Setelah pembicaraan malam itu aku dan Dae masih belum menemukan waktu yang tepat untuk mangundang akira kerumah,ternyata jadwal super padatnya benar benar seperti tak bercelah,waktu berjalan tanpa peduli kegelisahanku,2 minggu sudah berlalu tanpa hasil apapun,waktuku hanya 1 minggu lagi apakah aku benar benar akan berakhir dengan perjodohan itu.
Lagipula jika rencana mengundang akira akan berjalan baik apa mungkin akira bisa menerima begitu saja alasan anehku,ingin menjadi kekasihnya hanya karena menghindari perjodohan,jika ia menolaknya apa yang harus ku perbuat,ini bahkan lebih rumit dari yang bisa kupikirkan.
"Hazi chann...ada apa sejak pagi aku tak melihat senyummu,apa kau baik baik saja,apa pria itu melakukan sesuatu padamu?"
"Tidak,aku baik aku hanya merasa mood ku kurang baik akhir akhir ini"
"haahh...kau jarang sekali seperti ini kenapa mendadak jadi seperti orang patah hati"
Menceritakan masalahku pada maeda hanya akan merepotkannya,dia sebentar lagi akan menikah kurasa membebaninya dengan keluh kesahku bukan hal yang seharusnya kulakukan.
"Nandemonai,aku akan pulang lebih awal Maeda nee,mungkin aku hanya butuh istirahat saja,jangan cemaskan aku"
"Wakatta...berhati hatilah di jalan"
Maeda pov
Sikapnya sudah semakin dewasa ia tak lagi sama dengan hazel yang kukenal semasa kuliah dulu,ia mulai tak banyak bicara,kurasa itu wajar tapi yang tampak hari ini membuatku khawatir,apa dia tak mau bicara padaku lagi karna aku akan menikah,kali ini aku merindukan hazel yang banyak bicara.
Aku menutup pintu ruangan hazel dari luar,sebenarnya waktu bekerja akan segera usai aku membereskan beberapa barang,hari ini aku berencana menemui kekasihku,tapi di sisi lain aku mencemaskan kondisi hazel,apa aku harus kerumahnya.
"Moshi moshi Kazuma kun"
"apa ada sesuatu yang terjadi Mae chan"
"tidak,aku hanya ingin memberitahumu sepertinya hari ini aku harus kerumah hazel ia tampak kurang baik"
"apa sesuatu terjadi padanya"
"Aku juga tidak tau ia tampak aneh minggu minggu ini,kurasa aku harus bicara padanya"
"hai...hai...aku bisa menjemputmu nanti hubungi aku saat akan pulang"
"Wakatta"
Kazuma Nakagawa adalah calon suamiku,kami sudah berpacaran sejak aku masih kuliah,ia 3 tahun lebih tua dariku,dia mengenal hazel dengan baik, otomatis dia dan hazel juga berteman,kami berdua sering menemani hazel berkeliling saat dulu ia menghabiskan waktu libur kuliahnya di tanabe.
Ini masih pertengahan musim dingin,temperatur udara masih cukup rendah aku menyusuri jalanan yang terbilang sunyi menuju rumah hazel,aku baru ingat hazel tidak tinggal seorang diri saat ini dulu dia bilang aku harus bertemu dengan pria itu,jadi ini juga kesempatanku untuk melihat seperti apa pria itu,hazel sering memujinya tampan dan baik,dan yang kutahu dia sangat perhatian pada hazel karena setiap hari bersedia repot repot menyiapkan bento untuknya.
Aku menekan bel beberapa kali,aku mendengar suara husky seorang pria yang menyahut,kurasa itu si pria yang hazel maksud.
kulit pucatnya lebih putih dari kulitku,rambut silver dan mata kecilnya menatapku penuh tanya sepersekian detik aku tertegun manatapnya,aku setuju dengan hazel kali ini,pria dihadapanku memang tampan .
"Sumimasen,,apa Hazi chan ada dirumah"
"Ha..zi chan?"
astaga wajah bingungnya sangat manis,ini gila sadarlah maeda kau ini milik kazuma,matilah aku bagaimana mungkin hazel menjalani hari dengan mood yang buruk sementara pria setampan ini tinggal dirumahnya.
"Ma..maksudku Hazel"
"ohh...apa anda temannya,masuklah dia ada di dalam"
"humm..aku teman kerjanya,aku datang ingin menjenguknya,kurasa dia mungkin kurang sehat hari ini"
"ehnnn...dia ada di kamarnya anda bisa langsung saja menemuinya"
"Wakarimashita..."
kami berpisah diujung tangga,aku menuju kamar hazel di lantai atas,pria itu sopan juga rupanya.
"Hazi chan....bolehkah aku masuk?"
tak ada sahutan dari dalam
"Hazi chann...ini aku maeda,hazi chan...apa kau tidur"
firasatku buruk,aku memanggilnya dengan keras bahan ketukanku di pintu tidak pelan,jika ia tidur kurasa suara ku seharusnya membuatnya bangun,aku merasa sesuatu telah terjadi,aku berlari kearah tangga bermaksud memanggil pria tadi,astaga aku bahkan lupa namanya,dia sedang menaiki tangga dengan membawa nampan,kemudian terhenti saat melihat kearahku yang panik
"Ada apa,anda sudah menemuinya"
"ia tak menyahut panggilanku,aku pikir sesuatu terlah terjadi"
sorot matanya berubah,ia setengah berlari menaiki sisa anak tangga,ia spontan meletakkan nampan di sisi tangga teratas,tanpa aba abaku dia berlari mendahuluiku.
"Hazel...kau bisa mendengarku....hazel...tolong buka pintunya...hazell...sedang apa kau di dalam astaga...hazel ada apa denganmu,"
ia melangkah mundur mengambil jarak dari pintu dan kemudian
Brakkkkkkk!!!
ia menendang pintu kamar itu.
kami terperangah melihat apa yang terjadi,darah mengalir dari lengannya,kami menyerbu tubuh hazel yang terkapar,kecemasan kami meningkat saat menyentuh tubuh yang memucat itu
"kenapa kau masih diam,cepat hubungi ambulance"
Aku terkejut mendengar suara kerasnya,ia barusaja memerintahku dengan berteriak,
wajah pucatnya tak bisa menyembunyikan kecemasannya,aku segera menekan nomor layanan darurat,ia menggendong tubuh hazel tanpa bicara lagi,ia melewatiku dengan tergesa,tubuhku bergetar melihat tetesan tetesan darah dari tangan sahabatku.
Kami berdua duduk dengan cemas di kursi tunggu,aku mengirim pesan pada kazuma untuk datang ke rumah sakit tempat hazel di rawat.
"Bolehkan aku bertanya sesuatu padamu"
"eem"
"Sebenarnya apa yang terjadi pada hazel sudah 2 minggu terakhir dia tampak murung bahkan hari ini dia benar benar kehilangan senyumnya
"Ceritanya tidak singkat mungkin aku akan menceritakan padamu lain waktu,aku benar benar tidak menduga akan separah ini"
"Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi "
Karena desakanku akhirnya ia menceritakan semuanya padaku mengenai perjodohan hazel dan rencana pendekatan dengan akira,ini sudah 2 minggu itu artinya hazel hanya punya waktu 1 minggu lagi untuk menemukan seorang kekasih,terdengar mustahil,pantas saja jika permasalahan ini benar benar membebani hazel,tapi kurasa aku memiliki sebuah ide meskipun aku ragu ini akan berhasil atau tidak.
Dia bernama Min Young Dae,hazel pernah memeberitahuku tapi aku lupa nama itu,baiklah kami sudah bisa masuk keruang rawat hazel sekarang.
ia masih tertidur,ini sangat menyakitkan bagiku,aku sahabatnya tapi aku merasa tak berguna untuknya.
"Dae san,aku akan membeli beberapa makanan,temanilah Hazel disini"
ia hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari hazel yang masih terpejam,ia tampak sangat mencemaskan hazel,aku dan kazuma pergi untuk mencari beberapa makanan.
Maeda pov end
Semua tampak gelap,ada rasa perih yang menusuk di pergelangan tanganku,apa aku sudah mati,aku benar benar payah,aku menyerah pada hidupku,aku tak pernah berurusan dengan cinta,kepayahanku memang sialan,menemukan cinta dalam waktu 3 minggu memang mustahil bagiku,mengharapkan akira yang masih belum pasti,menyukai Dae dalam diam,dan memikirkan perjodohan dengan darren benar benar membuatku tersiksa,aku sama sekali tidak menyukai darren,si angkuh yang hanya menilai segalanya dengan materi itu benar benar tak sejalan denganku,di jodohkan dengannya jelas saja bukan hal yang kuinginkan dalam mimpiku sekalipun.
Dalam suasana gelap yang mengurungku itu aku mendengar suara orang yang tak asing bagiku
" Hazel...bangunlah,gomene,aku memang tak berguna,maafkan aku karna sudah memeberimu ide gila soal akira,bukalah matamu hazel"
Dae...?apa itu suara Dae,aku merasakan genggaman di jemariku..kurasa itu bukan tangan malaikat maut,genggamannya hangat sekali.
"Dae.."
"hemmm...Hazel kau mendengarku Hazel...aku disini,bangunlah"
"Dae,ak-"
"Diamlah aku akan memanggil dokter"
ia menekan tombol panggilan dokter dengan cepat,cahaya lampu menusuk retinaku,aku mengerjap beberapa kali,mataku mulai menyesuaikan dan mulai menatap satu persatu wajah wajah di hadapanku,tentu saja Dae yang kulihat pertama kali,kemudian,Maeda dan Kazuma.
"Gomene.."
Airmataku meluncur tanpa aba aba,tatapan mereka membuatku merasa jahat.
"Apa yang kau katakan gadis manis,kau tak perlu minta maaf,lihatt aku membawa makanan kesuakaanmu"
Kazuma masih seperti biasa dia ramah dan baik,maeda tak berkata apapun dia hanya tersenyum sambil menahan airmatanya aku tau yang ia pikirkan aku memang teman yang merepotkan,dan Dae mengunci rapat mulutnya,hanya jemarinya yang bergerak mengusap air mataku,tatapannya sulit kuartikan,tapi hatiku menghangat seketika.