nefilibata
(noun) a day dreamer; one who walks in the clouds
****
Sore itu langit menumpahkan airnya. Seorang gadis berseragam putih abu-abu yang baru saja keluar dari gedung sekolah pun membuang napas kasar ketika hujan menyambutnya. Itu memang kesalahannya yang memilih mengerjakan tugas di sekolah dan menolak tawaran pulang Oliv—sahabatnya. Sekarang, suasana di sekitarnya sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa saja yang tinggal karena kegiatan ekstrakurikuler di belakang.
Masalahnya, saat ini gadis itu sudah merasa lelah setelah menguras isi kepala untuk tugas tadi dan ingin segera pulang untuk merebahkan diri. Selain itu, dia juga lupa membawa payung. Jika menerobos hujan, seragamnya sudah pasti akan basah, sementara besok baru hari Selasa dan dia hanya memiliki satu seragam. Lalu, jika menunggu hujan reda, kemungkinan matahari pasti sudah pulang terlebih dahulu pada peredarannya.
"Aku harus bagaimana? Ayah pasti belum pulang." Gadis berambut sebahu itu bergumam lirih, tangannya terulur untuk merasakan derasnya air yang jatuh dari langit.
Senyuman hangat terpancar di wajahnya ketika rasa dingin menjalari tangannya yang basah. Aroma samar petrichor yang selalu menjadi favoritnya kini menjadi penghibur kerisauannya.
Baiklah, menunggu sebentar sepertinya tidak mengapa. Siapa tahu keajaiban benar-benar muncul saat ini, batinnya bertekat. Namun sayang, meskipun berpuluh-puluh menit menunggu, tidak ada tanda-tanda bahwa hujan akan segera reda. Sebaliknya, ia turun semakin deras.
Gadis itu mengembuskan napas lelah. Para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sudah mulai berhamburan pulang, entah itu dijemput orang tua, menggunakan payung, bahkan ada yang pulang bersama. Gadis itu kembali menilik jam di tangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Jika terus menunggu, kemungkinan dia baru akan pulang saat mentari kembali ke peraduan. Tidak memiliki pilihan lain, gadis itu pun memutuskan untuk menerobos hujan. Namun, baru saja hendak melangkah pergi, sebuah payung berwarna abu-abu disodorkan ke hadapannya. Gadis itu mendongak, mendapati seorang siswa berbadan jangkung berdiri di sampingnya. Matanya yang tajam menyorot gadis itu.
"Hujan masih deras. Pakai payung dari ruang OSIS ini," ujar laki-laki tersebut dengan raut datar.
Si gadis termangu, jantungnya berdebar kencang. Bahkan, ketika laki-laki tadi memindahkan payung itu ke tangannya lalu menghilang dari pandangan, dia belum juga tersadar. Dunia gadis itu seakan terhenti waktu perputarannya. Dia jatuh cinta.
****
Dita Xian
Banjarnegara, 29 September 2021.