berfikir untuk meninggalkan bekas di tubuh Clarissa terlebih dahulu agar hubungannya dengan Arthur merenggang dan di saat itu tiba nanti Azef bisa mengambil alih posisi Arthur dengan mudahnya.
Meskipun kini kekuatan Clarissa benar-benar habis dan tubuhnya terasa lemas, ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk melawan Azef agar Azef tidak dapat melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya. Ini adalah untuk yang pertama kalinya bagi Clarissa merasa menjadi wanita hina, entah apa yang harus ia lakukan agar bisa terlepas dari situasi semacam ini. "Azef, lepaskan aku atau aku akan berteriak." Ancam Clarissa yang terus mencoba untuk menghindari bibir Azef yang semenjak tadi terus mendaratkan ciuman di wajahnya.
Mendengar Clarissa yang mengancamnya di saat seperti ini, sejujurnya membuat Azef yang telah terlepas dari pengaruh alkohol itu pun merasa ingin tertawa. Bukannya merasa takut, Azef justru berfikir bahwa apa yang akan di lakukan oleh Clarissa itu hanyalah sia-sia karena di sekitar mereka, tidak ada seorang pun yang dapat mendengar teriakan Clarissa meksipun Clarissa berteriak sampai suaranya habis sekali pun. "Silahkan saja. Mari kita lihat siapa yang akan datang menolongmu di tengah balkon yang sepi ini." Jawab Azef yang tidak merasa takut dengan ancaman yang di lontarkan oleh Clarissa.
Melihat Azef yang justru tidak takut dengan ancaman yang sungguh-sungguh ia berikan, membuat Clarissa pun memutuskan untuk benar-benar berteriak sekuat tenaga dengan harapan agar ada seseorang yang secara tidak sengaja mendengar teriakannya kemudian datang untuk menolongnya. Namun setelah Clarissa berteriak hingga membuat tenggorokannya terasa kering, sayangnya tidak ada seorang pun yang datang sesuai dengan prediksi Azef sebelumnya. Kini Clarissa benar-benar berada di ujung tanduk, entah apa yang akan terjadi jika situasi terus membuatnya terpojokkan seperti sekarang ini. Meskipun Clarissa terus berusaha untuk mempertahankan harga dirinya sampai akhir dengan sisa tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, namun sayangnya kekuatan fisiknya kalah dari Azef yang memiliki ukuran tubuh lebih besar darinya.
Sekarang ini Clarissa hanya bisa pasrah, membiarkan Azef meninggalkan bekas di lehernya tanpa bisa berbuat apapun. Namun, di tengah-tengah keputusasaan yang di rasakan oleh Clarissa, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang tengah lewat dan membuat harapan Clarissa yang semula hilang, kini menjadi tumbuh sekali. "Siapapun! Tolong aku!" Teriaknya sambil terus berdoa di dalam hati agar ada seseorang yang dapat membantunya.
Melihat Clarissa yang sampai saat ini masih memikirkan cara untuk kabur darinya, membuat Azef pun tidak memiliki pilihan lain lagi selain menyelesaikan semua ini dengan cara yang lebih cepat. Azef pun menidurkan Clarissa secara paksa di atas lantai, kemudian menindihnya. Sekarang ini Azef terlihat seperti predator buas yang siap untuk melahap mangsa di depannya. Namun sayangnya, sebelum Azef berhasil melakukan niat buruknya tersebut kepada Clarissa, Arthur pun datang dengan begitu gagah, berhasil mendobrak pintu balkon yang terkunci dari dalam itu dengan keras dari luar.
Clarissa yang melihat kedatangan Arthur sekarang ini di depannya, membuatnya kini dapat menghela nafas secara lega karena Ia percaya, bahwa Arthur datang kemari untuk menyelamatkannya. Namun tentunya meskipun merasa senang dengan kedatangan Arthur, di satu sisi Clarissa pun merasa bingung untuk menjelaskan situasi yang terjadi di antaranya dengan Azef yang dapat membuat Arthur merasa salah paham ini. Ia tidak ingin Arthur merasa kecewa padanya, entah apa yang sekarang ini harus Clarissa lakukan untuk membuat Arthur mempercayainya bahwa apa yang Arthur lihat sekarang ini bukanlah seperti apa yang tengah terbesit dalam pikirannya.
Melihat Clarissa yang kini tengah berada di bawah Azef dalam posisi terlentang, tentunya membuat Arthur sudah bisa memprediksi apa yang sebenarnya ingin Azef lakukan kepada Clarissa. Namun saat melihat pakaian Clarissa yang rupanya masih utuh, membuat Arthur pun dapat menghela nafas lega karena tampaknya ia datang di saat yang tepat, di saat Azef belum berhasil melakukan sesuatu yang buruk kepada Ckafsisa. Begitu melihat Azef yang berada di depannya sekarang ini, tentunya membuat emosi Arthur semakin meluap-luap.