deepgut
(noun) an emotion you haven't felt in years
****
Kantin siang ini terlihat lebih ramai dari biasanya. Hiruk pikuk para siswa yang saling mengobrol dan bercanda begitu terasa memenuhi setiap sudutnya. Belum lagi lalu lalang mereka dari tempat satu ke tempat lain. Walau begitu, tetap saja dengan mudah gadis berambut sebahu yang tengah menikmati semangkuk bakso itu berhasil menemukan kehadiran sang pujaan hati di tengah keramaian ini. Dia ada di sana, bangku kantin nomor dua baris ke-tiga. Dia sedang mengobrol dengan teman baiknya sejak kelas sepuluh. Di hari Rabu, pesanannya selalu sama; soto ayam dan sebotol minuman dingin.
Gadis itu tersenyum tatkala melihat sang pujaan tertawa lepas usai menimpali obrolan sohibnya. Kedua orang itu tampak berhadapan dan saling melempar gurau. Ini adalah momen langka untuk melihat sang pujaan mengurai tawa. Bukan tanpa alasan, sifat dingin dan minimnya ekspresi laki-laki itu sudah terkenal seantero sekolah, terlebih pada orang asing seperti dirinya. Meskipun begitu, satu kenangan bersama sang pujaan untuk pertama kali waktu itu masih amat membekas dalam ingatan. Hal yang membuatnya jatuh cinta diawali oleh hujan dan payung dari laki-laki itu.
"Mau sampai kapan lo Cuma mandang dia dari jauh?"
Gadis itu tersenyum miris mendengar pertanyaan sahabatnya yang kini duduk di sisinya. "Tidak tahu, mungkin selamanya?"
"Ck! Apa lo enggak mau berhenti aja, Sheen? Dia itu Aiz loh! Selain sifatnya yang nyebelin, banyak cewek yang suka sama dia—salah satunya lo. Ini udah hampir tiga tahun, lo enggak capek?"
Gadis yang menjadi tersangka hanya mampu membuang napas kasar, sebab ucapan sahabatnya tidak salah. Laki-laki yang menjadi cinta pertamanya adalah Aiz, seseorang paling sulit dia gapai secara nyata. Aiz tampan, pintar, dan banyak siswi di sekolah ini yang menyukainya meskipun laki-laki itu amat cuek dan dingin. Katanya, itu salah satu daya tarik Aiz. Tiga tahun menjadi pengagum jauh memang melelahkan, dia ingin lebih.
Ketika gadis itu masih sibuk memperhatikan dari jauh, tiba-tiba sang pujaan mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tanpa sengaja tatapan keduanya bertemu. Gadis itu tersentak, lalu buru-buru mengalihkan pandangan pada sahabatnya yang juga kaget dengan reaksi spontannya.
Bisa mati kalau sampai dia tahu gue terus memperhatikannya!
Sekitar lima menit kemudian, gadis itu kembali berusaha mencuri pandang ke arah sang pujaan. Namun, saat menoleh sosok laki-laki itu telah menghilang, menyisakan kekosongan. Gadis itu pun segera mengedarkan pandanganku ke sekeliling, berusaha menemukan entitas sang pujaan.
"Dia udah pergi bareng Hendra tadi," ujar sang sahabat.
Gadis itu membuang napas kasar. Kerlip di matanya meredup. Sekali lagi, realitas menamparnya keras bahwa terlampau tidak mungkin cintanya pada sang pujaan berbalas.
****
Dita Xian
Banjarnegara, 1 Oktober 2021.