Chereads / Istri Kedua Tuan Muda / Chapter 31 - Dimana Gisell?

Chapter 31 - Dimana Gisell?

Lisa merasa kagum dengan penampilan adiknya saat ini, Gisell sudah tak seperti dulu dari segi menampilan maupun wajah sudah beruha semuanya.

Tak menyangka bila wanita yang ada di depan matanya ini adalah adik kandungnya yang selama ini tak ada kabar dan ketika datang semuanya sudah berubah 100%.

"Kak ini gua Gisell," terang Gisell, mengamati kakaknya yang sejak tadi terus saja melongo.

"Kakak, kenapa sih! Kok malah bengong begitu," lanjut Gisell dengan memasang wajah yang masam.

Semua yang dirinya lontarkan sama sekali tak mendapatkan responan dari kakaknya, wanita itu terus saja bengong dan bengong terus, hingga sampai membuat Gisell merasa geram sendiri.

"Ahhh, tauklah. Kak Lisa mah, menyebalkan," dengus Gisell, lalu duduk di kursi yang sudah tersedia di teras rumah.

"Omg, lu Gisell. Lu benaran Gisell ya. Cantik banget lu sekarang," puji Lisa, dengan mata yang berbinar saat melihat adiknya.

"Apaan sih ka, jangan lebay gitu deh. Gua ini Gisell yang dulu, jangan di lebih-lebihkan kenapa," keluhnya, tak hanya Nur, namun juga kakaknya saat melihat kedatangan dirinya menjadi bengong dengan seoalah-olah dihadapkan oleh wanita cantik bak bidadari.

"Udalah, gua mau masuk. Cape, mau istirahat," gumam Gisell, bangkit dari duduknya lalu langsung nyelonong masuk ke rumah, tanpa meminta izin terlebih dahulu pada sang kakak.

"Ehhh, lu kenapa balik Sell, kerjaan lu gimana?" tanya Lisa, mengikuti langkah sang adik.

"Gua resign kak," terang Gisell, dengan memasang wajah yang masam.

Ia sudah berjanji dengan dirinya sendiri, bila tak akan menceritakan masalah hidupnya di Jakarta pada sang kakak, ia tak ingin bila wanita yang ada di depan matanya ini tau maka dirinya tidak akan di izinkan untu pergi ke merantau lagi. Bila sampai hal itu terjadi, ia hanya akan menambhkan beban hidup kakaknya.

"Apaan itu? Gua enggak ngerti?" tanya Lisa,

"Resign itu mengundurkan diri dari pekerjaan, kan" jelas Gisell.

"Hah!! Lu ngapain Sell, ngundurin diri. Emangnya lu kata cari kerja itu mudah, seenaknya aja langsung resgin-resign segala, balik lagi gua enggak setuju kalau elu mengundurkan diri," omel Lisa, dengan nada khasnya.

"Ya enggal bisalah kak, lagian udah di setujui masa iya gua mau balik kesana lagi. Enggak-enggak, pokonya enggak, gua bakalan cari kerja yang lain aja," timpal Gisell.

Dirinya bisa memahami, dengan jawaban sang kakak, kenapa bisa berkata seperti itu, karena dia tak tau apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam pekerjannya. Yang setiap hari dirinya harus mehama mental dan batin karena, ucapan pedas Mila kepada dirinya.

"Lu udah dapet, emangnya?" sahut wanita itu, sambil menaruh belanjaanya di dapur.

"Belum sih kak," jawab Gisell, dengan nada yang polos.

"Aduh gusti!! Gisell, lu habis resign, bukanya langsung cari kerjaan pengganti malah lu datang kesini. Nanti kalau duit lu habis gimana, belum bayar kontrakan lu," celoteh Lisa tanpa henti, hingga membuat Gisell yang mendengarkannya merasa kesal.

"Kakak! Udah dong stop jangan ngomel-ngomel mulu. Gua kesini itu karna, kangen sama elu, ehhh bukannya di sambut malah di omelin mulu, dikira enggak kesel apa," balas Gisell, karena telinganya sejak tadi merasa terganggu Lisa terus saja mengomel-ngomeli dirinya.

"Iya gua begini, karena gua peduli sama elu. Gua cuma enggak pengen sampe hidup susah seperti gua, syukur-syukur lu bisa suksen ngalahin kakak lu yang laen," tutur Lisa.

"Iya kak, gua paham apa yang lu mau. Tapi, itu bisa di bicarakan nanti, gua cape kak, gua pengen istirahat," jawab Gisell, lalu langsung masuk kedalam kamarnya dan menguncinya.

Dalam hati, Lisa merasa bersalah dengan apa yang telah dirinya katakan pada sang adik, tetapi semua ini ia lakukan semata-mata hanya ingin membuat Gisell membangkitkan rasa semangatnya. Dan tidak malas-malasan, hingga mampu membuktikan pada sang kedua kakaknya yang entah dimana sekarang keberadaanya.

Setelah orangtuanya meninggal, dan pembagian harta warisan dirinya tak pernah lagi mendapatkan kabar dari mereka berdua. Yang terpenting saat ini bagi Lisa hanyalah Gisell dan kemajuan tentang Gisell.

"Hih! Punya kakak, cewe satu cerewetnya minta ampun banget deh. Gua pulang niatnya cuma mau istirahat tetapi kenapa malah di omelin mulu sih!" dengus Gisell menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Suasana kamar yang sangat dirinya rindukan, entah kapan terakhir dirinya tidur di kamar ini sepertinya sudah lama sekali, dan hari ini ia merasakan suasana itu lagi.

"Hummm, mendingan gua tidur. Nanti pas bangun-bangun makan deh," seru Gisell, meletakan kepalanya di atas bantal yang empuk.

***

Hari ini seperti biasanya Zayn selalu memesan makanan dari restorant yang ada di depan kantornya, sudah 2 hari ia tak merasakan makanan di sana dan 2 hari juga ia tak bertemu dengan Gisell, terasa ada kerinduan yang terpendam. Namun, kali ini Zayn memilih untuk langsung datang kesana, karena ia tak ingin merepotakan Gisell dengan terus-menerus.

Kakinya mulai melangkah masuk ke arah restorant, namun dirinya belum menemukan keberadaan Gisell.

"Ehhh, Meliiii!!!!" teriak Fina, dengan suara yang kencang.

"Apaan sih! Ada apa? Jangan teriak-terika juga dongg Fin," dengus Meli, karena telinga meras sakit karna Fina teriak telalu kencang.

"Ituuu, ituuu lihat," tunjuk Fina,

"Mana? Apaan sih, yang jelas dongg," dengus Meli merasa kesal karena, Fina tidak kunjung bicara pada dirinya.

"Tauklah, lu mah enggak jelas," cibir Meli, lalu membalikan tubuhnya.

"Ituuu Zayn," ucap Fina, dengan suara yang keras hingga orang-orang yang sedang makan di restorant itu, melirik kearah Fina yang bereriak menyebutkan nama seseorang.

Karena, telinga Meli masih normal dan tidak ada gangguan apapun, wanita itu yang mendengarkan temannya menyebutkan nama Zayn. Langung memalingkan tubuhnya lagi dan melihat ke arah jalan masuk dan benar sekali, mata Meli seketika berbinar saat melihat Zayn yang ada di depan matanya penuh dengan pesona.

"Itu Zayn. Omg, gua enggak mimpi, kan?" ujar Meli, kegirangan saat melihat apa yang ada di hadapannya saat ini.

Lelaki yang begitu dirinya idam-idamkan, kini datang ke restorantnya penuh dengan senyuman bahagia.

"Gua, harus tampil cantik dan harus cantik di hadapan Zayn," ucap Meli, lalu buru-buru ketoliet untuk merapihkan make upnya dan pakaianya.

Dari kejauhan Linda yang melihat hal itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingakh Meli yang super duper lebay baginya.

"Lebay banget, si Meli sampe segitunya padahal Zayn datang bukan untuk dirinya," cibir Linda, tersenyum tipis dengan apa yang ada di depan matanya.

Dalam hitungan menit, Linda yakin seyakinnya jika Meli akan kecewa dan akan segera tau kenyataanya bila kedatangan Zayn kesini hanya untuk bertemu dengan Gisell. Karena, memang belakangan ini Gisell tidak menujukan batang hidung lagi.

"Haii, Zayn! Mau pesen apa ?" tanya Meli, penuh bahagia di wajahnya saat berhadapan dengan Zayn.

"Kok kamu, Gisell mana?" tanya Zayn, celingukan mencari keberadaan wanita yang dirinya cari.

"Apaan sih, kok malah nyariin si Gisell," dengus Meli, merasa kesal dengan ucapan Zayn yang begitu menyakitkan dirinya.

"Iya, saya maunya sama si Gisell," jawab Zayn dengan kekeh. Menolak bila di layani oleh Meli, karena tujuan umtamua kesini memang sengaja untuk bertemu dengan Gisell.

"Gisell, kemana sih! Kok enggak pernah kelihatan lagi?" tanya Zayn.

Meli yang ada di depa Zayn hanya terdiam, dan membiarkan lelaki itu terus saja menyerocos.