"Athena gak di bangunin Bu?" celetuk Rere.
"Jangan, kasian dia! Saya pamit ya!"
"Terima kasij Bu Ani!"
Wanita itu mengangguk dengan tersenyum sebelum akhirnya pergi.
Anak-anak yang tadinya tidur mulai bangun. Mereka semua pergi keluar, menuju kantin untuk mengisi perut yang mulai berdemo karena lapar.
Kelas menjadi sepi, hanya ada Aslan, dan Athena yang duduk berjauhan. Kedua sudut bibir cowok itu masih saja tertarik keatas, ia mulai beranjak. Duduk di samping Athena sambil memandangi wajah cantik itu.
Rambut-rambut tipis itu mulai menutupi sebagian kecil wajah Athena. Aslan ingin menyingkirkannya, tetapi ia takut jika gadis menyebalkan itu bangun dari tidurnya.
"Cantik," gumam Aslan.
Kedua alis tebal itu mulai bertaut, kelopak matanya membuka secara perlahan. Athena terbangun, mencoba untuk mengumpulkan semua nyawanya dalam beberapa detik. Gadis itu mulai menghela, dan menatap tajam Aslan.
"Gue gak ngelakuin kesalahan loh Na," ucap Aslan cepat.
"Terus lo ngapain di sini?" tanya Athena, suaranya masih sama. Padahal ia baru saja bangun, tapi suara serak tidak menamaninya kali ini.
"Jagain lo doang kok, kelas udah mulai sepi. Semuanya pada ke kantin, sementara lo tidur di sini sendirian, jadi gue temenin," jelas Aslan.
Athena terdiam, mengucek mata sebelah kirinya sambil mengambil napas dalam. Ia merasa bosan, tidur membuat leher, dan badannya sakit. Meja terlalu keras untuk kepalanya, seharusnya Athena membawa bantal atau boneka agar membuat kepalanya nyaman sewaktu tidur.
"Aslan?" panggil Athena tanpa menatap wajah lawan bicaranya.
"Kenapa Na?"
"Nastar yang waktu itu... beli dimana?"
"Kenapa emangnya?" tanya Aslan.
Kali ini Athena menoleh, tatapannya berubah datar dengan kelopak mata yang terus membuka dan menutup.
"Gue pengen makan lagi, rasanya enak."
"Nyokap gue yang bikin, kalau mau gue bisa bilang ke nyokap buat bikin lagi," jelas Aslan dengan penuh semangat.
"Engga, gue beli aja. Lo kasih tahu aja besok total semuanya, entar gue transfer."
"Kenapa gak lo bikin sendiri aja?"
"Kalau bisa gak minta ke elu!"
"Bukan, maksudnya tuh lo bikin sama nyokap gua," ucap Aslan membenarkan.
Gadis itu kembali terdiam, ia mencoba untuk mengingat jadwalnya hari ini, dan besok. Terlalu padat, tak ada waktu untuk membuat setoples nastar enak itu.
"Kenapa Na? Lo sibuk banget ya Na?" tanya Aslan.
"Nyokap lo beneran mau bikinin?" Athena kembali menatap Aslan dengan raut muka yang jauh berbeda.
"Iya, emang kenapa?"
"Gapapa, takutnya dia sibuk. Gue juga gak ada waktu buat bantuin, dan gak ada niatan juga buat bantu bikin nastar."
*****
Langkah gadis cantik itu terhenti di depan pagar rumah besar miliknya. Tatapannya berubah menjadi bingung dengan alis yang bertaut dalam.
Tak ada yang tahu tentang rumah barunya, tapi cowok itu bisa berdiri di depan pagar dengan senyuman yang begitu merekah. Athena membenyinya.
"Siapa yang ngasih tahu soal rumah gue?" tanya Athena kesal.
"Nyokap lo."
"Leisha?"
"Siapa lagi?" tanya Zikra sambil berjalan mendekati Athena, "Masuk yuk! Gue bosen di sini, udah dua jam gue nunggu sambil mencet bell yang ternyata gak ada gunanya."
"Ngapain lo ke sini?"
"Di suruh bokap, gue masih ada di Jakarta. Jadi bokap nyuruh gue buat main sama lo, lagian gue udah bosen main sendirian di villa," jelas Zikra panjang.
Gadis itu menghela jengah, ia merasa terkutuk karena kehadiran Zikra yang sangat tidak tepat. Apa lagi Leisha juga memberikan alamat rumahnya, dan pasti sebentar lagi papanya pun akan tahu tentang alamat rumah barunya.
"Ayo, Na masuk!" ajak Zikra tak sabar.
"Gue gak ada ngundang elu ke rumah, ngapain juga masuk?"
"Na, gue kepanasan! Nanti kalau gue jadi item gimana? Lo mau beliin sunscreen, sama sunblock?" omel Zikra.
Athena kembali menghela kasar, cowok di depannya lebih menyebalkan ketimbang Aslan.
"Ayo, Na!!"
"Iya-iya sabar!" sahut Athena ketus.
Gadis itu mulai membuka pagarnya, dan tanpa adanya perintah Zikra segera masuk ke dalam. Ia juga meminta kunci agar bisa membuka pintu rumah mewah ini.
Netranya terlihat berbinar, rumah milik Athena sangat mewah. Rumahnya kalah jauh dari ini, ntah berapa biaya yang di keluarkan untuk membangunnya. Intinya, Zikra suka dengan nuansa Nusantara, dan bercampur dengan Eropa.
"Rumah lo selain unik, keren, canggih juga ya Na," ucap Zikra sebelum duduk di salah satu sofa sigle.
"Emang," sahut Athena tanpa menatap lawan bicaranya.
"Na, gak ada pembantu?"
"Ada, tapi udah pulang jam segini. Dia dateng lagi nanti pas jam empat sore."
Zikra mengangguk-anggukkan kepalanya, dan kemudian berjalan menuju dapur. Membuka kulkas dan mengeluarkan soju, dan kimchi.
"Na, gue minta soju sama kimchi-nya!" teriak Zikra.
"Ya!!" Athena tak peduli, ia memilih untuk bermain ponsel dengan kaki yang ia letakkan di atas meja.
Waktu telah berlalu, suara Zikra tak terdengar lagi, tetapi sesuatu yang bertekstur keras menyentuh bahunya. Athena mendongak, secara spontan ia segera beranjak.
"Kenapa cepet-cepet? Tumben banget, gak kaya Athena yang cuek," ucap Aslan dengan kekehan kecil.
"Kok cepet jadinya?" tanya Athena sebagai pengalihan topik.
"Nyokap ada nyimpen dua toples di lemari, jadi gue ambil satu," jelas Aslan.
"Berapa harganya?"
"Kata nyokap gue gak usah, ini gratis."
"Beneran?"
"Iya, beneran."
Athena segera mengambil nastarnya, dan menyimpan kue keju itu di bawah meja tamu. Tanpa mengatakan apa pun, Athena menarik Aslan menuju dapur. Menemui Zikra yang sedang asyik memakam kimchi pedan, dengan soju sebagai minuman pendampingnya.
"Eh, siapa Na?" tanya Zikra.
"Temen gue, Aslan!"
"Aslan." Aslan memberikan jabatan tangan, dan di terima dengan baik oleh Zikra.
"Zikra, temen lama Athena yang baru beberapa minggu kemarin," jelas Zikra, "Eh! Iya, lo doyan makanan Korea gak? Athena punya kimchi sama soju. Enak loh!"
Gadis itu berdecih kesal, "Yang punya rumah siapa sih? Kok elu yang nawarin Aslan?"
"Sebagai tamu dan teman yang baik, gue mau bagi-bagi," sahut Zikra sebagai pembelaan.
"Dih! Bacot!"
"Lan, gak usah di dengerin! Lo sama gue minum soju, sama makan kimchi aja!" ajak Zikra dengan penuh semangat.
"Masalahnya, ini soju halal gak?" tanya Aslan ragu.
"Halal, orang ada tulisan halalnya kok," sahut Athena.
Aslan mulai mengambil satu botol soju, dan memeriksa kode halal yang di maksud Athena. Setelah menemukan, ia mulai duduk di dekat pemilik rumah. Meminum satu gelas soju bersama Zikra.
***
"Ma, mana mobilnya?" teriak Athena memasuki rumah besar miliknya.
Ia berjalan mencari-cari di mana orang tuanya. Dapur selalu kosong seperti biasanya, ruang tamu pun begitu, dan ruang keluarga pun sepi.
Gadis itu menghela panjang, keluarganya tak pernah bisa sempurna. Selalu saja ada yang salah, dan temat-tempat yang seharusnya di tempati hanya menjadi pajangan.
"Duduk!"
Suara itu membuat Athena kembali mendengus, ia segera duduk di tepi ranjang besar milik orang tuanya.
Leisha berjalan mendekati Athena, kemudian ia duduk di sofa yang terletak di depan ranjang.
"Kenapa nilai kamu turun? Kenapa bisa kamu jadi bodoh, dan keluar dari kelas akselerasi?!" teriak Leisha kesal.
Athena hanya diam menatap Leisha dengan tatapan datar.