Malam ini aku berniat untuk menginap di rumah sakit, menemani tante Lidya yang tengah sendirian di ruang rawat inap. Nada mengajukan diri untuk ikut serta, namun aku menolak. Cukup aku saja yang menemani tante Lidya sembari bercerita kesana-kemari.
Setibanya di depan kamar tante Lidya, aku terkejut karena di sana sudah mulai ramai. Aku segera berlari, khawatir ada kejadian yang tidak diinginkan terjadi. "Tante Lidya?" panggilku. Aku melihat wajah tante Lidya sedang tersenyum, namun terlihat terpaksa. Ada om Danu juga di sana.
Aku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya telah terjadi. Sesaat setelah berpikir, aku meminta izin untuk turut duduk di antara keramaian orang yang mengunjungi tante Lidya. "Yumi, mau menemani Tante mala mini, ya?" tanya tante Lidya tiba-tiba.
"Iya Tante, tadinya Yumi berniat seperti itu. Tapi ternyata sampai sini malah ramai. Hehehe …," ungkapku jujur.
"Tidak apa-apa, Yum. Malam ini Tante minta tolong ke Yumi untuk tetap di sini ya, menemani Tante. Om Danu juga sudah harus pulang karena masih ada banyak pekerjaan. Ini semua keluarga Tante yang kebetulan ada di Bandung, hanya datang berkunjung sebentar," ungkap tante Lidya kepadaku.
Aku yakin, itu adalah sinyal dari tante Lidya untuk memintaku tetap menemainya di rumah sakit dan berharap semua orang selain diriku segera pergi meninggalkan kami berdua. "Baik Tante, malam ini Yumi akan menemani Tante. Oh iya, sudah malam nih … sepertinya sudah waktunya Tante istirahat. Bukankah seharusnya demikian? Agar Tante Lidya segera pulih dan sehat kembali?" ungkapku pada semua orang yang ada di sana.
Tante terlihat tersenyum lega atas apa yang telah kuucapkan. Dia senang karena aku berhasil menangkap sinyal yang dia kirimkan kepadaku. Untuk mengusir semua pengunjung yang datang, terutama mengusir om Danu jauh-jauh.
"Jadi Kamu mengusir kami semua? Kurang ajar sekali anak ini!" teriak om Danu marah.
"Bukan mengusir, Om. Saya hanya memikirkan kondisi kesehatan tante Lidya yang masih sangat butuh banyak istirahat. Mohon pengertiannya dan mohon untuk tidak salah paham," kataku dengan seolah-olah merasa bersalah.
"Iya benar kata Yumi. Lagi pula, Kamu pasti masih sibuk kan, Dan," balas salah satu kerabat tante Lidya.
"Baiklah kalau itu mau kalian semua. Saya akan pulang dan meninggalkan Lidya bersama anak ini di sini. Mari Saya antar ke bawah, sekalian Saya pamit," ungkap om Danu sopan, seakan sedang cari muka di hadapan kerabat tante Lidya.
Setelah mereka semua keluar dari kamar tempat tante Lidya di rawat, aku menunggu tante Lidya bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Terima kasih, Yumi. Kamu sudah berhasil menangkap maksdu Tante dengan sangat baik. Jadi barusan yang datang adalah kerabat dan keluarga Tante yang ada di Bandung. Selama ini Tante sangat dekat dengan mereka. Bisa dikatakan, selama di Bandung … Tante, om Danu, dan Dito sering merepotkan mereka.
Makannya Tante tidak ingin mereka tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga kecil Tante saat ini. Tante merasa sangat malu jika sampai mereka semua tahu. Tante kaget, tiba-tiba om Danu masuk ke ruangan ini dengan membawa mereka semua. Seolah-olah khawatir dengan keadaan Tante. Padahal sebenarnya ini semua adalah akibat ulah dirinya sendiri.
Tante sempat bingung harus bersikap bagaimana, namun suatu hari nanti Tante akan mengungkap semua kenyataan yang sebenarnya kepada mereka. Om Danu itu sangat licik. Dia itu seorang penjilat dan paling ahli untuk mencari muka dihadapan keluarga Tante. Apa yang dimiliki om Danu saat ini, seperti kemewahan, kekayaan, jabatan, bahkan mungkin keserakahannya adalah dari modal keluarga Tante semua.
Awalnya dia bukanlah siapa-siapa. Tante saja yang bodoh karena memilihnya untuk menjadi suami sekaligus papa dari anakku, yang tidak lain adalah Dito. Karena keahliannya mengambil hati seseorang, aku berhasil tertibu oleh bujuk rayu ucapan manisnya.
Sebenarnya, dulu kakek dan nenek Dito sempat menentang hubungan kami. Tapi Tante tetap kekeh untuk mempertahankan bahkan melanjutkan hubungan Tante dengan om Danu sampai ke jenjang pernikahan, hingga lahirlah Dito di antara keluarga kecil kami.
Awalnya Tante tidak tahu apa-apa, sampai akhirnya ada beberapa kawan lama om Danu yang kebetulan juga kenal Tante bercerita bahwa om Danu itu matre. Sebagai seorang mata duitan, dia mencoba mendekati perempuan-perempuan dari keluarga kaya untuk kemudian berniat menguasai hartanya. Awalnya Tante tidak percaya, tapi lama kelamaan Tante mulai ragu atas kepercayaan yang Tante tanamkan sendiri.
Dimulai semenjak tiba-tiba salah satu sertifikat tanah dan bangunan Tante beralih kepemilikan. Yang semula merupakan milik Tante berubah menjadi milik om Danu. Dari situlah Tante mulai membentengi diri untuk tidak mudah percaya lagi kepada om Danu dan mengamankan aset-aset Tante yang masih tersisa," ungkap tante Lidya.
"Kok bisa ya, Tante?" tanyaku heran.
"Nah itulah, Tante juga bingung. Ada saja cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Seperti barusan nih, tiba-tiba datang ke kamar ini dengan membawa kerabat Tante. Niatnya apa coba? Cari muka, kan? Biar tidak ada yang percaya kalau selama ini ternyata dia menyakiti Tante sampai seperti ini?" ungkap tante Lidya sedih tapi tetap mencoba tegar atas semua yang telah terjadi.
"Sabar ya, Tante. Maaf Yumi tidak bisa bantu apa-apa," ungkapku merasa bersalah karena tidak bisa membantu tante Lidya keluar dari masalahnya.
"Tidak, Yum. Malah Tante sangat berterima kasih kepada Yumi. Berkat kehadiran Yumi, Tante bisa bernapas lega. Karena Tante lelah harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa, padahal kenyataannya Tante menerima perlakuan yang luar biasa tidak menyenangkan dari suami Tante sendiri," kata tante Lidya penuh rasa terima kasih.
"Ya sudah, yang penting Tante sekarang sudah aman. Saatnya Tante istirahat agar bisa segera pulih dan sehat kembali. Agar bisa kuat menghadapi om Danu yang penuh taktik licik. Tapi sebenarnya Saya penasaran, apakah Dito tahu tentang kelakuan papanya?" tanyaku penasaran.
"Tante juga tidak yakin, sebenarnya Dito tahu apa yang terjadi sebenarnya atau tidak. Karena memang dari awal dia dengan papanya tidak pernah dekat. Dito lebih banyak diam saat bersama mama dan papanya," jawab tante Lidya. "Yang pasti Tante dan om Danu sepakat untuk menyembunyikan ketidakharmonisan keluarga kami dari dirinya," ungkap tante Lidya.
"Wah … Yumi jadi merasa berdosa karena telah mendengar semua kenyataan yang terjadi di dalam hubungan keluarga Tante dan om Danu. Padahal mungkin Dito sebagai anak Tante dan om Danu sendiri belum mengetahuinya secara lengkap," kataku merasa tidak enak.
"Enggak apa-apa, Yum. Tante yakin, Kamu seseorang yang bisa menjaga rahasia. Dan yang paling penting, Kamu adalah orang yang bisa menyayangi Dito, anak kesayanganku dengan penuh ketulusan," ungkap tante Lidya dengan penuh harap.
"Duh … bagaimana nasib hubunganku dengan Andra jika Aku terus-terusan terlibat dalam masalah keluarga Dito. Terlebih semakin ke sini, tante Lidya semakin banyak berharap tentang hubunganku dengan Dito," ungkapku dalam hati.