"Sejak saat itu, aku tidak pernah melihat Ryuga. Sampai aku benar-benar terkejut, ketika acara reuni kemarin. Aku yakin kau begitu, jeli untuk melihat aurat permusuhan kami!" ujar Erick setelah bercerita panjang lebar, kemudian menatap raut wajah Ansel yang hanya diam.
Malam semakin larut, sekarang Ansel tau kenapa dirinya lebih membenci Ryuga dibanding Erick. Ansel mendecih pelan menatap tajam Erick, tetapi tidak setajam ketika dirinya pertama kali mengenal sosok Erick.
"Kau tidak bermaksud untuk merebutnya dariku bukan?"Erick mendengus pelan, dirinya benar-benar merasa ingin sekali mengundang jiwa Arini untuk menghajar laki-laki di depannya. Apa dirinya serendah itu hingga harus merebut Alesta dari Ansel?
"Bukankah, aku sudah mengatakan hal ini berulang kali? Buang pikiranmu itu, satu-satunya yang aku lakukan hanyalah ingin menyingkirkan laki-laki bedebah itu!" ujar Erick dengan begitu berapi-api.