Arthur pun segera berlari, menarik kerah pakaian Azef agar bisa segera menghindar dari Clarissa yang masih berada di bawahnya dengan tidak berdaya. Begitu Azef berada di dalam genggamannya pun, Arthur segera melayangkan pukulan untuk melampiaskan emosinya sementara itu, Azef yang semenjak awal sudah menyadari adanya perbedaan kekuatan fisik yang sangat besar di antaranya dengan Arthur, memutuskan untuk tidak melawan dan hanya bisa pasrah membiarkan dirinya untuk di pukul habis-habisan. Melihat Azef yang kini sudah tidak lagi menindihnya, Clarissa yang semula terlentang di atas lantai pun segera berdiri dan menepi untuk menghindar dari Arthur yang tengah memukuli Azef tersebut. "Dasar manusia brengsek, apa yang sudah kau lakukan pada kekasihku, hah?" Tanya Arthur sambil terus melayangkan tinju kepada Azef.
Meskipun Arthur bertanya kepada Azef, ia tidak memberikan Azef kesempatan untuk menjawab pertanyaannya dan justru terus memilikinya sampai tubuh Azef melemah. Clarissa yang melihat pemandangan tidak mengenakkan yang terjadi di depannya pun hanya bisa berdiam diri sambil menutup kedua matanya karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk menghentikan Arthur yang kini telah di kuasai oleh amarahnya yang begitu besar. Melihat sorot mata Arthur yang berbeda dari biasanya, anehnya membuat Clarissa merasa takut dan tidak memiliki keberanian untuk mendekat, Arthur yang sekarang ini berada di depannya bukanlah seperti Arthur yang ia kenal. Meskipun Clarissa tau Arthur melakukan semua ini untuk membela dirinya, anehnya Clarissa tidak merasa senang dengan hal itu.
Clarissa pun mencoba memanggil nama Arthur sampai beberapa kali agar Arthur menghentikan perbuatannya sekarang ini sebelum Azef benar-benar mengalami luka berat karenanya dan membuat Arthur nantinya dapat berada di dalam masalah. "Arthur, sudah, cukup. Redakan amarahmu sebelum Azef benar-benar mati!" Namun rupanya, Arthur tidak mendengarkannya akibat terlalu berfokus kepada Azef yang berada di depannya. Arthur tetap memukuli Azef dan menghiraukan ucapannya, seolah menganggapnya sudah tidak lagi berada di sini dan menyaksikan semuanya.
Di saat Clarissa tengah merasa terpuruk sekarang ini, tiba-tiba datanglah seorang pria dengan kulit coklatnya yang eksotis datang dan menghampirinya yang tengah duduk di tepi balkon sambil memeluk dirinya sendiri. "Clarissa, sedang apa kamu di sini?" Tanya pria itu yang cukup merasa syok, melihat penampilan Clarissa yang cukup berantakan sekarang ini.
Mendengar adanya suara yang terdengar tak asing di telinganya, membuat Clarissa pun cukup merasa kaget. Rupanya pria yang datang itu adalah Zasco, pria yang semalam bertukar pesan dengannya melalui ponsel, sekaligus partnernya yang cukup baik di paris. Melihat Zasco yang kini berada di depannya seolah apa yang ia lihat sekarang ini adalah sebuah mimpi, tentunya membuat Clarissa yang tengah membutuhkan seseorang di sisinya sekarang ini merasa amat sangat bahagia sekaligus lega. "Zasco, i miss you." Tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Zasco terlebih dahulu, Clarissa pun langsung memeluknya untuk melampiaskan rasa lelahnya atas apa yang telah terjadi padanya hari ini.
Melihat Clarissa yang kini langsung memeluknya dalam kondisi yang menyedihkan, membuat Zasco pun dapat menebaknya, bahwa rupanya Clarissa terus mendapatkan masalah begitu sampai di tanah kelahirannya ini. Meskipun sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Zasco tanyakan kepada Clarissa, namun melihat kondisi Clarissa sekarang ini yang tidak memungkinkan untuk menjawab semua rasa penasarannya dalam waktu dekat, membuat Zasco pun memutuskan untuk menyimpan terlebih dahulu segala pertanyaannya itu dan membalas pelukan Clarissa dengan hangat untuk membantu menenangkan dirinya.
Zasco pun terus memeluk Clarissa yang tengah menangis di depannya dengan nafasnya yang sesenggukan sampai Clarissa merasa tenang. Zasco menengok ke sampingnya, begitu melihat adanya seorang pria yang tengah memukul pria lainnya sampai hampir kehilangan kesadaran itu, membuat Zasco pun berfikir bahwa rupanya masalah yang terjadi kali ini memiliki sangkut paut dengan Clarissa. Zasco tidak mengenali siapa sebenarnya dua orang pria yang tengah bertengkar itu tapi yang jelas sekarang ini, prioritas utamanya adalah untuk membawa Clarissa ke tempat yang aman terlebih dahulu. Namun saat Zasco hendak melepaskan sejenak pelukannya dari Clarissa, ia merasakan tubuh Clarissa yang secara tiba-tiba lemas dan menunjukkan bahwa rupanya Clarissa tengah pingsan sekarang ini.
Tanpa pikir panjang, Zasco pun segera berdiri, ia menggendong Clarissa ke luar dari balkon tersebut kemudian hendak membawanya pergi ke rumah sakit terdekat agar bisa mengetahui apa yang telah terjadi kepada Clarissa sebelum ia datang. Zasco pun segera berlari, ia menuju ke arah belakang gedung untuk mencari pintu keluar, ia berniat untuk membawa pergi Clarissa secara diam-diam agar tidak di ketahui oleh para reporter yang berada di bagian depan gedung tersebut. Namun sayangnya, setelah berlari cukup lama, Zasco tidak berhasil menemukan adanya pintu keluar yang terletak di bagian belakang bagian tersebut. Kini Zasco tidak memiliki pilihan lain lagi selain membawa Clarissa lewat pintu depan meskipun harus menerobos para reporter yang siap untuk menyerangnya dengan berbagai macam pertanyaan ketika membawa Clarissa keluar dari gedung tersebut.
Dan benar saja, apa yang Zasco khawatirkan sebelumnya benar-benar terjadi, begitu Zasco kembali ke aula dengan menggendong Clarissa di atas kedua tangannya sambil berlari menuju ke pintu untuk keluar dari gedung tersebut, segala pusat perhatian para tamu undangan yang hadir pun langsung mengarah padanya. Mereka semua menatap Zasco dengan tatapan yang seolah-olah sedang meminta pernyataan dari Zasco tentang apa yang telah terjadi kepada Clarissa. Namun tentunya Zasco yang kini tengah panik tidak memiliki waktu luang untuk menjelaskan kejadian tadi agar dapat mengurangi rasa curiga para tamu undangan, karena sekarang ini yang terpenting untuknya adalah, segera membawa Clarissa pergi ke rumah sakit demi keselamatannya.
Setelah cukup lama berlari, pada akhirnya pintu keluar pun sudah terlihat di depan mata Zasco, tak terasa hanya tinggal beberapa langkah lagi saja Ia dapat segera membawa Clarissa pergi ke rumah sakit tanpa perlu merasa risih dengan tatapan orang-orang yang semenjak tadi terus mengarah kepadanya. Namun pada saat Zasco hampir tiba di pintu masuk, tiba-tiba sang pemilik acara yang juga merupakan kenalannya pun menghentikannya secara mendadak. "Apa yang telah terjadi dengan Nona Clarissa?" Tanya mereka. Sebagai pihak yang menyelenggarakan pesta sekaligus orang yang mengundang Clarissa untuk datang ke acara ini, pasangan yang baru saja bertunangan itu merasa bertanggung jawab dan harus mengetahui apa yang telah terjadi kepada salah satu tamu spesial mereka di acara yang mereka adakan kali ini.
"Tidak perlu terlalu khawatir karena Clarissa hanya pingsan, aku akan membawanya ke rumah sakit, jadi silahkan lanjutkan acara ini dengan tenang." Karena Zasco sendiri tidak mengetahui dengan jelas mengenai apa yang telah terjadi kepada Clarissa akibat kedatangannya yang terlambat, pada akhirnya yang bisa keluar dari mulut Zasco adalah perkataan untuk membuat sang penyelenggara acara tersebut merasa tenang.