"Surprise!!!!" teriak dengan nada yang keras dan serentak.
Arga dan Fely yang berada di luar rumah spontan terkejut saat melihat kejutan yang di rencanakan oleh orang tua mereka. Hati yang awalnya kesal karena, menunggu mereka semua yang kunjung datang kini beralih bahagia, atas apa yang mereka terima saat ini.
"Kalian?" ucap Fely dan Arga bersamaan, dengan kening yang mengkerut.
"Hahaha, kalian berdua pasti kesal ya nungguin kita yang enggak kunjung datang," ujar mami Fely, dengan wajah yang bahagia, karena telah berhasil membuat anak dan menantunya merasa kesal.
"Owwoww, Fely tau ini semua pasti idenya mami. Sengaja bikin aku sama Mas Arga kesal. Karena, nungguin kalian semua yang lama banget," sahut Fely, tersenyum tipis. Tetapi hatinya sedikit lega akhirnya orang tuanya dan orang tua Arga sudah datang.
"Hehehe, iya sayang. Maafin kita yah," pinta mama Arga, dengan mengelus kepala menantunya dengan begitu lembut. "Ini semua, ide mami kamu," lanjutnya sambil tersenyum.
"Iya mah, enggak papa, untung aja kita berdua enggak nekad berangkat berdua ke bandara," timpal Arga.
"Hah! Kalian mau berangkat dulu?" ujar mami Fely dengan menatap kedua pasangan suami istri ini.
"Iyalahhh, kalian sih! Enggak pengertian banget. Mana pesawat udah mau berangkat," dengus Fely.
"Udah mau berangkat?" sambung papi Fely, menatap mereka yang berada di depan matanya.
"Hah! Omg, mass kita telatttt!!" keluh Fely, sambil menatap Arga yang berada di sampingnya.
Seketika mendengar ucapan istrinya Arga pun langsung melihat Arloji yang berada di tangan kanannya,
"Sayang," ucap Arga menatap Fely dengan mata yang melotot. Dan para orang tau pun ikut shok saat melihat responan dari Arga, seperti orang yang sedang terkejut.
"Sayanggg!!! Kita bisa ketingglan pesawat, waktu kita tinggal 30 menit lagi," ucap Arga, beralih pendangan menatap para orang tua yang ikut terkejut pula.
"Kok, bisa sih mas!" keluh Fely, meraih tangan suaminya dan menatap arloji tersebut.
"Iyaaa, waktu kita tinggal 30 menit lagi," ucap Fely mendongong.
"Kok, kalian berdua malah begong sih! Ayo buruan ke bandara," sahut mami Fely.
Mendengar ucapan wanita paruh baya itu, mereka berdua pun buru-buru memasukan barang dan keprluan yang di butuhkan ke dalam bagasi mobil. Tak ada lagi waktu untuk bercanda, kini waktu membuat hati mereka semua menjadi tegang.
Ketika, di dalam mobil mereka semua diam dan wajah panic melekat pada aura masing-masing. Yang mereka lihat hanyalah putaran jarum jam yang terus saja berjalan.
"Papi, ayo dong cepat dikit!!," perintah Fely, dengan hati yang gregetan saat melihat papinya yang menyetir mobil dengan begitu lamban sekali.
"Sabar sayang, papi udah cepat ini," jawab lelaki paruh baya itu dengan hati yang pank pula. Dirinya juga tak ingin jika, sampai putrinya batal untuk Honeymoon. Jika, sampai hal itu terjadi maka rencana untuk dirinya mendapatkan cucu pun akan berakhir pula.
"Ayo dong, papi!!" geram Fely, dengan mulut yang terus saja mengomel meminta pada papinya untuk mempercepat laju mobilnya.
"Fely, sabarlah sayang. Papi juga udah cepat ini," tenangkan wanita parh baya itu yang berada di samping Fely.
Arga yang terdiam melihat tingkah istrinya yang terus saja mendumel di dalam mobil, dirinya tak berani melakukan hal seperti itu pada mertuanya. Kalau pun, yang membawa mobil papa maka ia un akan melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan istrinya ini.
Mami Fely tak berhenti melihat kebelakang untuk memastikan jika besanya tetap mengikuti langkahnya. Hatinya hanya takut dalam keadaan buru-buru ini akan terjadi hal yang fatal pada mereka semua.
Wajah Fely, benar-benar panik sekali. Wanita itu bahkan tak bisa tenang saat berada di dalam mobil.
"Pokoknya kalau sampai kita telat, mami sama papi harus tanggung jawab," cetus Fely dengan wajah yang masam.
"Kok begitu?" lirik wanita paruh baya itu dengan kening mengkerut.
"Iyalah, tadi pakek acara supraise-supraise segala. Udah tau waktunya enggak banyak," jawab Fely.
"Yah, gimana. Mami sama yang lainya Cuma mau ngasih kejutan untuk kalian," jawabnya dengan nada yang lirih.
"Ehhh, ngomong-ngomong. Kok kamu enggak sabaran banget ya pengen Honeymoon, atau jangan-jangan kamu udah enggak sabar," ledek wanita aruh baya itu.
"Ihhhh, mami. Apaan sih! Kok bilangnya gitu," keluh Fely.
Arga dan lelaki paruh baya itu yang sedang focus menyetir hanya terdiam namun, diam-diam tersenyum mendengar apa yang di katakan oleh wanita paruh baya itu.
***
Karena, shift kerjanya hari ini malam, Gisell hanya bisa menghabiskan harinya dengan menscroll sosmed dan mencari tau apa berita terbaru.
"Berita terbaru hari ini apa ya?" batin Gisell, dengan terus menatap layar handphone dan tangan yang terus saja bergerak.
"Ihhh, anak kuliahan keren juga ya," ucap Gisell, dengan mata yang berbinar.
"Pakai almamater, mana bawa buku. Jadi, pengen deh lihatnya," batin Gisell.
Ia teringat impiannya yang belum sempat tercapai sejak kecil, dulu dirinya meminta pada ayah dan ibunya agar ketika dewasa untuk di kuliahkan. Tetapi, rencana tuhan memang tak ada yang tau, mereka sudah pergi terlebih dahulu sebelum impiannya terpenuhi.
Dan kakaknya tak ada yang peduli dengan keinginnya keculi Lisa, meskipun begitu. Perekonomian Lisa yang kurang stabil membuat Gisell harus lebih berfikir untuk meminta hal ini pada sanga kakak, ia pula tak ingin menjadi beban hingga tua nanti.
Setelah, apa yang dirinya dapatkan hari ini dan pertemuan dirinya dengan Arga ialah sebuah anuegrah terindah membuat otaknya berpikir untuk mencoba masuk dalam dunia perkuliahan. Bila perlu, dirinya juga sambil bekerja hingga tak mengganggu kesibukan satu sama lain.
"Kira-kira kalau gua bilang Kak, Lisa dia setuju enggak ya?" batin Gisell, jari jemarinya begitu ragu untuk menghubungi kakaknya, karena ia takut bila Lisa akan mentang keras keinginannya.
"Gua coba dulu deh, bissmilah. Semoga aja itu orang setuju," ucapnya dengan langsung menekan nomor kakaknya tanpa rasa ragu lagi.
*Tuuuutttttt....
Jaringan terhubung, tetapi Lisa tak kunjung menjawab telvon dari dirinya. Berulangkali Gisell mencoba menghubungi Lisa, namun, tetap sama belum ada jawaban.
"Kemana sih! Kok enggak di angkat-angkat!" dengus Gisell, hatinya seketika kesal. Karena, saat ini dirinya memang sedang butuh jawaban dari kakaknya itu.
"Itu orang bikin malas deh, ahhh mendingan gua nonton drakor aja deh. Kalau dia nelvon balik, gua cuekin aja deh," timpal Gisell, dengan keadaan hati yang kesal.
"Kalian baik-baik ya disana, mama tunggu juga kabar baiknya," ucap mami Arga, tersenyum pada pasangan suami dan istri itu.
"Nahh, iya tuh. Mami juga menunggu kabar baik dari kamu Fely, dan kali ini harus jadi," paksa wanita paruh baya itu, sambil meringis.
"Mami, apaan sih. Emangnya buat anak, segampang buat mie instan apa, yang langsung jadi," dengus Fely.
"Udah-udah, kalian berdua ada saja yang diributkan," sela papi Fely, karena telinganya terasa lelah sekali mendengar perdebatan mereka berdua yang selalu terjadi dimana saja.
"Mami, yang mulai pi," tuding Fely, menunjuk pada wanita paruh baya itu.
"Sudah sayang, jangan begitulah. Buru, masuk ke pesawat, nanti kalian berdua bisa telat lagi," tutur mama Arga.
"Iya, mah," jawab Fely dengan tersenyum.
Perpisahan yang terjadi hari ini, membawa harapan bagi para orang tuanya. Melihat pernikahan anaknya yang sudah berumur lama, membuat mereka harus mendorong Arga dan Fely agar segera mempunyai buah hati, agar hidup mereka juga lebih berwarna dan berarti.