Chereads / HEY, YOU! / Chapter 28 - AGNES DITERROR

Chapter 28 - AGNES DITERROR

"Reyhan! Ngapain?" tanya Agnes terkejut dengan kehadiran Agnes yang tiba-tiba berada di depannya.

"Nganterin makanan buat kamu, aku tahu kamu belum makan, Kan?" ujar Reyhan dengan cueknya duduk di hadapannya Agnes.

Agnes menjepit kedua bibir ke dalam sambil menutup matanya. "Ya ampun, apa Reyhan dengar ucapan gue tadi?" batin Agnes.

Betapa malu dirinya jika Reyhan benar-benar mendengar apa yang ia ucapkan barusan.

"Udah, nggak usah mikirin apa-apa! Aku nggak denger apa-apa kok! Mending sekarang kamu makan, mumpung masih hangat," terang Reyhan datar tanpa menatap Agnes.

Agnes mencebikkan bibirnya, menyipitkan mata sambil menatap Reyhan tajam dan lama. "Kamu bilang nggak denger tapi ngomongnya gitu! Kamu denger kan?" terka Agnes.

"Nggak aku nggak denger apa-apa," sanggah Reyhan menggelengkan kepalanya menghindari tatapan Agnes.

Tatapan Agnes yang satu itu, sejak dulu selalu membuat jantungnya berdebar tak karuan, seperti sedang lari maraton. Ia selalu dibuat salah tingkah jika Agnes mengeluarkan jurus tatapannya itu.

"Yakin," ujar Agnes menaikkan alisnya. "Ah, kamu mah! Pasti kamu denger kan?" rengek Agnes mencebikkan bibirnya manja.

Jurus jitu yang membuat Reyhan selalu merasa gemas setiap kali Agnes menunjukkan itu padanya. Agnes yang tak sengaja bersikap manja pun merasa malu sendiri. Sejak pertemuan mereka, Agnes selalu berusaha sok cool dan terlihat biasa saja. Namun, entah kenapa kali ini ... ia melakukan itu.

"Iya, aku denger," ujar Reyhan pasrah.

"Tuh kan!" decak Agnes menatap Reyhan sebal.

"Ya udah sih, nggak apa-apa! Emangnya kenapa kalo kamu pengen aku di sini, aku tahu kok niatmu pengen aku di sini karena apa!" ujar Reyhan pasrah, raut wajahnya tak lagi datar namun lebih kepada khawatir pada dirinya sendiri.

"Emang karena apa coba?" tanya Agnes menaikkan sebelah alisnya, penasaran dengan jawaban Reyhan.

Reyhan menoleh pada Agnes sejenak lalu menghela nafas panjang. "Kamu cuma mau jadiin aku bahan pelampiasan kekesalan, seperti biasanya, Kan?" ujar Reyhan benar-benar pasrah.

Mata Agnes sontak membelalak kaget, ia tidak menyangka Reyhan akan mengatakan itu. Namun, tidak salah jika Reyhan berpikiran begitu karena sejak dulu, setiap kali ada masalah atau sedang galau, Agnes akan mengerjai Reyhan untuk melampiaskan kekesalannya.

Agnes nyengir, ia menggaruk tekuk yang tak gatal. "Tau aja," ucap Agnes lalu mengulurkan tangannya mengacak-acak pipi Reyhan gemas.

"Ya ampun, jantung gue kenapa deg degan gini sih ... norak banget Agnes!" batin Agnes gemas pada dirinya sendiri. Niat awal hanya ingin membuat Reyhan tidak curiga tentang dirinya yang menginginkan Reyhan ada di sini, malah membuat hatinya tak karuan.

Sementara Reyhan, ia terlihat pasrah sambil tersenyum dan meladeni Agnes yang mengacak-acak pipinya.

"Pipi yang diacak-acak, kenapa hati gue yang berantakan?" batin Reyhan.

*****

Lulu dan Amanda menghentikan langkahnya tepat di depan jendela ruangan Agnes. Niat awal mereka untuk mengajak Agnes ke kantin, mereka urungnya.

Cukup lama mereka berdiam, memperhatikan Agnes yang sedang bercanda dengan Reyhan. Senyum di bibir Lulu dan Amanda pun terukir, melihat sahabatnya kini kembali tersenyum.

"Sudah lama ya, nggak liat Agnes senyum selepas ini," ucap Lulu tanpa mengalihkan pandangannya pada Agnes.

Amanda mengangguk. "Iya, gue seneng lihat dia bisa bahagia kaya gini lagi ... dan nggak perlu pura-pura bahagia lagi," imbuh Amanda setuju.

Sejak tujuh tahun yang lalu, setelah kejadian itu. Agnes hidup dengan kepura-puraan, dihadapan kedua sahabatnya itu saja Agnes selalu menutupi kesedihannya dibalik topeng wanita cantik yang selalu tersenyum.

"Tapi, aku takut, Man."

Amanda sontak menoleh pada Lulu, kerutan keningnya menunjukkan rasa bingungnya atas ucapan Lulu.

"Takut, maksudnya takut kenapa?" tanya Amanda tak paham, ia mengalihkan lagi pandangan pada Agnes dan Reyhan. "Itu, Agnes kelihatan bahagia banget. Nggak seperti biasanya? Terus yang lo takutkan apa?"

Lulu menghela nafas panjang. "Bukan itu."

"Terus apa?" tanya Amanda menoleh bingung.

Lulu beralih duduk di kursi panjang di depan ruangan Agnes. "Sini, aku kasih tahu."

Amanda pun menyusul Lulu duduk di sana dengan ekspresi wajah yang masih bingung. "Kenapa?"

Lagi, Lulu menghembuskan nafas panjang. "Man, lo ingat kan, sejak kebakaran waktu itu Reyhan menghilang sampai ngebuat Agnes kaya gini," ujar Lulu.

Amanda mengangguk lalu menggeleng bersamaan. "Aku tahu, tapi aku nggak paham maksudmu apa?"

Lulu terlihat tertekan menghadapi sahabatnya yang terlampau pintar ini. "Huh!" ia menghela nafas panjang. "Coba lo bayangkan gimana kalo Agnes tahu kita nyembunyiin kebenaran tentang Reyhan dari dia?"

Amanda mengangguk. "Astaga, iya lagi!" saut Amanda kaget. Ia benar-benar lupa kalau mereka menyembunyikan kebenaran ini dari Agnes sejak beberapa tahun yang lalu. "Gimana dong? Apa kita bilang aja sama Agnes cerita yang sebenarnya."

Lulu menunduk, ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. "Pengennya sih gitu, tapi apa kamu yakin dia bakalan baik-baik aja kalo kita kasih tahu hal ini?"

Amanda menutup matanya, ia menghela nafas panjang. "Iya juga ya!" ucap Amanda terdiam beberapa saat. "Gimana kalo kita bilang sama tante aja?" usul Amanda.

Lulu nampak berpikir, beberapa saat ia terdiam sebelum akhirnya mengangguk. "Bisa juga, gimana kalo kita nanti malam nginap tempat Agnes?" usul Lulu langsung diangguki oleh Amanda.

Setelah itu, Mereka kembali melihat ke dalam. Dimana Agnes dan Reyhan masih tertawa bahagia bersama. Senyum pun mengukir di wajah kedua orang itu, rasa bahagia yang Agnes rasakan rasanya juga sampai di hati ke dua sahabatnya itu.

"Semoga Agnes baik-baik aja ya dan om bisa segera tahu siapa pelaku dari teror yang membahayakan Agnes tujuh tahun lalu."

Amanda mengangguk. Setelah cukup lama, ia dan Lulu memutuskan pergi ke kantin tanpa Agnes. Mereka membiarkan Agnes bersama pujaan hatinya.

*****

"Aku balik ke ruangan mama dulu ya," ujar Reyhan setelah suasana hening yang tercipta karena keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Agnes menoleh lalu mengangguk. "Iya, aku juga mau visit pasien," saut Agnes tersenyum manis.

Senyuman yang membuat Reyhan berkali-kali memutuskan untuk menemui Agnes meskipun akhirnya tidak jadi ia lakukan. Keselamatan wanita yang mengisi lebih dari separuh hatinya sejak lama itu tidak mungkin ia pertaruhan hanya demi kerinduan yang tidak bisa ia pendam.

"Kamu jangan sedih lagi, kan aku udah di sini! Kalo ada apa-apa atau butuh sesuatu, kamu masih ingat kan harus kemana?" pesan Reyhan sambil mengusap-usap kepala Agnes yang sejak beberapa saat yang lalu di sisinya.

Agnes mengangguk, ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Rasanya otaknya terlalu penuh untuk memikirkan respon lain, selain tersenyum manis pada Reyhan.

"Ditanyain malah senyum-senyum doang, dasar!" rajuk Reyhan mencubit gemas hidung Agnes. "I love you!" gumam Reyhan dalam hatinya.

"Ih Reyhan, sakit!" ringis Agnes mengusap-usap hidungnya. Ekspresi wajah dengan bibir mengerucut beberapa senti dan tatapan manja membuat Reyhan benar-benar tak tahan lebih lama di sana.

"Iya, maaf! Ya udah, aku ke tempat mama dulu," pamit Reyhan.

"Ya udah, bareng! Aku sekalian keluar visit."

Agnes meraih beberapa alat yang ia gunakan untuk visit. Lalu mereka berjalan keluar bersamaan, tiba di depan meja Anna, Agnes berhenti.

"Anna, ayo visit pasien."

"Baik, Dok," jawab Anna lalu sesegera mungkin menyusul langkah Agnes.

Sepanjang jalan, Anna seperti nyamuk yang mengganggu sepasang kekasih namun ia tetap tersenyum, bagaimana melihat dokter kesayangannya itu bahagia.

"Aku duluan ya," ucap Reyhan saat tiba di depan ruangan Karina.

Agnes tersenyum manja sambil mengangguk. "Iya."

"Manisnya," gumam Anna lalu mengulum senyumnya, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sekitar. Tak sengaja matanya menangkap sosok berpakaian rapi namun nampak mencurigakan sedang memperhatikan mereka dari ujung lorong.

"Siapa?" batin Anna lalu menoleh pada Reyhan dan Agnes bergantian.

"Kamu semangat ya," pesan Reyhan sambil mengacak-acak rambut Agnes. Ia tidak bisa mengontrol Perasaannya terhadap Agnes, bahkan ia tidak bisa menahan diri untuk bersikap manis pada Agnes.

Agnes yang semula tersenyum, memanyunkan bibirnya sebal karena Reyhan mengacak-acak rambutnya.

"Reyhan," protes Agnes menjauhkan kepala agar tidak semakin berantakan.

"Iya, ya udah. Bye," ucap Reyhan sambil terkekeh senang. Ia kemudian meninggalkan Agnes masuk ke dalam ruangannya.

Sepeninggal Reyhan, Agnes senyum-senyum sendiri. Nampak jelas raut bahagia di wajah Agnes, hingga membuat Anna turut mengulum senyumnya bahagia.

"Ekhm, ekhm...," goda Anna terkekeh.

Agnes yang terlihat malu dan salah tingkah melirik Anna sekilas, ia lupa bahwa di sana ada Anna. Agnes pun langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Anna yang tertawa kecil.

"Dokter Agnes ... Awasss!!!"

*****

CONTINUE....

Terima kasih.