Chereads / Istri Kedua Tuan Muda / Chapter 26 - Hah! Kencan Apa Seminar?

Chapter 26 - Hah! Kencan Apa Seminar?

Waktu semakin cepat berlalu membuat Gisell tak bisa berfikir jernih apa yang akan dirinya putuskan akan ajaka Zayn yang sangat mendadak ini.

Disis lain ini memang hal yang langka bahkan tak akan sering terjadi di dalam hidupnya. Namun, Gisell selalu memikirkan imbasnya bila jalan berdua dengan Zayn, ia takut ketika berada di jalan dirinya bertemu dengan Meli. Wanita yang selalu emosi saat melihat dirinya dengan Zayn atau bisa di bilang mungkin Meli sangat menyayangi Zayn.

"Haduh! Ini udah jam 16:00, ayo dong Sell, mikir," ucapnya, penuh kegeraman.

Mata Gisell tak lepas dari alrojo yang ada di dinding, karena cepat atau lambat ia harus memberika kepastian pada Zayn.

Entah karena, hal apa lelaki itu bisa terus saja mengganggu hidupnya, sampai detik ini pun Gisell masih bingung, sedangkan di luar sana masih banyak wanita yang lebih cantik dan sukses dalam dunia perkarieran.

"Emmm, gua terima aja. Ehh, tapi kok ragu ya," dengusnya, sambil menggigit jari tangannya.

"Udah ah, gua terima aja. Masalah Meli pikir nanti," seru Gisell dengan hati yang penuh kemantapan, mesti masih ada kejanggalan sedikit.

Sesuai dengan permintaan Zayn, Gisell pun memilih memberikan jawaban lewat chat yang menuurtnya lebih mudah dan simpel. Karena, bila melalui telpon maka lelaki itu akan bicara panjang kali lebar pada dirinya hingga membuat telingannya muak untuk mendengarnya.

*Gua Gisell, iya Zayn gua mau keluar sama lu nanti malam*

Pesan yang singkat namun sudajh jelas akan jawabnnya.

*Oke, saya tunggu di gerbang depan kos kamu* balas Zayn.

"Buju buneng," heran Gisell dengan mata melotot saat melihat balasan dari Zayn. "ini orang kesambet apa sih ya? Belum ada satu menit gua ngirim pesan dan secepat ini dia langsung balas pesan gua," lanjuta Gisell sambil geleng-geleng kepala.

Saat bertemu pertama kali dengan Zayn lelaki itu terlihat sangat bijak, elegan dan tidak sekonyol ini. Namun, Tuhan memang maha baik selalu memperlihatkan pada diri kita mana baik mana yang buru dan mana yang layak di ajak komunikasi dan mana yang tidak.

"Sekarang gua harus cari gaun yang cantik. Ehhh, tapi kenapa mesti tampil cantik, gua harus ngelihatin diri gua yang apa adanya suapa si Zayn kelihatan ilfeel apa enggak," ujarnya sambil tersenyum.

Terkadang kita sebagai manusia memang perlu dan sangat perlu untuk mengetes ketulusan seseorang dalam medekati diri kita. Dan cara yang di gunakan oleh Gisell adalah ajaran ayah dan ibunya.

Ia begitu teringat dan bahkan sampai detik ini masih saja tebayang-bayang akan semua nasehat kedua orangtuanya.

"Enak banget sih! Si Gisell jarang kerja tapi gaji tetep ngalir," keluh Meli.

"Ehhh, iya-iya. Gua baru sadar kalau si Gisell udah jarang berangkat kerja," sahut Fina.

"Dari pada lu ngomongin si Gisell mending anterin nih makanan di meja nomor 10," ucap Linda dengan nada yang santai, sambil menyodrkan barang tersebut kepada Meli.

"Argh!! Males, kenapa lu malah merintah gua, enggak tau apa hati gua lagi kesel," cibir Meli.

"Yah mana gua tau, emangnya hati lu bisa di lihat sama kedua mata gua. Enggak kan?" tangkas Linda.

Melihat tingkah Meli yang kian menyebalkan, Linda pun memilih agar dirinya yang memberikan makanan ke meja nomor 10 tak ada gunanya menyuruh Meli dalam keadaan seperti ini yang ada di akan semakin kesal dengan dirinya bahkan ucapan yang akan di lontarkan Meli akan berubah menjadi kasar.

"Minggir lu," dengus Linda.

Watak yang sangat sulit di mengerti, tak hanya Linda saja yang merasa kesal pada Meli namun, beberapa karyawan yang lain pun juga ikut merasa sangat kesal dan benar-benar kesal sekali.

"Ayo Mel, kita kerja lagi. Nanti kalau ketauan manager gaji kita bisa di potong," ajak Fina sambil menarik tangan Meli.

"Ogah, lu aja yang kesana. Gua masih mau disini," kekeh Meli dengan muka yang masam. Lalu duduk di kasir.

"Seterah lu deh," pasrah Fina, lalu meninggalakan Meli begitu saja.

Setelah Linda mengantarkan makanan ke meja nomor 10 tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran Meli yang sedang duduk di meja kasir.

"Ngapain lu disini? Ini bukan tempat kerja lu?" sentak Linda dengan wajah yang masam dan suara yang tegas.

"Suka-suka gua dong, lagian ini tempat umum," balas Meli.

"Ubah dong Mel, sikap lu. Sadar enggak sih banyak orang yang enggak suka sama perilaku lu, dimana pikiran jernih lu? Apa selama ini lu enggak pernah di ajarin tata rama sama orang tau lu," tegaskan Linda. Karena, hatinya benar-benar suah sangat geram sekali denga sikap Meli dan bingung harus di bagaimanakan orang yang ada di depan matanya ini agar bisa berubah dan tak membuat orang lain merasa kesal.

"Gua enggak peduli orang mau suka sama gua, mau benci sama gua, yang jelas gua enggak peduli!! Gua hanya menjalani apa yang menurut gua benar dan apa yang menurut gua salah dan mana yang adil atau tidak!!" balas Meli dengan nada yang tak kalah tinggi dari Linda. Dan kali ini mata Meli benar-benar melotot menatap Linda.

Linda hanya tediam dan terus mengatur bernafasannya agar tak terlihat bila dirinya sedang emosi bali dengan perkataan Meli yang sangat tak pantas di dengarkan.

"Terserah lu!! Gua capek sama lu, sampai mulut berbusa pun hati nurani lu dan pikiran jerni lu enggak akan pernah bisa kebuka!!" terang Linda, lalu segera pergi meninggalkan Meli yang sedang duduk di kursi kasir.

Tak salah bila Gisell merasa tak betah kerja disini karena sikap Meli yang saat ini terjadi pada dirinya pun juga membuat dirinya merasa tak betah juga.

Hanya tuhan yang mampu merubah semuanya termasuk memberikan hidayah pad Meli agar bisa berbuah.

Waktu meujukan pukul 19:00 Gisell sudah stand by di depan kos-kosannya sambil menunggu Zayn.

"Tuhan gua harap apa yang akan terjadi hari ini tidak akan ada imbasnya," batin Gisell dengan penuh harapan.

*Tinnnn*

Suara klakson mobil Zayn pun suda terdengar, Gisell segera bangkit dari duduknya dan mengahmpiri mobil tersebut.

"Hai, ayo masuk," sapa Zayn penuh senyuman.

Gisell hanya membalas dengan senyuman tipis, lalu masuk kedalam mobil Zayn.

"Udah nunggu lama ya?" tanya Zayn menoleh ke arah Gisell.

"Emmm, enggak si. Gua baru aja kelar kok, kita mau kemana sih"

"Jalan-jalan, udah nanti kamu juga bakalan tau," timpal Zayn.

"Hmmm, oke," jawab Gisell tersenyum tipis.

Ajakan yang sangat mendadak dan tak tau tujua pasti dirinya akan kemana, yang pasti dirinya yakin bila Zayn adalah orang yang baik-baik dan tidak ada unsur kejahatan dalam hal apapun.

"Emmm, kamu ada minat kuliah enggak?" tanya Zayn.

"Hah!" Sontak Gisell dengan mata yang melotot.

"Loh, kenapa? Apa pertanyaan aku salah?" tanya Zayn bengong saat melihat respon Gisell yang seketika melotot.

"Kenapa tanya begitu?" heran Gisell.

Gisell takut bila dirinya menjawab iya, maka Zayn akan menertawai dirinya. Dan dirinya pun akan merasa sangat malu merasa di kucilkan dengan pertanyaan yang di utarakan oleh Zayn.

"Enggak apa-apa sih? Hari ini saya ada seminar bisnis dan saya mau kamu temani saya, banyak ilmu yang akan kamu dapatkan jika kamu ingin masuk kedalam dunia perkuliah," terang Zayn.

"Hah! Gua?" sontak Gisell dengan mata melotot.

Ia sama sekali tak menyangka dalam hal penting seperti ini kenapa Zayn malah memilih dirinya untuk menemai lelaki itu dalam hal penting.

"Kenapa mesti gua? Apa istimewanya gua?" tanya Gisell menatap Zayn yang sedang fokus menyetir.