Sesuai dengan apa yang telah di bicarkan Fely dan Arga segera mempersiapkan dan menghandel segala jam kerja.
Sudah cukup bagi mereka berdua untuk bekeja keras, kini saatnya menikamati buah hasilnya yang telah di rintis dengan susah payah.
"Gisell," panggil Arga.
"Iya pak, ada apa?" tanya Gisell dengan nada yang lembut dan sopan.
"Beberapa hari kedepan mungkin saya enggak bisa masuk kerja, jadi saya minta sama kamu. Selama saya enggak ada kamu harap bekerja yang bener ya dan harus komitmen sama waktu," terang Arga.
"Baik pak, kalau boleh tau memangnya bapak mau kemana?" dengan memandang Arga yang tengah duduk dan sibuk memainkan handponenya.
"Saya mau honeymoon dengan istri saya, doakan ya moga lekas dapat buah hati," ujar Arga penuh kesumringahan.
"Wihhh, iya pak. Saya doakan semoga lekas di beri junior," balas Gisell dengan nada yang bahagia.
"Eee-ee pak, saya permisi dulu. Mau kedapur nyeselaikan pekerjaan," pamit Gisell.
"Oh, iya-iya silahkan,"
Melihat penuturan dari Arga hatinya ikut merasa senang bahkan, ia merasa iri dengan istri Arga. Yang mampu mendapatkan lelaki sebaik itu.
Gisell hanya bisa berharap. Semoga, Tuhan mengabulakan doanya, agar ia bisa merasakan mempunyai suami seperti sosok Arga.
"Heh, Sell. Lu beruntung banget sih, bisa deket sama si boss," ujar salah satu teman kerja Gisell.
"Hahaha, deket gimana? Ya gua sama Pak Arga sebatas karyawan dan bos," jelas Gisell, sambil membersihkan meja yang berada di meja.
"Iya, lu beruntung banget gitu. Udah jadi korban tabrakan si boss. Terus, sekarang apa-apa boss yang nanggung, bahkan kebutuhan elu juga boss yang nanggung, kan?" gumam teman kerja Gisell, sambil melirik.
Ia bingung harus berkata apa, yang pasti dirinya tak ingin salah paham dengan kedetakan dirinya pada Arga. Jika, orang yang tak suka pada dirinya mungkin akan mengambil situasi ini dan menjadi pelopor bahwa Arga lebih sayang dan perhatian pada dirinya ketimbang dengan karyawan yang lainnya.
"Semua yang lu lihat saat ini, itu enggak semudah membalikan telapak tangan Mel. Mungkin elu bisa ngomong, hidup gua enak serba kecukupan karena si boss yang biayain. Dan Boss lebih merhatiin gua dari pada lu dan temen-temen yang lain. Sejujurnya, gua juga enggak mau bahkan enggak enak di perlakukan seperti ini, bahkan gua ngerasa enggak nyaman. Tapi, kata si boss semua ini dia lakukan semata-mata hanya ingin bertanggun jawab atas apa yang pernah terjadi sama gua," terang Gisell, sambil menatap waja Meli.
Gisell benar-benar tak akan terima bila ada yang mengatai dirinya. Karena, semua yang Arga lakukan ialah real dari keinginan lelaki itu tanpa paksaan siapa pun.
"Lu juga enggak tau, kan gimana jadi gua. Waktu gua ketabrak, dan posisinya gua baru aja datang ke Jakarta untuk pertama kalinya dan di kampung gua punya kakak yang harus gua tanggung biaya hidupnya," lanjut kembali Gisell.
Wanita yang ada di hadapan Gisell hanya bisa terdiam dan menatap matanya penuh kedamaian.
"Iya Sell, maafin gua. Enggak ada maksudtan untuk jadi pelopor karyawan yang lain, ya gua Cuma ngomong dengan fakta yang gua lihat," gumam Meli, bermuka cemberut.
"Ya udahalah enggak apa-apa gua juga udah nebak. Yang terpenting elu udah tau yang aslinya gimana, jadi tolong ya kalau ada yang ngomongin gua dari belakang. Bilang aja apa yang elu tangkap dari perkataan gua," jelas Gisell, mencoba tersenyum.
"Iya sell gua paham kok di posisi lu. Enggak mudah bagi elu menerima semua ini. Tapi, ya mungkin nasib baik berpihak pada lu jadi ya terima aja deh," ucap Meli, sambil menepuk pundak Gisell.
"Ya udah ayo kerja lagi, enggak enak sama yang lain kalau kita santai-santai," ajak Gisell, tersenyum.
Selama sebulan kerja di restorant Arga, Gisell belum juga menemukan teman dekat. Bahkan seoarang sahabat pun tak ada. Hanya ada berbagai teman yang selalu datang di kala bahagia saja setelah itu mereka pergi begitu saja.
Seharian kerja memang cukup melahkan apalagi dapat bagian shift malam. Itu adalah hal yang menyebalaka. Jika, tidaj di jalani maka gaji pun akan terpotong juga. Senja sore sungguh indah sekali, apalagi restoran Arga berada di tempat yang strategis yang tampak nyaman sekali.
Saat sore hari pemandangan begitu indah, menikmati terbenamnya matahari adalah hal kesukaan Gisell.
Dulu saat tinggal di kampung bersama dengan Lisa, Kakak kandung Gisell.
Ia selalu pergi kesawah saat sore hari tiba, tak padang jalan sejelek apa pun yang terpenting mereka sampai di sawah untuk menikmati senja terbenam. Untuk selalu bisa melihat hal itu adalah hal yang terindah dalam hidupnya apalagi ada kakak yang selalu menemani Gisell.
"Heh! Lu kenapa ngelamun," tegur seseorang, sambil memegang pundak Gisell.
"Hah! Iyaa," sontak Gisell terkejut dengan teguran itu.
"Lu ngapain disini? Lu bukanya enggak ada shift malam ya?" tanya teman Gisell, dengan memasang wajah sinis.
"Iya emang enggak ada, tapi gua bingung kalau di kost mau ngapain. Enggak ada kerjaan juga," guman Gisell sambil mengelap mangkuk.
"Ya tidurlah, ngapain lu mau tetep disini? Oh, gua tau elu pasti mau caper sama si bos Arga, biar gaji lu di naikkin, iya, kan?" tebak teman Gisell, sambil menatap sinis.
"Heh jaga muluut lu ya!" sentak Gisell. Ia benar-benar merasa tak terima dengan ucapan yang di lontarkan oleh Linda.
"Kenapa? Lu, enggak suka ha!" sahut Linda dengan nada yang kian naik.
Gisell hanya bisa terdiam, saat melihat responan dari Linda. Ia tak ingin terbawa emosi atau pun larut dalam pertengkaran. Karena, situasi di sini cukup ramai dan ia tak ingin menjadi sorotan bagi banyak orang.
"Ya sudahlah, gua mau pulang. Lu kerja yang bener Lin," tutur Gisell, sambil menarik tasnya yang berada di meja. Lalu pergi begitu saja tanpa berkata apa pun pada Linda.
***
Fely tengah sibuk di dalam kamar membereskan barang-barangnya untuk pergi berlibur bersama dengan suami tercintanya. Ia harap saat pulang dari honeymoon dirinya bisa membawakan kabar baik untuk keluarganya. Karena, hal itu yang selama ini di nantikan oleh keluarganya dengan segala paksaan dan usaha.
"Hai sayang," ucap Arga, sambil memeluk Fely dari belakang.
"Ehhh, mas. Kamu udah pulang, tumben sekali cepet pulangnya," sambil beralih pandangan.
Kini kedua mata pasangan suami istri saling berada satu sama lain dan tangan Arga tetap melingkar pada pinggul Fely.
"Sepertinya kamu hari ini semangat sekali ya," ujar Fely, perlahan-lahan tanganya mulai naik dan melingkarkan pada leher Arga. Hingga jarak di antara keduanya semakin dekat.
"Sepertinya begitu, karena seharian ini aku selalu terbayang-bayang wajah cantikmu. Bahkan saat kerja pun fikiranku selalu terpenuhi dengan wajahmu sayang," ujar Arga.
"Ahh, apakah itu alasanmu yang sebenarnya," timpal Fely, dengan lirikan mata yang kian menggoda.
"Aku tak sabar untuk honeymoon bersamamu sayang," bisik Arga, pada telinga Fely.
Perlahan-lahan kegairahan mulai Arga rasakan, ia tak bisa lagi menahan hasratnya lagi. Arga mulai mendekatkan wajahnya pada Fely, lelaki itu mulai mendekati bibi istrinya yang tampak pink merona.
Tak ada perlawanan dari Fely, ia hanya terdiam sambil memejamkan matanya dan menerima apa yang akan Arga lakukan pada dirinya.
*Tok tok tok..
"Nyonya, makan malamnya sudah siap," ucap Bik Jumi, sambil terus mengetuk pintu
"Hah!" sontak Arga dan Fely bersamaan.
Seketika mereka berdua langsung melepaskan lingkaran tangan yang mereka lakukan.