Chereads / Istri Kedua Tuan Muda / Chapter 24 - Jangan Menunda Lagi

Chapter 24 - Jangan Menunda Lagi

"Mas, sejak kapan kamu ada di situ," ujar Fely, menatap Arga yag berdiri tegap menatap dirinya.

"Sini-sini, aku udah masakin makanan kesukaan kamu. Makan yuk," ajak Fely sambil meraih tangan sang suami.

"Ayo, makan mumpung masih anget nih. Aku sengaja bikin ini, ya walaupun kamu tau sendirikan aku enggak jago masak, tapi aku akan berusaha masakin ini buat kamu," oceh Fely terus, sambil menyajikan piring untuk sang suami.

"Kenapa kamu bohong sama mami," ucap Arga, yang seketika membuat gerakan tanya Fely terhenti.

Wanita itu pun akhirany duduk dan menatap suaminya yang sejak tadi memandangi dirinya juga.

"Mas, kamu tau sendirilah. Mami orangnya gimana, aku enggak mau dia sampai tau kalau kamu sakit yang ada mami bakalan bilang ke mama kamu dan mereka akhirnya nyusulin kita kesini. Dan aku enggak mau hal itu sampai terjadi, aku pengen hari-hari kita lalaui berdua saja tanpa ada anggota keluarga mana pun," terang Fely, dengan harapan Arga dapat memahami perkatannya.

"Ya sudah, sekarang kamu enggak usah mikirin itu. Yang terpenting, kamu makan dulu, dan aku ambilin obatnya supaya badan kamu lebih enakan," ujarku, berdiri dan segera mengambilkan obat milik Arga.

"Tetap duduk disini dan temani aku makan," cetus Arga sambil menahan tanga Fely agar tak jauh dari dirinya.

"Tapi, mas obatnya," tangkas Fely.

"Udah nanti aja, istri itu harus nurut apa kata suami," tegaskan Arga.

Seketika Fely pun terdiam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menemani Arga dan melayani suaminya dengan sepenuh hatinya. Fely berharap dengan begini suasan hati Arga dapat membaik dan hubungannya yang tadi pagi sempat tak baik akan lekas membaik setelah ini.

"Kamu enggak makan?" tanya lelaki itu, pada sang istri yang mengamati dirinya.

"Enggak mas, aku masih kenyang. Mas Arga aja yang makan, kan aku buat ini juga untuk mas," jawab Fely sambil tersenyum.

"Saya makan, kamu juga harus makan," pinta Arga.

"Iya tapi, mas.." sahut Fely, berusaha mengelak permintaan suaminya yang tetap kekeh meminta dirinya makan.

"Enggak ada tapi-tapian," tegasnya.

"Iya-iya mas, saya makan," jawabnya dengan berdiri untuk mengambil piring.

"Mau ngapain?" tanya Arga.

"Iya, ambil piring mas. Kan tadi katanya suruh makan juga," sahut Fely dengan wajah yang tampak bingung saat suaminya menayakan dirinya.

"Enggak usah, barengan aja sama saya," perintah Arga.

Tak ingin membuat suaminya kesal lagi, Fely pun langsung mematuhi apa yang menjadi permintaan Arga.

"Ya udah deh iya," jawab Fely dengan menududukan kembali pantatnya ke kursi.

"Nihh, ambil nasi dan sayurnya lagi habis itu suapin saya sama tangan," pinta Arga.

"Hah!" sontak Fely.

Selama ini dirinya jarang sekali, makan dengan menggunakan tangan. Bahkan tak pernah dirinya lebih suk menggunakan sendok dan sumpit.

"Apa! Enggak mau?" gumam Arga dengan menaikan satu alisnya.

"Enggak mas, kan tadi saya belum bilang kalau enggak mau. Ya udah saya cuci tangan dulu,"

Apalah boleh buat semua ini hanya demi suami tercintanya, selama ini memang Arga yang selalu memahami dirinya dan kini berganti dirinya yang harus memahami sang suami.

Dengan sepenuh hati Fely menyuapi Arga dengan tangannya, hal yang tak pernah terjadi ini sangatlah istimewa sekali bagi Fely. Seumur-umur menikah dengan Arga ia tak pernah melakukan seperti ini.

"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Arga dengan wajah yang sewot.

"Eee-ee, enggak mas. Aku seneng aja, kita sama sekali enggak pernah melakukan hal seperti ini dan bagiku ini istimewa sekali," ungkap Fely penuh senyuman.

"Mau makan saladnya enggak?" tawar Fely.

"Sudalah nanti saja. Masukin ke lemari es saja," jawab Arga.

Setelah selesai makan Arga pun langsung cuci tangan dan menggosok giginya, ia tak ingin bila bau mulutnya sampai tercium oleh orang lain baginya hal itu ialah sesuatu yang menjijikan.

Fely begitu sibuk mencuci piring bekas dirinya makan dan barang-barang yang ia buat masak tadi sungguh banyakdan tergelatak tak beraturan.

"Mas, obatnya ada di meja, buraan di minum. Supaya tubuhnya terasa lebih enat," tutur Fely, sambil fokus mencuci piring.

Namun, perlahan-lahan Arga berjalan kearah istrinya dan tangannya melingkar tepat pada perut sang istri.

"Mas, aku lagi nyuci piring. Nanti, yaa," ucap Fely.

"Kamu selalu saja sibuk dan menyibukan diri dengan segala hal yang tak penting," bisik Arga pada telinga sang istri.

Seketika Fely menghentikan gerakan tangnay dan berbalik manatap kea rah suaminya.

"Maksud mas apa?" dengan kening mengkerut.

"Iyaa, kamu selama ini selalu sibuk. Selalu ada saja alasan untuk menghindari aku," jawab Arga.

Fely masih saja terdiam dan menatap suaminya dengan penuh tanda tanya, namun saat ini pikiran Fely sudah menemukan jawaban atas apa yang di katakana oleh Arga. Tetapi, Fely belum mau untuk mengatakannya pada sang suami.

"Dari tadi pagi selalu saja ada alasan yang kamu buat, untuk menghindari kerbersamaan denganku, kenapa? Kamu belum ingin kita punya buah hati? Kalau memang begitu, oke kita adopsi anak aja, aku enggak masalah kok," ucap Arga sambil menatap mata Fely dengan begitu dekat.

Fely bingug harus berkata apa pada sang suami, ia melakukan semua hal itu bukan berate untuk menolak namun, dirinya hanya merasa canggung saja pada Arga.

"Mas, kok bilangnya gitu sih. Aku juga ingin punya buah hati dan terlahir dari rahimku sendiri," jawab Fely dengan mata berkaca-kaca.

"Lalu kenapa sejaka awal datang kesini sampai sekarang kamu selalu menghindar, kalau kamu memang ingin adopsi anak ayo kita pulang saja dan kita cari anak dan enggak perlu honeymoon segala," terang Arga.

Kali ini lelaki itu bersikap jauh lebih tegas dari sebelumnya, mungkin memang selama ini dirinya sering mengalah dengan Fely tetapi hal ini tak ada yang perlu mengalah namun hanya perlu ketegasan yang sesungguhnya dari mulut sang istri.

"Mas, jangan bilang gitu dong. Aku juga mau jadi ibu, udah dong. Iya-iya aku salah," ucap Fely dengan mata berkaca-kaca. Karena ucapan Arga benar-benar menyentuh dirinya sekali.

Air mata itu tak bisa lagi dirinya sembunyikan, hatinya sakit saat mendengar penuturan Arga bila berkata yang sesungguhnya itu hal yang tak mungkin dan mustahil sekali.

Fely kira mood Arga akan membail dengan cara seperti ini namun dirinya salah lelaki itu malah mengucapkan perkataan yang benar-benar membuat hatinya merasa sangat sakit sekali

"Ya sudahalah tidak apa-apa terserah kamu mas, ya udah itu di minum obatnya udah aku siapin di atas meja," ucap Fely sambil mengusap air mata dan kembali membalikan tubunya untuk melanjutkan mencuci piring.

Tak ingin ambil pusing atau pun memperpanjang berdebatan, wanita itu memilih jalan seperti ini agar sama-sama kembali mengerjakan kesibukan masing-masing.

Namun, tangan Arga masih melingkar di perut Fely dan mereka berdua tampak berpelukan dari belakang.

"Aku enggak sakit, kenapa harus minum obat," cetus Arga.

"Kamu kenapa jadi seserius ini sih sayang, aku Cuma bercanda," lanjutnya sambil menatap wajah sang istri dari samping.

Fely tak peduli dengan godaan yang dibuat oleh Arga, dirinya tetap sibuk mencuci piring.

"Sayang, sudahalah jangan terlalu serius seperti ini. Ayo kita habiskan waktu kita bersama-sama," ujar Arga dengan penuh senyuman.

Karena, Fely tak merespon ucapan Arga dan membuat lelaki itu sedikit merasa kesal, Arga pun langsung saja menggendong tubuh Fely tanpa berkata-kata apa pun.

"Ihhh, mas Arga. Aku lagi nyuci piring," dengan nada yang manja, Fely meminta turun.

"Sudahalah, cuci piringnya nanti saja. Ayo kita habiskan ini dengan berduaan," ujar Arga dengan penuh semangat menggendong tubuh Fely, hingga menjatuh tubuh wanita itu di kasur yang empuk.

"Jangan menunda waktu lagi Fely," bisik Arga pada telinga Fely.