"Loh, kok kamu yang nganterin? Bukanya sii...."
"Si siapa pak? Ini saya nganterin pesenan bapak, bapak pesen nasi kotak, kan?" tanya Fina dengan menyodorkan makanan tersebut pada Zayn.
Lelaki itu melongo saat yang mengatkan pesenannya bukan sesuai permintaanya pada chef. Padahal sejak tadi dirinya sudah menunnggu kedatangan Gisell, dan ada hal yang ingin dirinya bicarakan pada wanita itu.
"Bapak kenapa?" tanya Fina bingung, melihat lelaki yang ada di depan matanya melongo dan tak kunjung mengambil makanan yang sudah dirinya sodorkan sejak tadi.
"Heh! Jangan panggil saya bapak! Saya ini masih mudah dan seumuran juga dengan kamu jadi panggil saya Zaynk saja," pinta dengan wajah yang masam.
"Baik, pak. Ehhh, salah maksud saya Zayn," jawab Fina.
"Ya sudah rauh di atas meja saja,"
"Baik, ya sudah saya pergi dulu. Permisi," panik Fina, sambil menutup pintu ruangan Zayn.
Ia sedikit heran ketika lelaki itu menatap dirinya seperti ada rasa terkejut dan tak percaya akan kehadirannya.
"Kenapa yaa itu orang, kok bengong. Apa wajahku tadi jelek, makanya dia heran," batin Fina dengan mengusap-ngusap wajahnya.
"Ahhh, dahlah enggak usah di pikirin. Penting makanannya udah sampai Zayn," batin Fina melanjutkan langkahnya ke restorant.
Saat baru saja masuk ke dalam restorant langkah Fina sudah di cegah dengan Meli dengan raut wajah yang sinis dan kesal.
"Ada apa Mel? Kenapa mukanya gitu banget" heran Fina.
"Lu habis dari mana?"
"Gua habis nganterin makanan pesenan Zayn ke kantor dia. Kenapa apa ada masalah sama elu?" balik tanya Fina.
"Oh, ya sudah sana pergi," usir wanita itu dengan mendorong tubuh Fina hingga hampir terjatuh.
Dari balik tempat duduk kasih Gisell melihat kejadian itu, ia sama sekali tak bisa membayangkan bila dirinyalah yang telah mengantarkan pesanan itu ke tempat Zayn. Akan seperti apa lagi Meli murka kepada dirinya.
Sudah cukup tadi pagi saja, wanita itu mencaci makinya dengan segala ocehan yang tak sepantasnya terucapkan oleh sesame wanita.
"Hufftt! Hati gua benar-benar lega sekali," ucap Gisell sambil mengelus dadanya.
"Apanya yang lega Sell," ucap seseorang dari arah belakang Gisell.
Spontan Gisell langsung menoleh kebelakang dan orang itu yang menyahut ucapannya tak lain ialah chef restorant ini.
"Ehhh, chef enggak kok. Gak ada yang lega, ngomong-ngomong ada keperluan apa ya chef?" ucap Gisell sambil meringis.
"Kan, saya sudah bilang. Kamu yang mengantarkan makanan itu ke Pak Zayn, tetapi kenapa malah kamu kasihkan ke orang lain Giselll," geram chef itu saat menatap Gisell.
"Eeee-ee, iya maaf chef. Tadi, saya lagi di mintaain data barang-barang yang datang jadi yaa saya kasihkan saja ke Fina, lagi pula dia udah nganterin ke orangnya langsung dengan tepat waktu," jelas Gisell.
"Iyaa, tapi dia maunya kamu yang ngaterin. Dia enggak mau orang lain dan pokoknya harus kamu yang nganterin," terang chef itu, dengan wajah yang geram.
"Kenapa mesti saya, kan saya ada kesibukan lainya." Heran Gisell. Dan tak mengerti apa yang sedang di rencanakan oleh Zayn, yang selalu meminta dirinya untuk mengantarkan makanan itu pada Zayn.
"Iya mana saya tau, pokoknya dia maunya kamu. Kalau kamu enggak ada ya batal makanan itu di antarkan," ungkap chef itu.
"Kenapa mesti Gisell chef, kan bisa saya juga," sahut Meli, yang tiba-tiba datang di hadapan mereka berdua dan menyela pembicaraan mereka.
"Nah, bener tuh chef. Apa yang di ucapin Meli bener tuh," bela Gisell. Ia tak ingin wanita itu kembali salah paham, Gisell hanya ingin membuktikan bahwa dirinya sebenarnya tak ingin berhubungan dengan lelaki itu tetapi Zayn saja yang terus mendekati dirinya.
"Kalau kamu pengen tau, lebih baik tanya sama orangnya saja. Jangan tanya sama saya, karena disini saya hanya menjalankan permintaan dari konsumen terbaik restorant kita," cetus chef, lalu pergi meninggalakan mereka yang sedang bertatap-tatapan penuh kesengitan.
"Dasar cewe gatel lu, lu pakai jimat apa sih? Kok si Zaynk bisa kepincut banget sama elu," cibir Meli dengan tatapan tajam.
"Jaga mulut lu, gua enggak ada waktu buat ngomong sama orang yang enggak guna," balik cetus Gisell dengan ucapan yang tak kalah pedas.
Gisell pun langsu pergi meninggalkan Meli yang di dekat kasir Karen baginya ini cara yang paling efektif agar tak ribut dengan Meli.
***
Fely sibuk mencari cara agar mood suaminya bisa balik seperti semula, ia sadar bila perlakukannya tadi sudah membuat suaminya merasa kesal dan geram.
Tetapi, apa boleh buat karena itu tempat umum dan ia tak ingin mengubar sesuatu di tempat umum.
Karena merasa tak nyaman di pantai sendirian tanpa seoarang suami akhiranya Fely pun memutuskan untuk kembali ke Villa, sambil memikirkan bagaimana Arga dapat kembali ceria dan menikamati suasana ini bersama dengan dirinya.
*Kreekkkk...
Suara Fely saat membuka pintu cukup jelas terdengar mesti dirinya sudah berbuat semaksimal mungkin agar tak terdengar di telinga suaminya namun, tampaknyaArga sedang tertidur sangat lelap membuat hati Fely sedikit jauh lebih tenang.
Hari ini Fely mencoba membuatakn masakan yang paling di sukai suaminya yaitu sup ayam dan salad buah.
Meskipun dirinya tak pandai memasak namun, tak akan mengalangi usahanya dan niatnya untuk membuat Arga bahagia ataupun mau memaafkan dirinya.
Saat Fely sedang asyik memasak tiba-tiba ponselnya berdering dengan nada yang keras.
"Huh! Siapa sih, apa enggak tau orang lagi sibuk aja," batin Fely dengan hati yang kesal. Karena, tanganya sudah celemotan oleh bumbu-bumbu yang ia gunakan tadi, membuat dirinya tetap mengabaikan ponsel yang berdering itu. Ia tak peduli siapa pun yang menelvon dirinya, yang terpenting saat ini hanyalah, ia bisa memasakkan makanan yang enak dan lezat untuk suaminya.
Tetapi, deringan itu sayangnya tak mau berhenti. Bahkan terus saja berdering dengan berulang-ulang kali.
"Huh, menyebalkan sekali. Siapa sihh, apa enggak tau kalau aku lagi sibuk masaka apa ya?" dongkol Fely sambil menatap layar ponselnya dan membaca siapa yang sejak tadi menghubungi dirinya.
"Mami? Hih! Nyebelin banget sih, ganggu aku lagi masak aja tapi kalau enggak di angkat mami pasti enggak bakalan berhenti nelvonin aku," batin Fely.
Ia pun langsung mencuci tangannya, lalu mengangkat telvon dari mamanya.
"Halo, mi. Ada apa sih?" jawab Fely, dengan nada yang langsung kesal.
"Ini anak, bukanya salam dulu, nyapa dulu, ngasih kabar dulu. Ehhh, malah langsung ngomel-ngomel begitu," balik ceramah maminya yang merasa kesal atas ucapan yang di sampaikan oleh maminya.
"Iya, mami yang cantik ada apa?Aku lagi masak nihhh, mas Arga lagi..." potong Fely dengan seketika menghentikan ucapannya
"Duhhh, hampir aja aku keceplosan," batin Fely. Ia tak tau akan apa jadinya jika maminya sampai tau bila Arga sedang sakit. Yang ada honeymoonnya bersama dengan Arga akan semakin tak asik karena, ia yakin maminya akan kemari dan memastikan bagaimana keadaan memenantunya.
"Arga kenapa Fel," tanya wanita paruh baya itu.
"Eeee, enggak mi. Maksud aku Mas Arga lagi ada kerjaan yang mendadakan dan sekarang aku lagi buatin makan siang untuk dia," jelasnya.
"Ohh, begitu. Ya sudah lanjutkan saja masaknya. Dan jangan lupa pulang dari Bali kamu harus kasih kabar ke kita semua," pinta mami Fely, langsung mematikan ponsel tanpa mendengar penjelasan dari dirinya.
"Kenapa kamu berbohong?" ucap seseorang dari arah pintu dapur. Fely yang sedang manaruh ponselnya seketika terkejut saat melihat keberadaan Arga yang sejak tadi mendengar pembicaraannya dengan sang mami.