Chereads / Bidadari Surgaku / Chapter 2 - 2. Raefal Alvano

Chapter 2 - 2. Raefal Alvano

"Lagi, lagi, dan lagi!" Cyra mendengus kesal saat menemukan beberapa coklat tergeletak di dalam lokernya. Surai dua warna dengan coklat tua pada bagian atas dan navy pada bagian bawahnya bergelombang indah membentuk gulungan ombak yang memukau. Ikat kuda dengan karet kuncir berwarna hitam tersebut mampu membuat lehernya terlihat secara terang-terangan. Leher berwarna seputih susu yang terkadang menjadi bahan nafsu untuk beberapa orang pria.

Tangan lentik dengan jari-jemari manis tanpa polesan kutek sedikitpun meraih coklat-coklat tersebut dengan perasaan yang jengkel. Gadis itu sesegera mungkin berjalan menuju kelasnya yang terletak diujung koridor kelas 10. Pintunya terbuka sempurna saat Cyra memasuki ruangan kelas dengan tenangnya. Tenang pada perilakunya dan tenang pada wajahnya sama-sama berhasil memikat siapapun yang melihat kedua pesona yang selalu menyeruak.

"Coklat!" teriaknya seraya meletakkan semua coklat yang di dapatnya keatas meja guru. Satu kata yang berhasil membuat seisi kelas menatap dengan tatapan tergoda. Tak hanya menatap, mereka mulai berlarian ke meja guru secara serempak dan berebutan karena hendak mengambil coklat tersebut. Sedangkan Cyra, si pemiliknya justru hanya duduk di tempat sakralnya dengan Rey yang sudah menatapnya kesal.

"Ada apa?" tanya Cyra seakan mengerti dengan tatapan yang diberikan Rey kepadanya.

"Lagi-lagi kamu membagikannya." Rey memukul pelan lengan sebelah kanan Cyra.

"Kamu seharusnya menyimpannya. Bukannya seperti ini, Cyra! Kamu benar-benar tidak menghargai pemberian seseorang." baiklah, sepertinya Rey mulai merajuk saat ini.

Yah, ini sudah seperti kebiasaan atau bahkan, Adat istiadat saat Cyra kembali dari lokernya. Gadis itu selalu membawa makanan yang akan dibagikannya untuk siapapun yang mau. Semuanya tak lain adalah dari para kekasih dan para penggemarnya yang seringkali mengirimnya barang-barang mahal yang tak akan Cyra terima satupun. Ia merasa mampu membelinya sehingga tak perlu menyimpan barang-barang pemberian mereka.

Cyra menelungkupkan wajahnya diatas kedua tangan yang terlipat sempurna sebagai bantal diatas meja.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini, Ra?"tanya Rey seraya menarik sedikit rambut Cyra agar lawan bicaranya mendongak.

"Apa?" balas Cyra dengan tatapan datarnya. Jangan lupakan nada datarnya juga.

"Menjadi seperti berandalan." balas Rey sembari menelisik mata Cyra mencari kejujuran pada mata tersebut karena Cyra adalah gadis dengan ego tinggi dan sifat arogan yang selalu menyembunyikan perasaan sebenarnya.

"Sampai aku merasa bosan." itu adalah kalimat terakhir yang Cyra ucapkan sebelum akhirnya terlelap selama 2jam pelajaran.

***

Suaranya menggema di seluruh ruangan dan diakhiri dengan tepuk tangan meriah oleh semua yang mendengarkan. Laki-laki dengan tubuh proposional itu tengah menjelaskan berbagai kesiapan untuk event besar di sekolahnya. Event yang dinantikan banyak siswa-siswi yang tentunya harus memuaskan agar tak mengecewakan.

Acara ulang tahun sekolah ini akan diurus oleh Osis dan MPK serta beberapa panitia khusus pilihan beberapa guru. Rapat ini dipimpin langsung oleh ketua osis-Raefal Alvano serta diikuti oleh beberapa panitia penting saja.

Raefal Alvano. Pria tampan yang suka dengan tinju. Dia mencintai ilmu bela diri. Sebagai ketos, tak perlu diragukan lagi bagaimana popularitas pemuda tersebut. Di tambah dengan ketampanannya, Raefal nyaris dikatakan sempurna sebagai seorang pria.

"Buat tim perlengkapan-kalau butuh dana bisa ngomong sama gue. Ntar, biar gue yang mintain ke bendahara." ujarnya dibalas anggukan beberapa orang yang diyakini orang-orang bersangkutan.

"Cyra mana?" pertanyaan tersebut tak dapat dijawab oleh satu orangpun diantara semuanya. Cyra adalah bagian dari tim khusus yang ditunjuk oleh bapak/ibu guru. Namun, seperti biasanya ia tidak akan mendatangi rapat yang menurutnya tidak penting sama sekali. Padahal, peran Cyra di acara ini cukup penting. Sebagai tim kreatif  yang merangkap tim kostum.

"Kayaknya dia gak dateng deh Kak," sahut salah satu dari mereka.

"Kalau gak salah tadi aku lihat Cyra di lapangan tengah lagi main  basket." Sahut yang lainnya lagi.

Raefal menarik napasnya panjang, menghembuskannya kasar. Jika seperti ini, tandanya pria itu murka. Dia segera berbisik kepada Vesta-sebagai sekertaris osis yang berada disampingnya. Pemuda itu mengatakan akan menjemput Cyra, gadis berandalan yang sulit diatur.

'Lanjutin rapatnya. Gue harus kasih pelajaran sekali-kali sama itu cewek.' Bisiknya pada Vesta.

Raefal tersenyum manis sebelum akhirnya pergi meninggalkan banyak pertanyaan. Kaki jenjang Raefal ringan membawa dirinya dengan cepat ke lapangan tengah.

Disana, matanya menelisik mencari gadis yang dua tahun lebih muda daripada dirinya. Gadis kecil yang selalu membangkang, dan seenaknya sendiri. Gadis arogan yang sangat sulit diatur namun selalu mendapatkan keberuntungan.

"Ck! Cari saya?" Cyra menepuk bahu Raefal kasar dari belakang hingga membuat sang empunya bahu menoleh terkejut.

Cyra melangkah menuju tengah lapangan lalu mulai mendrible bola menuju ring. Sedangkan Raefal sudah tersulut emosi saat gadis itu tak menujukkan rasa bersalahnya sama sekali. Bahkan, tidak bertanya perihal rapat tersebut.

"Stop Ra! dengerin gue." Raefal melangkah perlahan menuju Cyra yang sudah mematuhi perintah untuk diam itu. Tatapan Cyra adalah tatapan malas seakan mengerti kata yang akan keluar dari mulut Raefal setelahnya.

"Aku gak akan pernah ikut rapat." Balas Cyra membuat Raefal semakin tersulut emosi. Doa tidak suka diabaikan.

Dengan terpaksa, Raefal menarik paksa lengan Cyra dan membawanya kedalam aula tempat mereka rapat. Cyra berkali-kali berusaha menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Raefal yang semakin mengencang. Ia bahkan sudah berteriak dan mengutuk laki-laki kurang ajar itu. Sedangkan Raefal? Ia hanya tersenyum menang saat berhasil membawa gadis keras kepala itu kedalam aula.

Sesampainya mereka di aula, suasana mendadak mencekam. Yang awalnya riuh penuh saran dan tanggapan mendadak diam tak tersisa. Yang awalnya sibuk mengurus hiasan, berhenti dari aktivitasnya. Yang awalnya mencatat keperluan, menoleh ke pintu utama menatap lekat Cyra dan Ketua Osisnya itu.

"Ck! Lepasin." Cyra berdecak masih berusaha melepaskan genggaman di lengannya itu.

"Gaakan. Lo harus penuhi semua tanggung jawab lo sebagai tim kreatif dan tim kostum. Paham?!" Raefal menatap jengah gadis di depannya.

"Aku gak minta untuk menjadi tim kreatif atau tim kostum sekalipun. Jadi, aku merasa gak punya tanggung jawab atas semua itu. Dan Cyra peringatkan kalau aku gak suka pakai sebutan gue-lo." Cyra menatap malas laki-laki di depannya.

"Lepasin!" pinta Cyra sekali lagi. Sedangkan Raefal? Ia masih kekeuh mempertahankan gadis tersebut.

"Lo-"

"Kamu!" Cyra memotong ucapan Raefal merasa muak dengan bahasa lo-gue tersebut.

"Ok. Kamu udah dikasih amanat untuk ini, Cyra! Jadi, mau tidak mau kamu harus bertanggung jawab. Mengerti?" Raefal mendekatkan wajahnya ke wajah angkuh Cyra. Ingin sekali jarinya mencabik-cabik wajah angkuh tersebut. Sialnya-kenapa wajah itu malah seakan menarik perhatian Raefal?

"Apa untungnya untukku?"

Yash, Cyra mengulas smirk pada bibirnya. Wajahnya, ikut mendekat ke wajah raefal dengan tatapan menantang.

"Menjadi kekasihku."

Balasan Raefal sepertinya mampu menghipnotis semua orang yang mendengarnya.