Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

I Love You, Kak Laras!

🇮🇩Ampass_Kopi23
--
chs / week
--
NOT RATINGS
28.1k
Views
Synopsis
"Kakak mau bilang sesuatu," ujar Andra dengan nada bertanya. "Sesuatu?" tanya Laras, mengulang kata belakang yang Andra ucapkan. "Bener, 'kan?" Andra berhore-ria tidak jelas. Gadis berponi itu menggeleng dan memegang kepala. Ia mulai takut kalau tahun terakhirnya di masa SMA akan berakhir nahas, karena kehadiran sosok Andra yang selalu saja mengikutinya. Semenjak awal bertemu ketika masa orientasi, Andra tak henti-henti mendatangi Laras. Sekalipun datang hanya untuk menyapa tanpa menyampaikan hal yang penting, Andra akan tetap melakukannya. Hal itu membuat si gadis berponi merasa jengah dan kesal, rasanya ia ingin pergi yang jauh ke tempat di mana tidak ada seorang Andra. Padahal gadis itu terus menolak, tapi anak laki-laki berkulit putih itu terus saja mengejarnya. "Andra, aku kan udah bilang kalau kamu jangan gini terus," ucap Laras lirih nan hati-hati. "Gini gimana?" Andra tampak tak mengerti. Laras menghela napas panjang dan memejamkan mata sesaat. "Kita itu nggak seumur, Ndra. Harusnya kamu juga tau." "Tapi aku mau seumur hidup sama Kak Laras," sahut Andra dengan cepat. Bagaimana tanggapan Laras tentang hal tersebut? Langsung saja ikuti kisahnya di "I Love You, Kak Laras!" karya Author Ampas. Created by: Ampass_Kopi23 Jatim, Jum'at, 20 Agustus 2021
VIEW MORE

Chapter 1 - PROLOG

Seorang remaja laki-laki tengah berlari dengan kencang. Ia tampak tergesa-gesa menuju ke jajaran anggota OSIS yang menjadi panitia orientasi hari ini. Matanya benar-benar hanya terpaku pada salah satu panitia, dan tanpa sadar ia berlari dengan sangat kencang tanpa melihat sekitarnya.

Kerumunan orang-orang yang tengah duduk di aula ia pilah dengan paksa. Beberapa orang mengeluh karena ditabraknya hingga bergulingan dan terbentur kepala teman sekitarnya.

"Kakak!" teriak anak tersebut dengan lantang. Namun, tak bisa mengalahkan kerasnya suara riuh di aula, sehingga orang yang ingin dipanggilnya pun tak mendengar suaranya.

Para panitia serta dewan OSIS tengah berkumpul di tepi panggung, briefing ringan sebelum acara benar-benar dimulai. Seorang gadis berponi yang tengah memakai jas hitam OSIS dengan pena hitam di saku jasnya, tengah mendengarkan dengan serius setiap ucapan ketua panitia, ketika mendadak sebuah tangan terulur dan menariknya hingga ia kontan membalikkan badan.

Alisnya menukik tajam menatap si anak laki-laki yang telah berlarian hanya untuk menemuinya. Para panitia yang melihat hal tersebut pun menghentikan briefing dan ikut fokus pada anak tersebut.

"Kak," panggil si anak laki-laki dengan napas yang terengah-engah.

"Ada apa, ya?" tanya gadis tersebut dengan ramah, meski sedikit kebingungan.

"Aku mau jadi pacar Kakak."

"Hah?!"

"Aku suka Kakak."

Pffftt!!

Panitia yang lain tengah berusaha keras menyembunyikan tawanya melihat adegan awkward tersebut. Sementara gadis yang dimaksud justru semakin menukikkan alis dan tak tahu harus berkata apa.

"M-maaf, Dek. Acara udah mau mulai, kamu bisa kembali ke barisan kelompokmu dulu," ujar si gadis, berusaha melepas tangan anak laki-laki tersebut dari lengannya.

"Tapi Kakak imut banget, aku suka."

Anak laki-laki itu tetap kukuh dan berusaha kembali untuk meraih lengan si gadis. Beruntung gadis berponi itu dengan sigap menghindar, ia pun langsung menarik teman laki-lakinya dan bersembunyi di belakang punggung temannya.

"Ini apaan, sih?" bisik salah satu panitia perempuan pada panitia lain yang ada di sampingnya. Ada tawa yang tertahan dari suaranya.

"Nggak tau, drama banget ini mah, haha," jawab kawannya dengan tertawa sangat lirih.

"Kamu ada yang mau ditanyakan?" Panitia laki-laki yang ditarik si gadis tadi bertanya pada junior tersebut.

"Iya. Kakak yang itu mau, nggak, jadi pacar aku?" jawabnya tegas, menunjuk gadis yang tengah menyembunyikan diri dengan raut wajah yang tampak mulai ketakutan.

Tawa mulai pecah dari hampir seluruh panitia, kecuali si ketua. Bahkan beberapa peserta orientasi yang melihat kejadian itu pun ikut terkikik geli karenanya.

Senior yang jadi tempat persembunyian itu pun dengan senyum dan lembut, meminta agar junior tadi lekas kembali ke barisan kelompoknya. Namun, anak laki-laki tersebut tetap tak mau kembali dan meminta untuk berbicara pada senior manis berponi tadi. Beberapa panitia ikut memintanya kembali ke barisan para peserta orientasi, tapi anak itu tetap kukuh dan keras kepala tak mau kembali.

"Lo denger nggak, sih, kita ngomong apa?! Acara udah mau dimulai dan lo musti kembali ke kelompok lo!"

Mendadak ketua panitia yang sedari tadi diam, mulai angkat bicara dan langsung membentak anak tersebut. Hal itu kontan membuat seluruh panitia terkejut dan diam seketika. Suasana antara mereka mendadak hening sesaat. Namun, tak berselang lama junior itu mulai kembali berujar.

"Denger, kok," jawab si junior dengan santai. "Tapi aku mau ngobrol sama Kakak itu dulu, mau minta nomor wasapnya, atau nomor telpon, deh."

Lagi-lagi junior itu menjawab dan tetap tak mau pergi. Ketua panitia yang mulai naik pitam pun langsung maju dan menarik kerah belakang junior tersebut. Gadis berponi yang bersembunyi tadi terkejut, dan spontan keluar dari persembunyian. Meskipun tak bisa menghentikan si ketua, panitia lain pun merasa kasihan dan ibah pada junior tersebut.

"Kakak, nanti aku temuin kakak lagi, ya!" Anak tadi berteriak kencang di saat ketua panitia menarik kerah bajunya dengan cukup kuat.

"Diem, lo!" sentak ketua lirih.

"Minta nomer wasapnya!!" Tetap anak itu berteriak.

Hampir seluruh peserta orientasi menyaksikan keributan tersebut. Ada yang terheran-heran mengapa junior itu sampai ditarik paksa oleh ketua panitia, ada juga yang tertawa karena tahu kejadian sejak awal. Bahkan ada yang menutup wajah karena malu dengan kelakuan junior tersebut, yaitu kelompoknya sendiri.

"Diem, kagak? Kelompok berapa, lo?!"

"Pattimura 2," jawab si junior dengan ketus. "Lepas, dong, tangan lu! Kecekek, nih leher gua!"

Ketua lekas melepas tangannya dari kerah seragam si junior ketika mereka telah sampai pada tempat kelompok Pattimura 2.

"Jan macem-macem!" Ketua mengancamnya, setelah si anak laki-laki kembali duduk di barisan kelompoknya.

"Iye, iye," jawabnya seraya melengos ke arah belakang si ketua. "Kakak!! Pokoknya nanti kita ketemu, ya!!" Ia tetap kembali berteriak.

Ketua panitia menggertakan gigi saking geramnya melihat tingkah anak laki-laki di hadapannya. Dengan kesal ia menggenggam kuat pipi anak tersebut, hingga bibirnya tampak manyun dan sedikit menganga.

"Udah gue bilangin jangan berulah!" Ketua kembali mengancam, berujar tanpa membuka giginya yang tertutup rapat. "Jan bikin gue malu gara-gara lo!"

"Ish! Ihyha-ihyha." Ditepisnya kuat tangan ketua dari wajah si junior.

Tanpa berujar lagi, ketua membalik tubuh dan berjalan meninggalkan si anak laki-laki.

"Ganggu banget," rutuk si anak laki-laki dengan kesal.

Suara pelantang mulai terdengar berdengung, ketukan ringan pun mengiringi dengungan pada pelantang. Tak lama setelahnya, seorang panitia mulai membuka acara orientasi. Ia memperkenalkan diri sebagai Master of Ceremony, dan menyebutkan nama kepala sekolah serta jajaran dewan guru dengan hormat.

"Dan pada kesempatan kali ini, rekan saya yang bernama Bima Andrian Saputra hadir sebagai Ketua Panitia Orientasi tahun 2018." Pembawa acara itu menyebut nama si ketua panitia.

Acara awal berjalan formal dan cukup teratur. Hingga akhirnya setelah sambutan dari kepala sekolah serta ketua panitia usai, mulailah kerusuhan yang sebenarnya akan terjadi.

"Jadi hari ini tugas kalian adalah mencatat materi yang akan diberikan oleh setiap pemateri, yakni dewan guru beserta panitia orientasi." Gadis berponi itu tersenyum seraya menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan. "Silakan keluarkan alat tulis-menulis kalian, karena materi akan disampaikan 5 menit lagi."

***

Usai sudah acara pertama, yaitu pembacaan materi 1 dan materi 2. Kini, para murid baru tengah berkerumun di kantin, juga di berbagai lokasi sekolah untuk mengistirahatkan diri. Sementara anak laki-laki yang sempat berlarian di awal acara, kini tengah duduk di bangku depan kelas.

"Lama banget si Bima?! Dah capek gue nunggu," rutuknya kesal, sembari tak henti-henti menghentakkan kakinya ke lantai.

Ketua panitia bernama Bima yang dimaksud, tampak berjalan dari seberang lapangan menuju tempat anak laki-laki tadi berada. Wajah Bima terlihat kaku dan kesal, di tangannya terdapat plastik kresek yang berisi air mineral serta roti untuk anak laki-laki itu.

"Nih! Jan makan yang aneh-aneh!" ujar Bima dengan ketus, sembari melempar kresek tersebut ke arah si anak laki-laki.

"Iye, makasih!" Anak itu menerimanya dan langsung membuka botol air dan meminumnya dengan nikmat.

"Seger banget," ungkapnya mendramatisir suara.

"Lebay," sahut Bima kesal.

"Bodo amat."

"Bim, snack buat peserta kurang, nih. Aku keluar buat beli, ya." Mendadak suara gadis memanggil Bima, dan hal itu membuat si anak laki-laki kontan menoleh dan membelalakkan mata.

"Kakak Cantik, mau nggak jadi pacar Andra?" sentaknya, berdiri tegak sembari menyodorkan air mineral yang tinggal setengah botol.

*****

Jawa Timur,

Jum'at, 20 Agustus 2021