*** Malam pertama di kediaman Danendra di Jakarta ****
Sisa hari, Asha lewati dengan perasaan tidak tenang. Sejak Isyana menutup pintu kamar tepat di depannya, hati Asha menjadi terusik. Ada banyak rasa yang bercampur di sana.
Rasa bersalah dan takut telah mengecewakan kakaknya adalah rasa terbesar yang dirasakan Asha . Walau pada kenyataannya, sang anak tidak mengenali ibu kandungnya bukan keinginannya, tetapi rasa bersalah karena merebut posisi Isyana di hati Hayana tetap membuat Asha tidak nyaman.
"Apa memang sebaiknya aku bercerai saja. Siapa tahu Tuan Dan akan memberi kesempatan pada Kak Isyana untuk menjadi mama Hayana ."hati Asha membatin sendiri.
Ketidaknyamanan itu akhirnya membuat Asha memilih tidur di kamar Issabell. Saat selesai makan malam, Asha beralasan pada Hayana akan menemani putrinya tidur.
"Hayana, mau Mommy bacakan dongeng?"tanya Asha , saat masuk pertama kali ke kamar Hayana .
"Mawu," jawab Hayana , meloncat kegirangan di atas tempat tidur yang bernuansa Hello kitty.
Asha juga ikut berbaring di samping Hayana ,membawa gadis kecil itu ke dalam pelukannya.Persis yang dilakukan Danendra tadi siang, sesekali menepuk lembut pantat Hayana. Tidak butuh waktu lama, bunyi dengkur halus dan napas teratur Hayana menandakan gadis itu sudah terlelap.
Asha mengecup lembut kening Hayana, menatap wajah polos tanpa dosa yang tidak mendapatkan kasih sayang ibu, selama tiga tahun ini.Terbersit rasa iba, walau Isyana tinggal bersamanya, tetapi di mata Hayana, Isyana hanya seorang tante saja. Pikiran itu menari-nari di otaknya, sampai akhirnya Asha lelah sendiri dan tertidur.
Danendra yang sedari tadi menunggu kedatangan Asha dengan memeriksa email dari Ramos, akhirnya mengalah. Memilih menghentikan pekerjaan dan menyusul Asha yang tadinya berpamitan hanya untuk menidurkan putri mereka.
Saat masuk ke dalam kamar Hayana ,, Danendra disuguhkan pemandangan yang tidak biasanya.Ada Asha dan Hayana yang tertidur sambil berpelukan. Ada rasa hangat menjalar masuk dihatinya, saat menatap istri dan putrinya tidur bersama.
"As, As ," panggil Danendra pelan, mengguncang tubuh mungil istrinya yang masih tertidur lelap.
"As, bangun As. Kita pindah ke kamar sekarang," panggil Danendra , kembali mengguncang bahu istrinya.Asha hanya menggeliat sebentar, kemudian tertidur lagi. Danendra sampai menggaruk kepalanya,melihat tingkah Asha yang tidak sadar. Mau tidak mau, Danendra harus menggendong istrinya kekamar. Danendra tidak bisa membiarkan pandangan para asisten rumah tangga dan pengasuh Hayana yang melihat mereka tidur terpisah di hari pertama Asha tinggal di rumahnya.
"Maafkan aku, As ... terpaksa," bisik Danendra pelan. Sebelum menyisipkan tangannya di balik punggung dan menggendong istrinya kembali ke kamar.
Saat akan memasuki kamarnya, Danendra berpapasan dengan Isyana yang hendak keluar kamar mengambil segelas air putih. Tidak ada senyuman atau sapaan, Isyana hanya menatap sekilas,kemudian membuang pandangannya. Hati Isyana terasa sakit dan tercubit melihat betapa beruntungnya hidup sang adik.
"Gadis kampung itu mendapatkan segalanya tanpa berusaha sama sekali," dengusnya pelan,setelah memastikan Danendra sudah masuk ke dalam kamarnya.
Isyana bukannya tidak berusaha selama tiga tahun ini. Segala cara sudah dilakukan untuk menggoda sang adik ipar. Bahkan laki-laki itu bagai batu karang di lautan luas, tidak goyah sedikit pun diterjang ombak. Isyana ingat Danendra pernah menyindirnya suatu kali saat di kantor, karena melihat kegigihannya mendekati Bara selama ini. Sejak saat itu nyalinya menciut.
Keesokan hari.Asha sedang memeluk Danendra layaknya bantal guling empuk di kamarnya, saat Asha mulai terbangun dari tidur lelapnya.
"Kenapa gulingku jadi keras begini," ucap Asha dengan suara serak, menepuk punggung Danendra .Kakinya sedang mengapit tubuh kekar sang suami. Masih dengan mata terpejam, ia berusaha mengembalikan ingatannya yang berserakan karena tidur semalaman.
"Oh, aku di Jakarta. Semalam ... aku tidur di kamar Hayana," ucap Asha dalam hati.
Kembali Asha menikmati tidurnya, sesekali mencari posisi nyaman di dalam dada kekar Danendra . Danendra yang masih tidur nyenyak pun, membalas perlakuan Asha . Memeluk erat Asha , sambil tersenyum dalam tidurnya.
"Hah! Sejak kapan guling di kamar Hayana bisa membalas pelukan?" tanya Asha dalam hati. Asha langsung membuka matanya seketika,saat menyadari ada yang tidak beres dengan gulingnya.
"Ahhh!" Asha menjerit kencang saat menyadari sedang berpelukan dengan Danendra. Asha juga menyadari kakinya sedang mengapit pinggang suaminya. Segera Asha bangkit dan duduk di atas
tempat tidur.Danendra yang terkejut mendengar jeritan tepat di telinganya, langsung terbangun dan segera melepaskan pelukannya.
"Ada apa?" tanya Danendra memijat pelipisnya. la sedikit pusing karena harus memaksa tubuhnya bangkit seketika .
"Ini kamarku, As. Kamar kita," sahut Danendra , meraih segelas air putih di nakas samping tempat tidur.
"Maaf ,Tuan .Aku tidak sepatutnya di ranjang ini,"kata Asha pelan ,menunduk malu .
" As , aku suamimu .Kamu punya hak di rumah dan ranjang ini termasuk aku ,As,"jelas Danendra yang telah bangun sepenuhnya.
Keheningan seketika.
"Bagaimana bisa? Aku 'kan tidur di kamar Asha ?" tanya Asha ragu, mengedarkan pandangannya ke sekitar.Benar. Ini adalah kamar Danendra.
"Tapi ... bagaimana bisa, Tuan?" tanya Asha heran.
"Aku yang membawamu ke sini semalam,"sahut Danendra , terlihat biasa.Asha memeriksa seluruh pakaiannya, bahkan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.
"Tenang saja, As . Aku tidak akan mencurangimu." Danendra berkata sambil tersenyum.
"Kalau mau menyerangmu pun, aku harus memastikan kalau kamu dalam keadaan sadar,"lanjut Danendra sambil tersenyum menggoda.
Asha terbelalak. Mata indahnya itu langsung membulat menatap Danendra .
"Sudah, sebentar lagi putri kesayanganmu akan masuk ke sini," ucap Danendra setelah melihat jam di
ponselnya.
Dan benar saja, baru saja Danendra menyelesaikan ucapannya dari arah pintu kamar sudah terdengar teriakan Hayana .
"Daddy ... Daddy ... Mawu macuk," pinta Hayana,sambil menarik turun gagang pintu kamar yang terkunci.
Dengan berat hati, Danendra melangkah gontai ke arah pintu. Tadinya ia masih ingin membahas hubungan mereka berdua.
Cel "Ada apa? Pagi-pagi anak Daddy sudah bertamu?" tanya Danendra, berjongkok supaya bisa menyejajarkan tingginya dengan Hayana.Gadis kecil itu bukannya menjawab, malah menerobos masuk. Melewati Danendra,tanpa menjawab sama sekali. "Mami," sapa Hayana, berlari menghampiri Asha yang masih memakai lingere merahnya. Gadis kecil itu bersusah payah memanjat ranjang yang lumayan tinggi untuk ukuran tubuhnya yang mungil. "Ayo, Daddy bantu!" ucap Danendra, mengangkat gadis kecilnya naik ke atas tempat tidur. "Mami ... napa bobo cini?" tanya Hayana , memeluk leher Asha . "Daddy juga mau bobonya ditemani Mommy, ditepuk-tepuk Mommy, dibacakan dongeng juga sama Mommy,Daddy kangen banget sama mommy lo" jawab Danendra usil mengoda Asha . "No, Daddy!" Hayana tidak terima dengan jawaban Danendra . "Mami Ha..ana," sahut gadis kecil itu. "Katanya Mommy mau pulang ke Surabaya," Danendra sengaja memancing. "No! Mami Hana," jawab gadis kecil itu,mengeratkan rangkulannya di leher Asha . "No mami!" Lagi-lagi Asha menolak. "Habis bagaimana, mommy-nya mau pulang."Danendra kembali memancing putrinya. Berharap Hayana segera merengek dan menangis. "No mami! "Huaa ... huaaa ..." Hayana mulai menangis. "Sudah -sudah! Kalau Mommy tetap mau pulang ke Surabaya, nanti Daddy ajak Hayana ke supermaket. Kita cari ... ada yang jual Mommy tidak di sana. Kita beli Mommy baru," bujuk Danendra , berkata asal. "Hik ... hik ... no! Ini mami," jawab Hayana masih saja menangis. Danendra tidak mahu Asha pulang ke Surabaya . Dia mencoba menggunakan Hayana untuk mengagalkan rencana Asha .