Malam itu menjadi malam yang sangat sulit di lupakan bagi Gisell, serasa seperti mimpi namun, hal itu ada nyatanya dan tejadi pula pada dirinya. Tak tau dari mana munculnya Zayn yang tiba-tiba sudah ada didepan mata Gisell saja. Rasa bahagia begitu tercampur aduk pada malam itu, bahkan Zayn sempat mengajak Gisell berbincang-bincang dan suasanya cukup mendukung untuk berdialog berdua.
Sulit ingatanya untuk melupakan malam itu, semuanya yang terjadi benar-benar di luar ekspestasi Gisell.
Satu hal yang membuat wanita itu merasa takut hingga saat ini yakni, teman-temanya akan merasa tak suka bila tau yang sebenarnya kejadian malam itu. Gisell, juga pernah sempat dengar jika, Meli sangat menyukai bahkan fans berat Zayn.
Ia hanya takut jika, sampai Meli, tau wanita itu pasti akan sangat membenci dirinya. Selama ini, Meli sudah terlihat sangat tak suka dengan Gisell. Karena, Gisell ialah karyawan kesayangan Arga.
Dengan penuh kekuaatan hati Gisell mencoba untuk menghadapi semuanya dengan lapang dada. Bahkan, ia akan berusaha tak peduli dengan ucapan-ucapan yang menyudutkan dirinya. Saat ini tujuan Gisell hanyalah bekerja untuk masa depannya dan juga kakaknya yang berada di kampong.
"Hai Lin," sapa Gisell penuh senyuman.
"Haii, juga. Ehhh, lu udah tau berita baru belom?" ujar Linda, berjalan mendekati Gisell yang tengah menyiapkan minuman untuk konsumen.
"Apaan?" seketika kening mengkerut, dan matanya tersorot pada Linda, yang akan mengatakan sesuatu.
"Meli," ucap Linda, lalu memtong kaliamtnya.
"Kenapa dia?" sahut Gisell, kian penasaran.
"Dia mau kuliah," ucap Linda dengan mata melotot.
"Ohhh, ya baguslah kalau gitu. Pendidikan juga penting Lin," jawab Gisell dengan nada yang santai.
"Gua mau nganterin minuman dulu," lanjut Gisell, lalu berjalan menjauh dari Linda yang masih berdiri dan diam di dekat kasir.
Linda ingin mengatakan suatu hal pada Gisell, tetapi ia ragu karena, dirinya takut bila berita ini tak penting bagi wanita itu dan Gisell pun akan mengacuhkan ucapannya.
"Lin," panggil seseorangdari aah belakang.
Linda pun langsung menoleh kebelakang dan melihat siapa yang memanggil dirinya.
"Ehhh, Fina. Lu ngagetin gua aja," dengus Linda, sambil mengelus dadanya.
"Lebay banget si lu. Udah yok ikut gua ke gudang, bahan makana baru datang tuh, tinggal midahin ke gudang," ajak Fina.
"Muka lu tegang banget ada apaan sih?" heran Fina.
"Udah ah, enggak penting. Ayo ah, ke gudang keburu di marah ntar," sahut Linda, segera berjalan. Ia tak ingin Fina sampai curiga atau pun penasaran apa yang ada di dalam otaknya saat ini.
"Itu, anak kenapa sih! Kok aneh banget?" batin Fina, sambil berjalan membuntuti Linda.
Semenjak party itu, Linda merasa jika hidup Gisell tak akan nyaman lagi. Ia hanya ingin member wanita itu peringatan. Tetapi waktunya belum ada yang pas dan saat ini pun dirinya juga harus fokus pada kerjaanya.
"Loh, Linda kemana sih? Keknya itu anak masing disini deh?" bingung Gisell, sambil menoleh kekakan dan kekiri. Mencari dimana keberadaan temannya itu, padahal hatinya penasaran akan cerita Meli yang akan kuliah.
"Ahhh, sudahlah. Giselll, ayolah fokus kerja," ucap Gisell terus mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
***
Suasan terasa sangat damai dan tentam sekali, tak ada teriakan atau pun suara pembantu yang sedang memasang. Fely dan Arga benar-benar sangat menikmati setiap harinya yang mereka lalui bersama-sama.
Tak ada hari yang tak indah bagi mereka berdua, momen yang terjadi selalu mereka berdua abadaikan tanpa telat.
Hingga pada saat matahari sudah berada di atas pun mereka berdua tetap terlarut dalam tidur yang panjang. Rasanya tak ingin di ganggu oleh siapa pun.
Sinar mentari yang begitu terang, mamapu menembus kaca yang being berlaut gorden berwarna putih, sebenarnya Fely tak ingin bangun. Namun, sinar matahari itu benar-benar membuat matanya terasa sakit sekali.
"Hummm, sinarnya benar-benar membuat mataku sakit," dengus Fely.
Ia seketika bangkit dari tidurnya dan membuaka gorden agar sinar mentari benar-benar masuk kedalam kamarnya.
"Sayang, silau," ringik Arga, lalu segera menarik selimut yang berada di kakinya dan menutupi kepalnya.
Ketika menatap arloji yang berada di dinding, Fely merasa terkejut, ia tak menyangka bila hari sudah menujukan pulu 11:30. Ia tak tau sudah berada jam dirinya tidur.
"Sayang bangun, ayo mandi. Katanya kita mau ke pantai," ucap Fely, dengan mengoyak-ngoyak tubuh suaminya yang tertutup selimut putih.
"Jangan ganggu aku, ini masih terlalu pagi cantik," jawab Arga, dengan suara yang pelan.
"Masss, ayo bangun ini sudah jam 11:30," ringik Fely.
"Sudalah hari ini kita habiskan waktu dikamar saja," ucap Arga, sembari menarik tangan istrinya yang sedang berdiri. Tingkah yang di lakukan Arga barusan membuat Fely terjatuh di kasur.
Mata Fely langsung menatap kepala Arga yang masih terbalut selimut.
"Ahh, Mas Arga nyebelin deh. Katanya kita mau ke pantai," ujar Fely dengan wajah yang masam. Namun, wanita itu tak meubah posisinya yang menatap Arga.
"Hari ini aku ingin mengahabiskan waktu bersamamu, di Villa saja," ucap lelaki itu sambil membuka selimut lalu menatap istrinya dengan penuh senyuman.
"Ahhh bosan," keluh Fely.
"Tidak, tidak ada yang membosankan. Bila kita menghabiskan waktu bersama-sama," tegasakan Arga. Lelaki itu pun segera bangkit dari tidurnya, dan menarik tubuh Fely akan lebih dekat dengannya.
"Mau apa mas?" bingung Fely, matanya seketika gugup untuk menatap suaminya. Dan jantungnya seketiak berdegup tak beraturan.
"Kamu belum mandi, kan?" tanya lelaki itu menatap wajah Fely, yang polos.
"Belumlah, kita, kan. Sama-sama baru bangun tidur," timpal Fely.
"Ya sudah ayo," ajak Arga, langsung berdiri dan mengulurkan tangnya pada Fely.
"Hah? Kemana mas? Ohh, ke pantai ya?" seru wanita itu dengan nada yang semangat. Hingga Fely pun langsung bangkit, dari atas kasur dan menerima uluran tangan dari suaminya itu.
"Hayuk ah, ke pantai," ucap Fely, penuh senyuman.
"Siapa yang mau ke pantai," jawab Arga, menatap istrinya.
"Lalu?" tanya Fely.
"Kita, akan mandi bersama," cetus Arga, sambil menatap Fely.
"Hah!" Spontan Fely dengan mata yang melotot, sambil menatap suaminya.
"Hishhh, Mas Arga," keluh wanita itu, dengan seketika melepaskan tanganya dari tangan Arga.
"Kenapa? Apa ada yang salah, kita juga sudah suami dan istri lagi pula, sudah cukup lama kita tidak mandi bersama," ungakap Arga dengan wajah yang datar.
Mmemang yang dikatakan lelaki itu benar bila mereka, berdua sudah cukup lama tidak mandi bersama. Karen, kesibukan dengan kerier masing-masing membuat keduanya yang saling perhatian satu sama lain saja, tetapi tidak memenuhi tugas ikatan yang sedang mereka jalani.
"Ya sudah tunggu apa lagi, ayo masuk," ucap Arga.
"Eee-ee, iya mas. Aku ambil handuk dulu," timpal Fely, dengan segera membuka koper dan mengambil handuk yang berada di dalamnya.
Semaksimal mungkin Fely beringkah seperti biasanya dan tak menonjolkan rasa gugup yang menyelubungi hatinya.
"Sayangggg! Buruan masuk," teriak Arga dengan suara yang keras.
"Iyaa mas, sabar," jawab Fely. Ia seketika mepercepat langkahnya hingga tampak seperti orang yang buru-buru.
"Ini mas, handuknya," ucap Fely.
"Ya sudah letakan saja, buruan buka bajunya," ucap Arga.
Mata Fely tak ingin menatap Arga yang mungkin saja saat ini sudah tak mengenakan sehelai kain pun. Kepalanya tetap tertundukdan terus saja menunduk tanpa dirinya sadari setelah meletakan handuk di meja, tepat di depan matanya ada sebuah kaca yang sebesar hingga, membuat dirinya mampu melihat apa yang di lakukan suaminya.
"Huaaaakkkkkkk," terika Fely dengan suara yang keras, sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.