Setelah semuanya sudah di atur dan hari yang pas pun telah di tentukan Arga sesigap mungkin mengabari mama, papanya dan tak lupa dengan orang tua Fely.
Sebelum dirinya dan Fely berangkat ke Bali, Arga ingin bertemu dengan mereka terlebih dahulu dan mendapatkan doa agar usahanya dengan istrinya ini di permudah Tuhan.
"Mas, tiketnya sudah kamu bawa belom?" tanya Fely.
"Oh, ya ampun aku lupa sayang," menepuk jidatnya, lalu meringis kea rah Fely.
"Kamu nih , kebiasaan. Untung aja aku ingetin, kalau enggak bakalan telat kita," dengus Fely, bermuka masam, lalu kembali naik ke atas untuk mengambil tiket yang tertinggal.
Setiap saat seperti ini Fely selalu mengingatkan Arga, karena lelaki itu tipakl orang yang suka pelupa dan menaruh barang dengan sembarang.
Dari sisi ini ia ingin belajar menjadi istri yang baik dan pengertian. Selama, ini lelaki itu sudah cukup pengertian dan dirirnya pun juga akan meperlakukan Arga dengan sama.
"Wihhh, Tuan sama Nyonya. Mau honeymoon ya?"ujar pembantu Arga dengan wajah yang sumringah.
"Iya Bik, doakan ya semoga saja selepas pulang dari honeymoon kita bawa kabar gembira," sahut Arga, sambil duduk disofa.
"Iya Tuan, kita selalu doakan yang terbaik untuk pernikahan ini," ungkapnya.
"Kamu jaga rumah baik-baik, saat saya tinggal jangan enak-enakan kalian berdua," tutur Arga.
"Baik, Tuan,"
"Bik Jumi mana?"
"Itu di belakang lagi nyiram bunga," jawab Bik Sumi.
Hati Bik Sumi benar-benar merasakan kebahagian yang tak terkira setelah mendengar majikanya akan honeymoon. Dirinya juga sudah sejak lama mengharapkan kehadiran sosok bayi di rumah ini agar tak ada lagi suasana sepia tau pun kehampaan.
Pernikahan keduanya juga terbilang sudah lama, maka rencana itu pun lebih cepat lebih baik.
"Nih tiketnya, jangan lupa-lupa lagi mas," ucap Fely, sambil menyodorkan pada Arga agar di simpan.
"Iya sayang, makasih ya," balas lelaki itu penuh senyuman.
"Kok mami belom datang juga ya mas? Mama pun sama?" tanya Fely, sambil melihat arloji yang ada di tangan kanannya.
"Enggak tau juga ya, padahal aku udah bilangin ke mama, dan mami kamu loh," sahut Arga heran sendiri.
Ia takut hanya karena menunggu kedatangan mereka semua dirinya dengan Fely bisa telat sampai di Bandara sedangkan nerbangan akan di laksanakan 1 jam lagi.
Dari Honeymoon yang lalu-lalu Arga, merasa jika honeymoon yang sekarang jauh lebih berhara, karena keputusan ini muncul dari mulut Fely sendiri dan bukan paksaan dari orang lain.
"Sabar aja sayang, jangan resah gitu dong," ujar Arga, berusaha menenangkan hati istri tercintanya.
"Iya sayang," ucap Fely.
"Kamu, jangan banyak fikiran ya. Harus fresh, oke," tutu Arga. Ia hanya saja tak mau jika, saat honeymoon fikiran Fely terganggu karena hal sepal. Padahal itu momen yang terbaik dan yang paling baik untuk dirinya dan Fely bisa mempunyai buah hati.
Tuhan, memang tak pernah tidur dan Tuhan selalu maha adil. Doa yang selalu dirinya panjatkan pada setiap malam akhirnya terkabul juga, dan Tuhan memberiakan di saat yang pas akan keadaanya.
***
Hari ini Gisell bingung akan melakukan aktivitas apa sedangkan hari ini dirinya kebagian shift malam, jadinya ia nganggur dan tak ada kerjaan sama sekali. Sebenarnya, situasi seperti ini sangat menjengkelkan bagi Gisell. Karena, dirinya tak ada agenda harus melakukan aktivitas apa.
Saat melihat arloji, terlihat waktu berjalan begitu lambat hari ini. Biasanya tanpa ia rasakan hari sudah sore, namun, kini hari masih saja pagi.
"Huh! Menyebalkan sekali, gua bingung harus ngapain" dengus Gisell, rambutnya yang sudah acak-acakan kini kian berantakan karena, dirinya bingung harus melakukan aktivitas apa hari ini.
"Masa gua mau jogging?" simpulnya dengan terus saja berfikir.
"Ahh, jangan deh. Lebih baik gua mandi dan cari sarapan, perut juga udah kerasa laper banget," lanjutnya lagi, segera mengambil handuk yang tercantul di belakang pintu lalu masuk kedalam kamar mandi.
Berhubung Gisell belum mempunyai teman akrab, sehingga saat akan melakukan hal apapun ia serba bingung. Karena, hal itu ia lakukan sendiri tanpa seorang teman.
Setelah sekitar 15 menit di dalam kamar mandi akhirnya ia pun keluar juga. Gisell bukan tipe orang yang suka mandi lama-lama, ia hanya melakukan hal-hal ini saja jika, sudah selesai maka segeralah dirinya keluar.
"Gini banget ya jadi anak kos, serba kesepian mana enggak punya temen deket lagi," keluh Gisell sambil menatap dirinya pada kaca.
Sejak kecil selalu saja nasib Gisell memang kurang beruntung, sudah di tinggal ayah dan ibunya dan belum lagi ia harus mempunyai kakak-kakak yang serakah. Tetapi, hal itu tak berlaku pada Kak Lisa, dia ialah wanita yang paling baik dalam hidupnya, dan orang yang paling berjasa mampu merawat dirinya hingga sebesar ini.
Meskipun, hidup Lisa, kakak ketiganya tak semewah dengan kakaknya yang lainnya. Dia tetap bersyukur dan menerima apa yang terjdi dalam hidupnya dengan lapang dada.
Sejak dulu hingga sekarang mungkin dirinya hanya menjadi anak bawang saja, bahkan dirinya saja tak pernah merasakan hasil kerja keras dari kakak yang lainya.
"Huh, nasib anak bawang memang harus sedramatis ini ya," batin Gisell.
Setelah dirinya sudah siap dan tampil cantik, ia pun segera keluar dari kos-kosanya. Sebenarnya ia ada minat untuk pindah ke Apartemen. Namun, hal itu tak mungkin ia lakukan karena, hanya akan memboros-boroskan uang. Dan lebih baik ia tabung atau pun member kakaknya uang.
Gisell begitu paham jika, saat ini memang perekonomian kakaknya kurang baik bahkan saat dirinya masing tinggal bersama pun sama saja tak ada bedanya.
Kini tekad Gisell ialah jika, perubahan itu harus berasal dari dirinya dan membuktikan pada semua yang suka mencemooh dirinya, Gisell yang dulunya pemalas dan dan suka main dengan anak kecil kini bisa sukses dengan kerja kerasnya sendiri.
"Felyyyy!" teraikan dengan nada yang keras.
"Ehhh, mas sepertinya ada yang manggil aku deh," ujarnya.
"Ehhh iya, suaranya mami deh itu," sahut Arga.
"Iya, itu mami," ujar Fely dengan wajah yang sumringah.
Fely pun segera keluar rumah untuk melihat keluar apakah itu maminya atau hanya telinganya saja yang salah dengar dengan panggilan itu.
Ketika di luar, ia tak melihat siapa pun yang ada di teras rumahnya, Fely tampak kebingungan dari mana suara itu berasal, dan suara itu jelas-jelas memanggil dirinya dengan suara yang keras bahkan suaminya pun mendengar suara itu.
"Mas, kok enggak ada orang sih di luar?" dengus Fely sedikit kesal. Karena, benar jika dirinya salah pendengaran.
"Iya ya sayang, padahal tadi aku denger dengan jelas bahkan jelas banget kalau ada yang manggil nama kamu. Dan suarany mirip banget sama suara mami, masa sih bukan dia," timpal Arga heran juga karena saat dirinya di luar memang tak ada siapun yang ada di sana.
"Yah, mas. Kita bisa terlambat nih, kalau mereka enggak datang-datang," keluh Fely bingung.
"Iya juga sih, aku juga bingung. Mereka minta di tungguin, tapi sampai sekarang belum datang juga," ungkap Arga.
"Aku juga enggak mau kalau hari ini sampe ketunda," lanjutnya.
Perasaan kedua pasangan suami istri itu benar-benar campur aduk dan bingung harus bagaimana. Jika, mereka berangkat tanpa orang tua pasti mereka berdua akan di katakana sebagai anak yang durhaka.
"Gimana nih mas?" tanya Fely bermuka masa.
"Entahlah, aku juga bingung," sahut Arga sambil membalikan tubuhnya lalu mulai melangkah masuk kedalam rumahnya lagi.