Tak ada kain yang membaluti tubuh kedua pasturi itu hanya ada selimut yang terletak di atas tubuh keduanya. Apa yang barusan mereka lakukan seperti hanya sebatas mimpi bagi kedua pasangan tersebut.
Tak terasa sahwat yang sangat kuat mampu membuat keduanya tak sadar apa yang mereka lakukan saat ini. Tubuh Fely, terdekap oleh pelukan Arga, entah kenapa saat wanita itu akan bergerak pun rasanya sangat sulit dan benar-benar sulit sekali, ia hanya bisa terdiam dan melanjutkan tidurnya lagi. Namun kali ini Fely merubah posisi tidurnya dengan menatap suami tercinta dan membalas pelukan Arga dengan erat.
Suatu kenyamanan yang tak pernah terasakan dalam kehidupannya, dan hal ini sangat jarang ia lakukan dengan Arga.
"Humm, jangan lepaskan pelukanya ya sayang," ucap Fely sambil tersenyum menatap wajah sang suami yang tertidur dengan sangat pulas sekali.
"Sudahlah jangan banyak bicara, kita tidur saja. Dan nikmati apa yang ada saat ini," jawab Arga dengan keadaan mata yang tertutup. Namun mulutnya terus saja mengoceh tanpa henti.
"Tutup mulut mu sayang, tidak usah banyak bicara. Lanutkan saja tidurnya karena aku sangat nyaman dalam keadaan seperti ini," jawab Fely.
Mungkin beberapa hari yang lalu dirinya sempat menolak ajakan, namun hari ini Arga membuktikan pada dirinya bila tidak perlu ada yang di ragukan dalam segala hal. Karena, semuanya akan terasa nikmat bila di jalani dengan perlahan-lahan.
Dan di sisi lain, Fely sadar selama ini dan mungkin dalam beberapa bulan yang lalu dirinya belum sadar bila menjadi seoarang istri yang taat akan perkataan suaminya itu perlu bahkan itu sesuatu yang wajib, dan hari ini ia sudah melaksanakan kewajiba itu untuk Arga.
"Hummm,aku bahagia bersamamu sayang," ucap Fely, dengan memainkan rambut suaminya dan di saat tidur dirinya merasaka bila sang suami sangat tampan sekali dan bahkan benar-benar tampan.
Hari demi hari kian berlalu dan tak terasa waktu semakin cepat berlalu, hari ini Gisell merasa sangat lelah sekali untuk kembali bekerja di restorant, karena hatinya sudah merasa tak kuat saat mendengarkan ocehan Meli yang sangat menyakiti dirinya. Selama ini Gisell selalu saja berusaha diam dan memahami segala keadaan yang terjadi namun, bila setiap hari seperti itu bagi Gisell itu sudah hal yang sangat kelewatan dan benar-benar sudah tak wajar lagi.
Batinya selalu saja tersikasa oleh omongan yang sangat menyakiti dirinya, padahal tak semuanya itu nyata dirinya yang melakukannya.
Sudah hampir satu minggu Gisell tak masuk kerja, ia memilih berdiam diri di kostan sambil mencari pekerjaan yang lain. Ia berharap dirinya bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik dari tempat keranya yang lalu dan dirinya pun juga bisa menemukan teman-teman yang baik dari yang lalu.
Gisell juga msih memantapkan hatinya untuk kuliah atau tidak, karena itu impinya sejak kecih yang sampai detik ini belum juga tercapai.
"Huhfttt, gimana ya. Tapi disisi lain aku enggak enak denga Arga yang udah ngasih pekerjaan ini masa, tiba-tiba aku pergi gitu aja tanpa ada alasan yang pasti kan, enggak banget," keluh Gisell.
*Tingg*
Terdengar suara notifikasi pesan yang masuk pada ponsel Gisell, ia pun langsung meraih ponsel tersebut dan membuka pesan itu yang tak tau dari siapa.
"Hah, Linda? Ada apa dia?" batin Gisell dengan kening mengkerut.
"Ah, aku buka dulu deh. Siapa tau penting," timpal Gisell, langsung membuka pesannya.
*Sell, lu dimana kok enggak berangkat ke kerja? Tadi si Zayn nyamperin aku dan dia nanyain kamu kok enggak kelihatan. Emmm, tadi dia juga minta alamat kos kamu terus aku kasih dan mungkin sekarang dia lagi perjalan ke tempat kamu. So kamu enggak usah khawatir Meli enggak tau tentang hal ini jadi santai aja ya.*
"Hah! Gila tu orang," seru Gisell dengan mata melotot.
Ia tak tau kenapa Zaynk selalu saja membuntuti dirinya padahal selama ini ia suda berusaha menghindari lelaki itu untuk mencegah cemooh dari Meli. Namun, lelaki itu ternyata tak mau berhenti begitu saja. Dia terus saa mendekati dirinya tanpa rasa putus asa.
"Gila banget si! Sumpah, ini enggak lucu mana gua belum mandi lagi," bingung Gilsell dengan waah yang panik dan ia bingung harus melakukan hal apa ketika lelaki itu datang hadapannya nanti.
"Gua harus mandi dulu!! Masa dia datang gua baru bangun tidur," ucapnya, langsung berdiri dan mengambil handuk.
*Tok tok tok*
Baru saja Gisell berdiri dan waktu pun belum ada 1 menit suara ketukan pintu sudah terdengar dengan berulangkali.
"Hah! Siapa itu? Mampus gua kalau itu Zayn, gua belum mandi njirr," cetus wanita itu dengan wajah dan hati yang sangat panik saat mendengar suara ketukan pintu.
*Tok tok tok*
Suara ketukan pintu kembali terdengar, membuat hati Gisell tak karuan dan benar-benar sedang dalam keadaan yang panik.
"Hufttttt....."
Sebaik-baik mungkin Gisell mengatur pernafasannya agar tak terlihat gerogi atau pun panik akan kehadiran Zayn yang secara tiba-tiba ini.
*Krekkk...
Gisell perlahan membuka pintunya, dan tepat sekali saat pintunya terbuka ia mendaptakan sebuah senyuman manis dari Zayn yang membuat hati Gisell terasa bedebar-debar.
"Hai," sapa Zayn tersenyum.
"Omg, ini orang ganteng banget sih. Andai aja dia jodoh gua, hmmm pasti hati gua bahagia sekali," batin Gisell menatap wajah Zayn tanpa berkedip.
"Hai, kamu baik-baik aja kan?" ucap Zayn, melambaikan tangannya pada wajah Gisell dan memastikan bila wanita yang ada di depan matanya ini memang baik-baik saja.
"Ehh, iya-iya sory," jawab Gisell gugup. Ia terpaksa membuyarkan lamunannya dan kembali pada niat awalnya untuk menanyakan apa yang lelaki itu inginkan dengan menemui dirinya.
"Ada keperluan apa sih? Kok sampe kesini segala?" tanya Gisell dengan kening mengkerut.
"Emmm," bingung Zayn sambil menggaruk-garuk tangan.
"Aku enggak disuruh masuk dulu nih?" balik tanya Zayn sambil menatap ruangan kos-kosan Gisell yang ada di depan matanya.
"Emmmm, enggak usah deh sepertinya. Lebih baik, bicara disini aja, ada keperluan apa? Gua enggak punya waktu banyak," cetus Gisell, dengan nada sedikit tegas.
Tak enak bila di lihat tetangga kosnya, bila dirinya membawa cowo masuk ke kos-kosan khusus wanita.
"Udah, buruan gua enggak enak dilihatin temen-temen gua," ujar Gisell kembali.
"Nanti malam, ada acara enggak? Kita jalan yuk," ajak Zayn.
"Hah?" sontak Gisell dengan mata melotot dan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh lelaki yang ada di depan matanya ini.
"Lu baik-baik aja kan? Lu enggak lagi ngigo kan?" timpal Gisell, merasa tak percaya dengan ajakan yang di ucapakan oleh Zayn. Hingg sampai ia memegang jidat Zayn untuk memastikan bila lelaki yang ada di depan matanya ini sedang tidak sakit.
"Gua sadar Sell, gimana mau enggak" tanya Zayn lagi dengan kalimat yang sama.
Wanita itu benar-benar bingung sekali dengan ajakan lelaki yang ada di depan matanya ini dengan menadadak, tak tau apa yang harus dirinya jawab karena mulutnya terasa amat sulit sekali untuk menjawab ajakan Zayn.
Karena ia memikirkan imbas yang akan dirinya terima atas apa yang akan dirinya lakukan nanti.
"Kamu baik-baik aja, kan?"
"Eee-eee, gimana? Iya atau tidak?"
"Eeee, nanti malam sore gua kasih jawaban deh. Gua pikir-pikir lagi, lebih baik sekarang lu pergi dari sini karena tatapan wanita yang ada di sektiar kos ini sudah tak enak," pinta Gisell sambil mendorong tubuh Zayn.
"Baiklah, nanti sore gua tunggu jawabannnya. Dan ini kartu dan di situ ada nomor gua, chat aja oke," ujar Zaynk sambil tersenyum.
Setelah memberikan kartu nama itu Zayn pun langsung pergi meninggalkan area kos-kosan Gisell.