Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 17 - Chapter 17 :Kecemburuan Isyana

Chapter 17 - Chapter 17 :Kecemburuan Isyana

Asha baru saja selesai menidurkan Hayana. Ternyata tidak semudah yang dipikirkan Asha .Sudah membacakan dongeng sampai selesai satu buku, Hayana masih tertawa cekikikan sambil memejamkan mata dengan erat hingga menyisakan garis kecil di kedua sudut.Tidak patah arang, Asha menepuk pantat Hayana sambil menyenandungkan lagu anak-anak yang masih diingatnya. Dari Lihat Kebunku sampai Burung Hantu, hampir satu album lagu anak-anak dinyanyikannya, tetap saja gadis kecil itu masih terjaga.

"Hayana belum mau bobo?" tanya Asha , setelah tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi un-

tuk menidurkan gadis kecil itu.

"Dia hanya pura-pura mengantuk, Mommy," celetuk Danendra setelah lama memperhatikan keduanya. Danendra memilih duduk di sofa sejak Hayana masuk. Danendra sengaja memberi kesempatan kepada Asha dan Hayana untuk lebih mengenal satu sama lain. Asha juga butuh menyesuaikan diri dengan putri mereka.Sontak Asha mengalihkan pandangannya ke arah Danendra . Suaminya itu sedang serius menatap laptop yang menyala di depannya.

"Jangan menatapku terus-terusan, Mommy. Nanti kamu jatuh Cinta padaku," ucap Danendra ,mengulum senyuman.

"Huh! Dasar !suami jadi -jadian.Tidak akan terjadi " dengus Asha . Tidak berani terlalu kencang, takut terdengar oleh Danendra.Walau bagaimana pun statusnya sekarang, sejak dulu Asha adalah putri dari pembantunya Danendra. Dan rasa itu tetap melekat sampai sekarang. Danendra mendengar ucapan Asha sebentar tadi .Danendra menutup laptop ,menuju ke ranjang mengarah ke Asha dan Hayana .

" Aku dengar ucapanmu sayang .Aku bukan jadi -jadian .Aku suamimu sayang ,"ucap Danendra lembut .Tiba -tiba Danendra mendaratkan ciuman di bibir mungil Asha .Setelah itu,mengucup kening Hayana,Hayana mengucup pipi Asha .Asha yang tertegun dengan perlakuan Danendra dan Hayana .

" Tuan ..!! Hayana melihat ,"kata Asha memukul lembut pundak Danendra.Danendra hanya tersenyum ,duduk bersandar di sisi ranjang sebelah Asha .

"Hayana , kalau tidak mau tidur, Mommy pulang, ya?" ancam Asha.Asha sedikit tidak senang ,Danendra sebelahnya.

"No ... mami Cini ... sama Hayana."rengek si gadis kecil,Hayana.

Perjuangan Asha berakhir setelah Danendra turun tangan. Pria itu menidurkan Hayana sambil mendekap gadis kecil itu ke dalam pelukannya.Hayana menarik tangan Asha supaya memperlakukannya seperti Danendra.Danendra menarik tubuh Asha di pelukan tangan kanan .Tangan kiri memeluk Hayana.

Sesekali .Asha dan Danendra mengusap lembut punggung Hayana.Sebelum tidur, gadis kecil itu bertanya banyak hal pada sang daddy. Sampai akhirnya, ia terlelap sendiri.Asha mendongak ,dengan pantas Danendra mencium Asha lagi .Asha melepaskan pelukan Danendra membiarkan Hayana tidur di dada kekar Danendra sehingga Danendra terlelap sama. Asha duduk di Sisi ranjang tidak berani bergerak sama sekali, termasuk tidak berani membuka suara. Hanya meremas ujung kamejanya.Asha membuka ponselnya membalas chat dari karyawannya dan majikannya ,Farzan. Rumah ini masih asing untuknya,apalagi kamar ini. Asha tidak bisa membayangkan bagaimana melewatkan malam. Pasti tidak akan mudah untuknya.

"As , kita turun makan siang," ajak Danendra mengejutkan Asha yang masih mengadap ponsel dan ipadnya.

"Eh ... ya, Tuan," sahut Asha ragu.Tampak Asha turun perlahan dari tempat tidur menyusul Danendra yang sudah berjalan terlebih dulu. Asha benar-benar gugup saat ini, Asha memilih menuduk sampai tidak sadar saat Danendra berhenti di depan pintu kamar dan berbalik menghadap ke arahnya.

Brukkk!

Tabrakan maut keduanya tidak dapat dihindarkan. Kening Asha langsung membentur dada kekar Danendra yang berotot dan keras. Masih menggosok-gosokan dahinya yang sakit terkena benturan, Asha menengadah menatap ke arah Danendra.

"Maaf, Tuan. Tadi saya tidak melihat jalan," ucap Asha pelan, menunduk menatap ujung kakinya.

"Bersikaplah layaknya Nyonya di rumah ini. Para asisten rumah tangga di sini, hanya mengetahui kalau kamu itu istriku," jelas Danendra.

"Baik, Tuan," jawab Asha .

"Berhentilah memanggilku Tuan di depan mereka. Tidak ada suami di dunia ini dipanggil seperti itu," jelas Danendra lagi.

"Ya, Tuan." Jawab Asha .

"Terdengar aneh," gumam Danendra . Segera meraih gagang pintu kamarnya.

Begitu tiba di ruang makan, tampak Isyana sudah duduk dan menunggu terlebih dulu. Melihat itu Asha langsung tersenyum, mendahului Danendra dan memilih duduk di samping sang kakak.

"Kak Isyana," sapa Asha , sambil tersenyum.Danendra baru saja hendak menarik kursi di sampingnya saat Asha berjalan dengan cepat melewatinya dan memilih duduk di hadapannya.

"He-em." Danendra berdeham. Memberi kode supaya Asha segera berpindah duduk di sampingnya.Melihat tidak ada respon sama sekali, akhirnya terpaksa Danendra membuka suara.

"As ,tolong duduk di sini," pinta Danendra masih berdiri di belakang kursi yang hendak disediakan nya untuk Asha . Tanpa membantah, Asha menurut. Segera berpindah duduk sesuai permintaan Danendra.

Acara makan Siang itu tanpa ada yang bicara, semuanya memilih diam dan menyimpan pertanyaan di dalam hati. Hanya dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar di ruang makan.

"As, bagaimana?" tanya Danendra tiba-tiba, di penghujung acara makan siang. la sudah menghabiskan semua isi piring di depannya. Saat ini Danendra berpaling, menatap Asha yang baru menyelesaikan setengah dari piringnya.

"Maaf…Tu…"Kata-kata Asha terhenti, menatap Isyana dan Danendra secara bergantian.

"Aku harus memanggilnya apa. Lidahku sudah terbiasa memanggilnya Tuan."kata batin Asha .

"Maaf, maksudnya bagaimana Dad ... dy Hayana atau pak ? Mas?" tanya Asha terlihat ragu dengan panggilannya.

Danendra tertawa mendengar panggilan yang disematkan Asha padanya.

"As , tidak adakah panggilan yang lebih manis?"tanya Danendra , berbisik pelan memecah keheningan di meja makan.

"Maaf, Tuan, aku belum mempersiapkannya.Bisakah memberiku sedikit waktu, nanti aku

akan mencari panggilan yang tepat dan terdengar manis," sahut Asha beralasan.

Isyana yang duduk di seberang meja, hanya bisa mendengus menatap pemandangan di hadapannya. Bagaimana pun awal terbentuknya hubungan Asha dan mantan majikan mereka,saat ini Asha adalah istri sah Danendra . Bahkan semua asisten di rumah ini mengetahui kalau istri Danendra adalah Asha Biantara. Walaupun di luar sana Danendra tidak pernah mengumbar pernikahannya, tetapi suatu saat kalau memang ada yang mempertanyakannya, Isyana yakin Danendra akan tetap mengakui Asha .

"Beruntung sekali gadis kampung ini," batin Isyana, masih mencuri pandang pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik di depannya.Rasa iri dan tidak terima itu sudah ada sejak tiga tahun yang lalu.walaupun Isyana tidak menjadi istri Danendra tetapi Isyana beruntung selama ini Danendra lebih perhatian kepadanya daripada adiknya ,Asha .Saat ibunya menghubungi, mengatakan kalau Danendra memilih Asha untuk dinikahi. Bagi Isyana , Asha hanya gadis kampung dan sederhana waktu itu, berbeda dengannya yang sudah kerja dan berdandan modis.

Sungguh perpaduan yang tidak pantas. Asha saat itu berbeda dengan yang sekarang, tetapi pada

kenyataannya Isyana tetap kalah bersaing dengan adiknya,Asha . Danendra memilih gadis ingusan yang bahkan belum mengerti apa-apa. Nasib memang tidak berpihak padanya. Isyana baru saja melahirkan Hayana .waktu itu, kalau tidak, Isyana pasti akan pulang dan bersaing secara terang-terangan dengan Asha .Apalagi keadaan sekarang, Isyana bukan hanya kalah bersaing dengan Asha mendapatkan Danendra , tetapi Isyana juga harus merelakan putri kandungnya untuk Asha .Danendra bukanlah orang sembarangan. Danendra seorang pengusaha ternama di Jakarta. Tampan, mapan dan tentunya menarik. Siapa pun bersedia menjadi istrinya dengan sukarela.Tidak tahan berlama-lama menatap, Isyana segera bangkit dari duduknya. Bahkan nasi dan lauk di piring masih utuh. la hanya mengaduk-aduk dengan sendok dan garpu saja.

"Aku ... permisi," ucapnya langsung berdiri, meninggalkan meja makan tanpa menoleh lagi pada Danendra dan Asha .Danendra hanya melihat saja.

Asha yang merasa aneh pada sikap kakaknya bermaksud menyusul.

"Aku permisi, Tuan," Asha juga berpamitan.

Setengah berlari, ia menyusul sambil memanggil kakaknya.

"Kak Isyana!"

"Kak Isyana!"

"Kak Isyana!"

Bukkkkkkkkk!

Bunyi pintu ditutup dengan kuat .Bukannya berhenti dan menjawab panggilan,Isyana malah mempercepat langkahnya. lsyana menutup pintu kamar tepat saat Asha sudah berada di depan pintu kamar. Melihat pintu yang tertutup dan ekspresi kakaknya, ada rasa yang mengganjal di hati Asha.

"Apa ada yang salah?" bisik Asha pelan.

"Apa karena aku mengambil posisi Kak Isyana didalam hidup Hayana?" tanya Asha pada dirinya sendiri.Asha masih mematung di luara kamar Isyana ,moga Kakaknya berbicara dengannya.Asha merasa salah semua.Asha berpikir dia yang bersalah walaupun Asha istri sah Danendra.