"Ck. Sangat amat tidak menguntungkan." bibir Cyra tak henti-hentinya mengulas smirk yang ditujukan kepada ketua osisnya tersebut. Cyra sangat geram tiba-tiba mendapat perlakuan yang tak pernah ia dapatkan dari siapapun. Tak pernah ada yang berani menyeret dirinya seperti yang dilakukan Raefal tadi. Bahkan, orang tuanya sekalipun tak pernah melakukan hal menjijikan tersebut.
Cyra membenci Raefal.
Raefal?
Laki-laki bernama lengkap Raefal Alvano yang secara tiba-tiba saja menjadi ketua osis. Bahkan, ia tak ada niatan untuk menjadi salah satu kandidat saat itu. Dirinya merasa sudah kerepotan dengan tugas sekolah mengingat otak yang dimilikinya pas-pasan. Namun, entah apa yang terjadi tiba-tiba saja badai seakan bertiup hingga laki-laki tampan itu ditunjuk dan menang sebagai ketua osis.
Karena yang paling dibencinya adalah lepas tanggung jawab, maka ia hanya bisa pasrah dan menjalankan amanat tersebut sebaik mungkin. Selama ini, ia benar-benar keteteran dengan semuanya. Sekolah, osis, serta bela dirinya. Raefal menekuni karateka, taekwondo, serta boxing dari umurnya yang masih 13tahun. Itulah alasan dibalik tubuh proposional yang dimilikinya sekarang.
Meskipun terlihat sempurna, Raefal tak pernah merasa tertarik kepada lawan jenisnya. Banyak sekali wanita yang mengejar dirinya namun semuanya zonk. Tak ada yang berhasil membuat dirinya luluh seketika. Dan sekarang? Seringaian serta tatapan bengis Cyra malah membuat jantungnya berdebar begitu cepat. Entahlah, ia pun tak yakin karena Cyra sejujurnya jauh dari kata tipe idealnya.
"Aku tidak ingin mendengar bantahanmu itu, Cyra. Sekarang cepat bekerja sesuai tugasmu!" tegas Raefal kala emosinya berada di ubun-ubun. Cyra masih setia dengan seringaian di bibir cantiknya. Bukannya melakukan tugasnya, gadis itu justru berbalik badan lalu melenggang begitu saja meninggalkan aula.
Raefal duduk, dia pasrah dan bingung harus bagaimana lagi melunakkan gadis keras kepala tersebut. Tubuh Raefal melemas seketika saat merasa harga dirinya baru saja diinjak-injak oleh gadis yang lebih muda darinya. Ia memijit pelipisnya saat merasa penat dan stres karena tugas sekolah, tugas kesiswaan, dan sekarang tugas baru kini menantinya. Yaitu, tugas untuk menjinakkan Cyra.
Raefal hanya sebentar duduk pasrah lalu mulai melangkah kembali mencari gadis keras kepala tersebut. Dan dia langsung menemukannya. Cyra sedang menelepon seseorang. Sepertinya, percakapan mereka cukup penting sehingga raut wajah arogan Cyra tak nampak lagi.
"Sudah Cyra katakan kalau Cyra tidak ingin dimanja, Mom." suara Cyra melembut. Benar-benar berbeda dari Cyra yang tadi baru saja membentak Raefal. Sangat bertolak belakang. Bahkan, Raefal berfikir bahwa Cyra berkepribadian ganda?
"Baiklah. Terimakasih mom karena sudah mau mengertiku." Cyra tersenyum.
Iya, Cyra tersenyum. Senyumannya, benar-benar manis sehingga Raefal lupa niatnya membentak gadis itu. Raefal bahkan tertegun melihat senyuman itu. Senyum termanis yang pernah Raefal lihat. Seketika Raefal menjadi laki-laki paling beruntung karena melihat keajaiban itu.
***
"Mom? Where are you?! " teriakan Cyra menggema keseluruh ruangan yang ada di rumahnya. Rumah mewah 2lantai beserta kolam renang dan teras yang luas benar-benar rumah keluarga yang sangat di idam-idamkan.
"Yes honey. Mommy di dapur sayang." Mommy- sebutan untuk ibu tiri Cyra membalas Cyra dengan teriakan.
Mendengar teriakan yang sangat familiar itu, Cyra melangkah perlahan meletakkan tasnya di lantai, melepaskan sepatu lalu menuju dapur yang diyakini tempat Mommy nya sedang bereksperimen
"Miss you Mom!" Cyra memeluk Mommy nya dari belakang. Mendapatkan pelukan hangat dari anak tirinya, Mommy- Civia. Tertawa renyah lalu berbalik dan membalas pelukan anak tirinya tersebut.
"Baru tiga hari kita gak ketemu sayang, masa sudah kangen aja sih?" tanya Mommy nya. Tangan Mommy perlahan mengusap air mata yang turun begitu saja dari mata indah milik Cyra. Ia menatap lekat anaknya tersebut lalu tersenyum manis seakan tak terjadi apapun lalu memeluk Cyra hangat.
Cyra merengek dan tangisnya semakin histeris. Bahkan, sesekali dirinya mengelap ingus di jilbab mocca milik Mommynya. Cyra memang selalu seperti ini. Menangis saat Mommy tiri nya pergi untuk perjalanan dinas. Cyra sangat manja namun tak ingin dimanja.
"Yaampun Cyra! Daddy juga ingin dipeluk." suara Daddy Cyra menggema di telinga Cyra. Dengan segera, ekor mata Cyra melirik sekilas melihat Daddy nya yang sudah perlahan mendekati mereka lalu merekahkan tangannya.
Cyra segera melepaskan pelukan Mommy lalu mendekati Daddynya dengan tangan yang merekah juga. Namun, ia hanya melewatinya begitu saja dan berkata;
"Peluk itu guling." Cyra terkekeh melihat wajah kesal Daddy nya. Bahkan, Mommy nya sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah lesu itu.
"Awas ya kamu Ra!" Daddy mengejar Cyra yang sudah sigap melompati sofa dan berlari menuju anak tangga lalu masuk kedalam kamarnya. Kamar dengan nuansa hijau tosca dan berbagai gambar dirinya. Foto Cyra saat memenangkan perjuaraan Boxing serta beberapa foto saat bersama teman-teman Dancer nya yang juga sedang menenteng piala.
Jangan lupakan lemari kaca di sebelah tempat tidurnya yang hanya berisi piala dan juga medali. Benar-benar anak yang sangat membanggakan. Namun, semembanggakan apapun Cyra, tetap saja ia selalu dibanding-bandingkan dengan anak tetangga ketika Mommy nya sudah berurusan dengan kepala sekolah.
Cyra menghempaskan tubuhnya ke ranjang dengan ukurang king size yang berada ditengah ruangan kamarnya. Ia tersenyum setelahnya saat melihat langit-langit kamar yang hanya berwarna putih. Senyumannya redup begitu saja saat mendengar teriakan nyaring Mommy nya saat menyuruh Cyra turun untuk sholat berjamaah.
Cyra berteriak membalas teriakan Mommy nya. Yah, sudah menjadi tradisi di C Family berteriak satu sama lain. Entah karena rumah yang terlalu besar atau mungkin karena telinga yang kurang peka seperti author.
Cyra menghela nafas kasar lalu dengan segenap keniatan yang belum juga terkumpul akhirnya bangun menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia mandi lalu wudhu dan turun kebawah. Baru saja melangkahkan kaki pada anak tangga pertama, tatapan bengis ia dapatkan dari mommy dan Daddy nya.
Cyra terkekeh menyadari bahwa dirinya sudah ditunggu sedari tadi. Dengan cekatan, ia bergelayut di pegangan tangga lalu meluncur sehingga mendarat begitu saja di depan Mommy nya yang sudah teriak histeris saat melihat anak perempuannya hampir dalam bahaya.
"Ish! Kamu itu, paling pinter bikin Mommy khawatir!" bentak Mommy sembari mengusap halus rambut panjang Cyra.
"Dad mau tanya, tadi di telepon rumah ada yang menelfon katanya dari Raefal. Siapa dia? Kekasihmu, Honey? " Goda papahnya.
Jantung Cyra rasanya berhenti berdegup begitu saja mendengar nama yang terucap dari bibir Daddynya. Raut kemarahan yang nampak jelas di wajah cantik Cyra, bukan raut wajah senang, ataupun malu sedang digoda.