"Dari info yang gue dapat, Agnes itu belum pernah punya pacar setelah kejadian itu."
Reyhan mendongak, sejak melihat Agnes dekat dengan Raka dan melihat perubahan sikap Agnes yang sedikit menjauh darinya, lalu kejadian yang membuat Agnes bahkan tak tersenyum padanya hari ini, Reyhan sedikit lega.
"Lo yakin, Rick?" tanya Reyhan memastikan.
Ricky mengangguk, ia kemudian duduk di atas meja kerja Reyhan. "Gue yakin seratus persen!" tegas Ricky sangat yakin. Pasalnya selama ini ia terus mengawasi Agnes dari jauh dan belum pernah menemukan Agnes bersama pria kecuali teman-teman kuliahnya itu.
"Tapi,"
"Kenapa? Lo cemburu," sela Ricky tersenyum meledek. "Emang lo punya hak?" ledek Ricky.
"Rick!!" ketus Reyhan menatap Ricky tajam lalu tak lama ia menggebrak meja dan bangkit dari duduknya menuju jendela.
"Lo keterlaluan sih, Rey!!! Coba lo pikir, emangnya setelah kejadian hari ini, Agnes bakalan baik-baik aja sama lo!"
Reyhan membalik badannya. "Terus gue harus gimana? Gue refleks tadi gara-gara Keisya!"
Ricky menghembuskan nafas jengah. "Keisya lagi, Keisya lagi. Kenapa sih? Setiap kali lo marah, yang jadi penyebab pasti Keisya! Padahal jelas-jelas lo yang salah nggak bisa ngontrol emosi!"
"Nggak usah bahas itu! Sekarang kasih tau gue, gue harus gimana ke Agnes?"
Ricky menghendikkan bahunya acuh, ia tahu harus bagaimana memberi saran pada Reyhan tapi kali ini ia malas. Reyhan yang keras kepala itu selalu berusaha menangani semua dengan caranya tanpa berpikir panjang.
"Sekarang lo pikir aja! Harusnya kalo Agnes sayang sama lo ... dia nggak akan marah," seru Ricky lalu keluar dari ruang kerja Reyhan.
"Ck! Bukannya ngasih solusi malah nambah pikiran!" decak Reyhan.
*****
"Ekhmmm," seru Agnes melihat Reyhan yang melamun.
Reyhan menoleh tanpa merespon Agnes, ia hanya menatap wajah Agnes dalam. Mata coklatnya menyusuri setiap lekuk wajah Agnes yang telah lama tak ia lihat.
"Sya, seandainya waktu bisa ku ulang, ingin rasanya aku memperbaiki semua agar pertemuan kita tidak jadi seperti ini," batin Reyhan.
"Ekhmm!" dehem Agnes lagi.
Reyhan mengerjap, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain begitu pun dengan Agnes. Mereka menutupi perasaannya masing-masing terutama Agnes yang menjadi ekstra berbunga-bunga karena tatapan Reyhan yang begitu lembut dan menenangkan.
"Jantungku berdegup kencang, rasanya sama seperti pertama kali Rey menatapku waktu itu," batin Agnes sambil mengulum senyumnya.
Setalah itu tidak ada percakapan yang terjadi. Suasana hening terjadi, baik Agnes maupun Rey tak satu pun berniat membuka percakapan karena rasa canggung yang melanda diri masing-masing. Sesekali Agnes atau Rey hanya saling melirik dan menjadi salah tingkah jika tertangkap basah saling lirik.
Ceklek!
Reyhan membuka pintu ruangan Agnes. "Aku ke kantin dulu ya beli makan, kamu pasti belum makan kan? Kamu tunggu di sini!" Rey menyuruh Agnes duduk di sofa.
"Tapi Rey, aku ..."
"Nggak ada tapi-tapi, Sya. Aku tau kamu pasti belum sarapan!" tegas Rey ingin beranjak namun tangan Agnes menahan dirinya.
"Aku belum lapar Rey, nanti saja ...," ujar Agnes datar tanpa ekspresi.
"Nggak Agnesya Margaretha Christin! Kamu harus makan!! Nggak boleh nolak, disuruh makan doang susah ... udah jangan membantah tunggu bentar." Rey pun beranjak meninggalkan Agnes di ruangannya dengan wajah ditekuk kesal.
Setelah pintu tertutup, Agnes menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memijat pelipisnya yang masih terasa pusing. Baginya dari sekian banyak operasi inilah operasi paling menguras tenaganya, bayangkan saja ia mengoperasi ibu dari orang yang ia cintai, tentu saja menjadi beban mental tersendiri baginya.
Di sela-sela sedang mengistirahatkan dirinya tiba-tiba Agnes tersenyum malu-malu mengingat yang terjadi barusan. Ia menopang wajah dengan kedua tangan, matanya menutup dengan senyum yang dikulum.
"Tenang Agnes, jangan sampai Reyhan lihat kamu kesenangan kaya gini," ujar Agnes pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju kursi kebesarannya.
Lekukan manis yang mengukir indah di bibir Agnes nampaknya enggan memudar hingga membuat dirinya gelagapan saat mendengar langkah kaki dan suara pintu.
"Makanan datang," riang Rey membuka pintu ruang kerja Agnes.
Agnes sempat menelungkupkan wajahnya di meja sesaat sebelum Reyhan masuk. Ia berpura-pura lesu dan tak suka dengan keberadaan Reyhan.
"Sya, ayok makan dulu!"
Agnes mendongkak lesu. "Iya gue makan. Sekarang kamu balik ke ruangan tante aja, kan aku udah di sini ... ntar dicariin lagi, nganter aku doang lama banget," ujar Agnes datar tanpa nada sedikitpun hingga membuat Reyhan bingung dengan maksudnya.
"Kamu makan dulu, Sya ... baru nanti aku balik," Rey duduk tepat di depan Agnes.
Agnes mendengus sebal rencananya untuk mengusir Reyhan dan memakan makanannya nanti, gagal. "Iya ini mau makan," saut Agnes sambil membuka kotak nasi di hadapannya. "Kamu balik aja sana ... ntar pacarmu nyariin lagi, repot."
"Makan dulu Agnes, makan!"
Agnes menyuapkan makanannya kemulut Reyhan tak santai, lelaki itu sampai membelalakkan matanya karena kaget dengan tindakan Agnes yang tanpa aba-aba.
"Tuh makan, udah kan! sana balik," decak Agnes sebal.
Rey mengunyah makanan di mulutnya. "Bukan aku yang makan, Sya. Tapi kamu!" decak Rey gemas dengan kelakuan Agnes yang malah menyuapi dirinya.
"Eh, iya lupa gue,"ujar Agnes tanpa rasa bersalah lalu menyuapi dirinya sendiri. "Tuh! gue udah makan, puas Reyhan? Sekarang balik gih ... entar aku dikirain nyulik kumbang got lagi," celetuk Agnes segaja menggunakan 'Kumbang got' sebagaimana Agnes sering meledeknya dulu.
"Bentar, sebelum aku ke ruangan mama ... Aku mau nanya sesuatu sama kamu," kata Reyhan tiba-tiba berubah serius, ia menatap Agnes dalam dan lama.
Agnes mengerutkan keningnya bingung, sesaat kemudian Agnes mengangguk dan bertanya, "Kenapa?"
Tubuh Agnes kaku untuk sesaat ketika tangan Reyhan terulur mengusap kening Agnes di mana luka karena meja kemarin ada.
"Apa ini sakit?" tanya Reyhan terlihat khawatir.
Agnes mencebikkan bibirnya sambil mengangguk. "Sakit, tapi ya udahlah ya," saut Agnes mengalihkan pandangannya ke arah lain hingga tangan Reyhan dikeningnya terlepas.
"Maafin aku ya, Sya. Aku nggak bermaksud," sesal Reyhan dengan tatapan yang sulit diartikan, sorot matanya begitu sendu.
Agnes menoleh, ia terlihat bingung dengan tatapan yang diberikan oleh Reyhan. "Aku semakin bingung dengan kamu, Rey! Apa yang sebenarnya kamu inginkan kenapa sorot matamu ...,"
Agnes menghela nafas. "Sudahlah, aku tahu kamu nggak sengaja," tandas Agnes memalingkan wajahnya tak ingin melihat Reyhan dan membuatnya salah paham dengan pemikirannya sendiri.
Reyhan menghela nafas panjang. "Ya udah, kamu makan yang banyak ya! Aku tinggal dulu," Rey mengecup puncak kepala Agnes.
"Yakkkkkk! Reyhan!!!" teriak Agnes tak terima dengan perlakuan Reyhan yang selalu berhasil membuatnya salah tingkah.
Agnes seketika memegangi pipi yang bersemu merah karena kecupan di keningnya. Lagi-lagi, ukiran melengkung hinggap di bibir Agnes dan enggan pergi.
Sementara itu, Reyhan berlalu dari hadapan Agnes sambil tersenyum menang. Ia meninggalkan Agnes dengan segala keterpakuan dan kesalahan tingkahannya.
"Maaf jika membuatmu semakin bingung denganku, Sya. Tapi, aku juga tidak bisa mengontrol perasaanku saat di dekatmu," gumam Reyhan pelan.
Di sisi lain, Agnes bahkan mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya kesadarannya kembali.
"Yak! Curang sekali dia! Berani mengecupku sembarangan, bagaimana jika aku baper berlebihan dasar kumbang utan."
"Aishhhh!" decak Agnes gelisah kesenangan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, benar-benar salah tingkah dibuatnya.
******
CONTINUE ...