"No Mami! Huaaa ... huaaa" Hayana sudah mulai menangis.
"Sudah-sudah! Kalau Mommy tetap mau pulang ke Surabaya, nanti Daddy ajak Hayana ke supermaket. Kita cari ... ada yang jual Mommy tidak di sana. Kita beli Mommy baru," bujuk Danendra , berkata asal memancing putrinya.
"Hiks ... hiks ... No! Ini mami!" jawab Hayana masih saja menangis.
"Mami tidak ke mana-mana," sahut Asha ,tersenyum menatap putri yang baru diketahuinya selama dua hari ini.
"Cayang ... mami," celoteh Hayana , mencium kedua pipi Asha .
"Daddy mau mandi dulu. Mau bersiap ke kantor,ya," ucap Dananedra tersenyum. Berlalu masuk ke kamar mandi, meninggalkan pasangan ibu dan anak itu.
Ponsel Danendra berdering .Hayana menyerahkan ponsel ke Asha untuk menjawab panggilan ,tetapi Asha menolak dan membiarkannya berdering.Asha melihat di layar ponsel nama"Darling" .Asha tidak peduli karena dia tahu Danendra tidak mecintainya dan Asha tidak mahu memupuk .Lepaskan dan kembalikan ke tempat asalnya.Tidak sedikit penasaran.
"Hayana, habis ini kita mandi, ya. Nanti Mommy akan menyuapimu sarapan. Mau?" tanya Asha , tersenyum pada gadis kecil yang masih saja memeluk lehernya.
Setelah mandi, ketiganya keluar dari kamar dengan celotehan Hayana tanpa henti. Tawa kecilnya selalu terdengar sejak pagi .Dengan menggandeng tangan Daddy dan mommynya, gadis kecil itu berjalan menuju ruang makan.
"Ini Daddy ... ini Mami," ucapnya lucu, menunjukke arah Asha dan Danendra . Sejak bangun tidur, Hayana sudah tidak mau ditemani sang pengasuh.Sampai di meja makan, Hayana masih sibuk mengatur tempat duduk untuk kedua orang tuanya. la meminta Asha dan Danendra duduk mengapitnya.
"Onty Ana ... ini Mami," tunjuknya pada Asha yang duduk di sisi kirinya.
"Ini Daddy," ucap Hayana , menepuk dada kekar Danendra dengan tangan mungilnya.
Isyana hanya tersenyum sekilas menatap ketiganya, selanjutnya ia memilih menghabiskan sarapan secepatnya. Sebaiknya menghindar dari kemesraan ketiganya di meja makan. Asha terlihat menyuapi Hayana di meja makan.
"Daddy! mau jayan-jayan," ucap Hayana.
"Ya, minggu ini kita jalan-jalan," sahut Danendra ,menatap ke arah Asha . Melihat bagaimana reaksi istrinya.Asha hanya diam, tidak bereaksi sama sekali dengan ucapan Danendra . Melihat itu Danendra langsung bersorak-sorai dalam hati. Setidaknya Asha tidak menolak. Ada kemungkinan Asha masih lama baru kembali ke Surabaya atau sudah berniat menetap di Jakarta demi Hayana.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Danendra berpamitan kepada Asha dan Hayana. Tampak Hayana menggandeng tangan Asha untuk ikut mengantar Danendra sampai ke teras rumah.Ponsel Danendra berbunyi lagi .Danendra menarik keluar ponselnya dari saku celananya melihat seketika si pemanggil ,lalu memasukan kembali ke sakunya.Asha sempat melihat nama si pemanggil ,tetapi memilih diam ,
" Si Ramos !Aku biarin aja karena sebentar aku mau ke kantor ," jelas Danendra membohongi Asha .Asha hanya mengangguk.Asha tahu Danendra berbohong .
"Bye ... Daddy," ucap Hayana yang saat ini dalam gendongan Asha .
Bye, Sayang," pamit Danendra , mengecup kedua pipi gembul Hayana.
Terlihat Danendra memundurkan wajahnya, menatap ke arah Asha. Dengan ragu, Danendra memberanikan diri mengecup kening Asha disaksikan sang anak.
Cup!
"Maaf ...aku pamit, Mommy," ucap Danendra , mengulum senyuman di bibir.Asha terperanjat, menatap Danendra seketika.
"Apa-apaan dia!" gerutu Asha dalam hati.
Danendra memamerkan deretan giginya, tersenyum.Sebenarnya Danedraragu, tetapi dorongan di dalam hati mengalahkan semuanya. Entahlah, perasaan apa yang dirasakannya saat ini.Hangat. Sebuah kehangatan keluarga yang selama ini belum pernah dirasakannya. Bahkan dipernikahan sebelumnya, Danendra belum pernah mengalami perasaan seperti ini. Walau pun ada seorang anak di rumah tangganya dengan sang mantan. Meski itu hanya anak sambung, tetapi baginya cinta dan sayang pada sang anak sambung tetap sama, tidak ada bedanya.
"Bye, Daddy," celoteh Hayana , melambaikan tangannya pada sang daddy.
Terlihat Isyana bersiap keluar dengan setelan kantornya. Tidak ada senyuman di wajahnya. Bahkan sapaan Hayana menyapa pun, tidak dipedulikannya. Isyana terlihat bergegas, berlari dengan menenteng tas ke arah mobilnya. Sejak tinggal di rumah Danendra , Isyana memang difasilitasi sebuah mobil oleh Danendra untuk mendukung aktivitasnya.Melihat sang kakak yang cemberut dan tidak menyapa, Asha merasa sedikit terusik.Bagaimana tidak, kakak yang sejak kecil disayanginya sekarang berubah dan bersikap dingin padanya. Sejak pertama menginjakkan kaki di Jakarta, Isyana bersikap tidak bersahabat sama sekali .
"Beruntung sekali Kak Isyana,semua kebutuhan dan fasilitasi disediakan Tuan Dan dengan sempurna .Sepertinya ,Tuan Dan sangat menyayangi Kak Isyana dan Putrinya.Tidak seperti aku , bekerja keras untuk membeli mobil bekas."batin Asha membatin.Hayana masih didalam gendongannya.
***Malam Kedua Di Jakarta***
Malam kedua Asha di Jakarta, dilewati dengan hal yang sama. Setelah berpamitan dengan Danendra dengan alasan yang sama, gadis itu langsung tersenyum lega. Setengah berlari, masuk ke kamar Hayana. Akan tetapi, tak lama Danendra juga ikut masuk ke dalam kamar putrinya.
"Malam, Sayang-sayangku," sapa Danendra langsung berbaring di samping Asha . Entah apa tujuannya, tetapi yang jelas ia menikmati kebersamaan mereka saat ini. Asha sedang memeluk
Hayana sambil menepuk lembut pantat Hayana.
"Tuan, tempat tidurnya sempit," keluh Asha ,sedikit kesal saat Danendra tanpa malu-malu berbaring di belakangnya.
"Supaya kita bisa berdekatan dan berdempetan, As," sahut Danendra usil mengoda Asha.
"Kenapa Tuan menyusul ke sini?" tanya Asha ,tanpa mengalihkan pandangannya dari sang putri.
"Aku merindukan putriku. Sudah dua hari ini dia melupakanku," ucap Danendra . Danendra sedang duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil mengecek ponselnya saat ini.
"As , bagaimana kelanjutan hubungan kita. Sejak kemarin, kamu belum memberiku jawaban,"ucap Danendra setelah mengintip putrinya sudah terlelap. Danendra sedang menatap punggung istrinya yang terbalut lingere merah yang sedikit transparent dan seksi.Memperlihatkan lekuk tubuh serta kedua gunungnya .Pakaian dalam dan celana dalam sedondon warna lingere. Danendra merapatkan dirinya menempelnya ke Asha ."Junior"di bawah sudah menengang keras , Asha merasakannya .Coba menyentuh " junior"Danendra .Danendra hanya menikmatinya .Dengan cepat Asha mengalihkan tangan tanpa memalingkan wajah.
Opppppsss!!
" Maaf .Tidak disengajakan ," jelas Asha pelan ,suaranya hampir tidak kedengaran.
" Itu milikmu ,sayang.Jawabanmu bagaimana ?Tanya Danendra sambil berbisik lembut di telinga Asha .Meremang bulu kuduk Asha .Tangan nakalnya menyusul memeluk Asha dari belakang .Asha dengan cepat mengalihkan tangan Danendra memprotes.
"Aku belum tahu,tapi aku mohon sain gugutan penceraian," sahut Asha pelan.
" As , sudah ku bilang aku tidak mahu mendengar perkataan "CERAI".Aku tidak akan menandatanganinya.Kamu selamanya milikku ,As," jelas Danendra sedikit keras,Danendra memeluk erat punggung Asha lagi . Sekali lagi Asha mengalihkan tangan Danendra lalu memusing badan memberi signal telunjuk di mulutnya untuk diam .
"Kamu sudah melihat sendiri bagaimana Hayana menyayangimu, membutuhkanmu. Kamu tega meninggalkannya, As?" tanya Danendra , berharap kata-katanya bisa menggetarkan hati Asha yang
sedikit keras.
"Tuan,Hayana hanya mengenalku selama dua hari.Hayana memiliki ibu kandung yang tinggal di rumah yang sama dengannya .Tuan cuma memperjelaskan pada Hayana,"balas tajam Asha .Danendra hanya punya Hayana untuk meluluhkan hati Asha . Dan Danendra akan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
"As , tetap di sini bersama kami," pinta Danendra. Tangannya sudah akan menyentuh punggung Asha , tetapi diurungkannya.Danendra ragu, takut Asha akan menolaknya lagi.
"Aku sudah jelasin.Aku tidak mahu mengulangi ayatnya lagi. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan di Surabaya. Aku berencana kembali ke Surabaya minggu ini," cerita Asha .
"As , bukankah minggu ini kita akan mengajak Hayana jalan-jalan?" tanya Danendra, heran dengan keputusan Asha yang tiba-tiba.
"Aku harus kembali bekerja, Tuan. Sudah terlalu lama aku izin," ucap Asha.
"Tadinya ... aku pikir cuma dua hari di sini," lanjut Asha lagi.
"As,Kamu berhenti saja!Aku mampu membiayai kebutuhan dan keperluanmu ,As .Selama sepuluh tahun ini,aku yang menyediakan semuanya untuk kalian .Kalau kamu butuh pekerjaan,kerja saja di kantorku,"Jelas Danendra keras.Ayat Danendra setajam pisau menusuk hatinya.
"Aku tahu.Aku, ibu dan kakakku berhutang banyak kepada Tuan, Aku bertekad untuk membayar semampu yang bisa saya bayarkan kepada Tuan."kata Asha .Tetes airmata jatuh mendengar penyataan Danendra sebentar tadi.
" As,maafin aku .Aku tidak bermaksud menghinamu .Aku tidak mahu bayaran mahupun uangmu. ,"jelas Danendra sedikit kesal penyataannya tadi.Asha hanya mengangguk.
"As , tidakkah kamu kasihan dengan Hayana?tanya Danendra.
"Maaf, aku tidak bisa. Masih ada yang harus aku kerjakan di sana,Hayana punya seorang Daddy yang sangat menyayanginya.Ada dan tidak ada aku disisi sama saja." sahut Asha yakin membelakangi Danendra.
"Aku juga mengkhawatirkan Ibu," lanjut Asha lagi.
" As , aku tahu dia bukan putrimu. Dia juga bukan putri kandungku, tetapi aku tidak tega
kalau sampai Hayana terluka." Danendra bangkit, berdiri.
"Kita kembali ke kamar. Aku tidak mau Hayana sampai mendengar pembicaraan kita," ajak
Danendra.Dengan terpaksa, Asha mengikuti langkah Danendra .Begitu sampai di kamar, lelaki itu langsung memulai pembicaraan lagi.
"Aku harus bagaimana lagi, supaya kamu tetap bersedia bersama kami. Apa yang harus aku
lakukan, supaya kamu tetap menjadi Mommy Hayana?" tanya Danendra .Menatap Asha yang sedang berdiri di depannya dengan wajah tertunduk.Asha menggeleng.
"Aku punya kehidupan sendiri di sana, Tuan," ucap Asha.
"Aku mohon padamu ... tolong pertimbangkan. Demi Hayana, putri kita," bujuk Danendra.
"Selama tiga tahun ini ... apakah Tuan pernah mempertimbangkanku. Tiba-tiba datang dan menyodorkan seorang putri padaku. Putri kakakku.Bahkan Tuan tidak pernah membahas apapun. Rencana Tuan sudah berhasil ! Aku berpikir, mungkin Tuan sudah melupakan kalau pernah menikah denganku.Tetapi aku tahu pernikahan kita hanya sebuah alasan" ucap Asha menumpahkan keluhannya selama ini.
"Aku menunggu ... setelah menyelesaikan SMAku, tetapi apa yang Tuan lakukan. Mebiarkanku menunggu tanpa kepastian. Aku seperti sebuah permainan bagi Tuan.Tuan pernah memikirkan bagaimana perasaanku?" tanya Asha, sedikit emosi.