*** Kediaman Danendra di Jakarta****
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali di kamar Danendra sudah terlihat kericuhan. Waktu belum menunjukkan pukul 06.00 pagi, Hayana sudah berteriak di depan kamar daddy-nya.
"Mami, Mami!" teriak gadis kecil itu, masih dalam gendongan sang pengasuh.Teriakan kecil tanpa henti itu akhirnya membuat tidur Danendra dan Asha terusik. Danendra yang masih saja memeluk dalam tidurnya terlihat menggeliat, sedangkan Asha langsung membuka matanya.
"Tuan ... tuan ... maaf. Aku mau bangun," pinta Asha sambil memindahkan tangan Danendra yang mengunci tubuhnya.
"Hmmm." Danendra hanya bergumam.Dengan sekali sentak, Asha berhasil meloloskan diri. Segera bangkit dan bergegas membuka pintu kamarnya.
"Mami!" teriak Hayana , langsung membentangkan kedua tangannya meminta Asha menggendongnya.Asha menggendong Hayana masuk ke dalam kamar, kemudian menurunkan gadis kecil itu ke atas ranjang.
"Daddy ... Daddy bangun," panggil Hayana, menggoyang-goyangkan tubuh Danendra.
"Hmmm ... Daddy masih mengantuk, Sayang,"ucap Danendra dengan suara serak. Matanya masih terpejam, tetapi tangannya sudah merangkul erat sang putri. Membawa gadis kecil itu tidur disampingnya.
"Mami Hayana mana?" tanya Danendra, setelah tidak merasakan kehadiran Asha di dekatnya.
"Tuh!" ucap Hayana, menunjuk ke arah sofa. Asha sedang duduk sambil tertidur di sana. Danendra yang baru membuka matanya, ikut melihat ke arah telunjuk putri kecilnya.
"Ayo! Kita ganggu Mommy," ajak Danendra menggendong putri kecilnya dan menurunkan tepat di pangkuan Asha yang sedang terlelap.
"Mami ... Mami," panggil Hayana, kedua tangannya sudah bergelayut manja di leher sang mommy.
"Hmmmm, kenapa Hayana ?" tanya Asha, langsung mendekap putrinya.
"Ayana cayang Mami ...." Kecupan basah dilabuhkan Hayana pada kedua pipi Asha . Melihat kelakuan putrinya, Danendra tersenyum. Saat ini Danendra sedang bahagia, bisa menonton keakraban antara istri dan putri kesayangannya.
"Mommy hari ini pulang ke Surabaya ,Mommy tidak mahu Ayana dan daddy," cerita Danendra pada Hayana, sontak membuat gadis kecil itu menangis histeris.
"Hiks ... hiks ... no ... Mami!" ucap Hayana di sela isak tangisnya.
Asha yang ikut terkejut, mendengar ucapan Danendra yang terus terang tidak bisa berkata apa-apa, selain menenangkan putrinya.
"Ya,jangan menangis. Mommy tidak ke mana-mana,Daddy coma ngomong ," bujuk Asha sambil mengusap lembut punggung Hayana. Terpaksa Asha membawa gadis kecil itu ke dalam gendongannya. Hatinya bertambah kesal, saat sudut matanya menangkap seulas senyuman terukir di bibir Danendra
"Ayolah, As ... kamu tidak kasihan padanya,"bujuk Danendra, berbisik pelan di telinga Asha yang sedang berdiri di sebelahnya sambil menimang Hayana supaya berhenti menangis.Danendra memanjakan diri meletakkan kepalanya di atas pundak Asha sama persis yang Hayana lakukan . Hayana di sebelah kiri,Danendra di sebelah kanan.Membuatkan gadis kecil itu tersenyum melihat ulah sang daddy yang manja dengan mommynya.Hayana menolak manja Danendra agar mengalihkan kepala daddynya dari pundak mommynya.Danendra mengucup kening Hayana.
Melihat Asha yang tetap tidak mau menjawab, Danendra terpaksa menggenggam erat tangan Asha yang sedang mengusap lembut punggung Hayana.Tidak ada kata-kata, tetapi sorot mata Danendra seolah sedang memohon. Danendra sudah tidak tahu lagi harus menggunakan cara apa untuk meluluhkan hati Asha . Sebentar lagi Asha akan meninggalkannya dan Hayana.
"Hayana mau ikut Mommy?" tanya Danendra lagi,kembali memancing emosi Asha. Laki-laki itu sudah tidak bisa berpikir lagi. Jalan satu-satunya adalah meminta Hayana merengek pada Asha.Menyentuh hati Asha dengan suara tangisan putrinya. Danendra yakin, di balik kerasnya Asha,
pasti gadis itu masih punya hati.Semalam Danendra menyuruh assistenya ,Ramos mencari tiket Jakarta -Surabaya transportasi udara untuk tiga orang.Danendra sudah merencanakannya .Danendra tidak sengaja mendengar percakapan Asha dengan seseorang untuk menjemputnya di bandara.
"Mau," sahut Hayana dengan lucunya di sela isaknya.
"Mau, Mami," celoteh Hayana lagi, menghentikan tangisannya.
"Ya sudah, Hayana mandi sekarang. Siap-siap, kita akan ikut Mommy pulang ke Surabaya,"ucap Danendra , membuat Asha semakin kesal. Asha yang menggerutu kesal langsung membawa Issabell keluar dari kamar dan mencari sang pengasuh. la harus bicara serius dengan Danendra. Semakin dibiarkan, Danendra semakin kelewatan.
"Mbak, tolong pegang Hayana sebentar. Aku masih ada keperluan dengan daddynya Hayana," perintah Asha pada sang pengasuh.Sang pengasuh mengangguk paham.
"Sama mbak sebentar, ya. Mommy harus bicara dengan Daddy," jelas Asha, mengecup pipi gembul Hayana sambil tersenyum.
"Ya, Mami," sahut Hayana, tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Asha.Saat Asha kembali ke kamar, Danendra sedang bersiap untuk mandi. Terlihat ia sudah menarik keluar kaos dari tubuh atletisnya , melemparnya asal ke atas sofa.
" Tuan , apa maksud Tuan berkata seperti itu pada Hayana ? Tanya Asha kesal , berdiri tepat di hadapan Danendra .Saat ini Asha sedang menantang Danendra .Danendra yang tidak kalah kesal dengan kerasnya hati Asha , menjawab dengan nada sedikit meninggi.
" As , dia anakmu.Walaupun dia tidak lahir dari rahimmu."kata Danendra.
" Memang Hayana tidak lahir dari rahimku ,Tetapi aku tidak berhak merampas hak kakakku.Aku bukan egois!Aku wanita.Aku paham isi hati Kak Isyana."jawap Asha berani .
"Kalau kamu tidak memikirkan perasaanku, setidaknya pikirkan perasaannya. Bagaimana dia menunggumu selama ini!" jelas Danendra, mengeluarkan kata-kata yang selama ini selalu ditahannya.
"Mungkin bagimu, dia bukan siapa-siapa, tetapi bagi Hayana, kamu ibunya!" lanjut Danendra .
" Tuan ,Hayana punya ibu kandung ,Kak Isyana.Pertalian darah tidak akan putus,Tuan,"balas Asha .
"As , dengar. Aku tidak akan menceraikanmu! Kamu kembali ke Surabaya, aku dan Hayana akan ikut bersamamu," ucap Danendra lagi.
Asha terdiam, mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja dilontarkan Danendra, sampai akhirnya Asha membuka suara.
"Baik. Aku tidak pergi, tetapi aku tetap harus kembali untuk mengurus semuanya," jelas Asha . Terlihat Asha menghela napas berulang kali,berusaha meredam emosinya yang sempat mencuat.
"0k, tidak masalah. Aku akan ikut denganmu. Kalau perlu Hayana juga akan ikut bersama kita,"ucap Danendra , tegas.
"Tuan," protes Asha .
"Berhenti memanggilku Tuan. Aku suamimu!" tegas Danendra lagi. Sudah cukup ia bersabar beberapa hari ini untuk membujuk Asha, tetapi tidak lagi sekarang. Istrinya harus tahu di mana tempatnya.Asha kini berubah sepenuhnya.Asha yang dulu seorang penurut ,tidak pernah berbicara tinggi dengannya dan sering menunduk ,kini tidak lagi.
"Aku mau bersiap dulu. Tolong urus Hayana, dia akan ikut bersama kita," jelas Danendra.
"Tuan, bagaimana dengan Ibu?" tanya Asha terkejut.
"Aku yang akan mengurus Ibu. Sudah sampai sejauh ini, aku yang akan mengurus semuanya untuk kita. Kamu cukup pikirkan alasan berhenti kerja dan putrimu Hayana. Selain itu, serahkan padaku," jelas
Danendra tiba-tiba mengucup kening Asha , berlalu pergi meninggalkan Asha yang
masih mematung di sana.