Saat ini Bening mengharapkan dimana akan apa yang ada satu-satunya cara telah berusaha mencari cara agar tidak tertekan karena sudah kepikiran jika mengenai perjodohan dengan seorang laki-laki masa kecilnya benar membuatkan tak nyaman membuka pintu malam-malam, dirinya mencoba untuk membuka sebuah pintu itu tiba saja melihat bodyguardnya telah termenung di depan taman.
Melihat keberadaan wajahnya yang cukup begitu tidak mengenakan akhirnya telah dipilih untuk tidak tinggal diam hingga hadirnya dia mulai melakukan tindakan dimana menjengkelkan, akan tetapi mengenai ini Tirta nampak berdiam saja dan tanpa memberikan sebuah pembalasan.
Perempuan yang dianggap cukup killer suka mengatur maupun garang bisa membuatkan tertawa namun sebentar saja keadaan tersebut kembali berubah mereka berdua tiba saja mendapatkan sebuah kemarahan dari papa Leo yang meminta masuk ke dalam kamar masing-masing.
"Apa yang kalian di luar, apa kalian tidak tahu jika ini sudah malam? Kalau bercanda boleh saja tapi lihat waktu juga dong jangan sembarangan."
Bening bersikap tak acuh akan ini hingga hadirnya adalah mengenai satu-satunya cara yaitu masuk ke dalam kamar lalu memastikan apakah orang tuanya sudah begitu terlelap atau belum, perempuan yang terkenal sangat nakal itu tiba saja membawa anak kunci mobil dan melemparkan ke arah Tirta mengarahkan dimana mengajak keluar yang jelas tidak ingin diketahui oleh papa Leo.
"Kita mau ke mana?" Tanya Tirta yang bersiap menyalakan kendaraan itu.
"Sudah kita jalan dulu saja dan aku gak mungkin dong jika mengenai keluar sendiri lagian juga kamu di sini untuk menjaga aku."
"Iya boss, iya. Jangan marah terus nanti tambah tua loh."
"Dasar bodyguard resek!"
Mobil itu pun keluar dari rumah menuju ke sebuah perjalanan yang cukup bingung boss killer telah mengambilkan dimana menyuruh berhenti di sebuah apartemen yang pernah diberikan papa Leo untuk dirinya jelas-jelas sejatinya sangat cukup mengambilkan kesempatan untuk bertanya lebih banyak mengenai seorang laki-laki yang begitu ingin diambilkan ganti peran penting tentunya.
Menempatkan mobil itu lalu menuju ke sebuah lantai tujuh belas membuatkan diri Bening langsung menggandeng hingga masuk ke dalam lift maupun keluarnya juga, memulihkan pemikirannya dirinya sudah menghubungi beberapa prang di sana untuk mendesain kamar itu sesuai dengan keinginannya yang jelas bukan seperti biasanya.
Ruangan yang khusus telah cukup cantik dengan sebuah suguhan makanan maupun juga dekorasi mewah lengkap adanya, sementara Tirta masih kebingungan akan apa yang nantinya dilakukan seorang perempuan boss killer yang selalu memberikan sebuah tindakan tak terduga membuatnya hanya menggaruk tangannya.
Boss killer itu pun menariknya lalu meminta duduk di kursi yang sudah dipersiapkan namun ia sendiri masih bingung bagaimana menjejaskan kepada orang di hadapannya dan terus saja meminta mengharapkan hatinya tenang tapi tetap saja berbeda jalannya, Tirta pun sendiri hingga mengharapkan dimana mau disuapi tapi kejelasan aslinya keduanya hanya melemparkan satu demi satunya dalam tertawa maupun juga mengenai malu-malu sendiri.
"Sudah boss gak usah mikir banyak-banyak, apa boss ini telah memikirkan cara romantis? Sini saya ajarkan."
"Enggak usah meledek tapi yang jelas memberikan ini hanya sebagai tanda ucapan terima kasih saja kau menolongku dan satu lagi aku sama sekali tidak memiliki perasaan sama kamu."
"Iya, iya udah gak usah banyak ngomong deh sekarang dan yang jelas sekarang sini aku suapin dulu. Aku mengharapkan boss killer tetap saja harus tenang dan jangan banyak pikiran, slow boss."
Sudah membuatkan dimana mereka berdua akhirnya telah mengharapkan dimana Bening benar-benar membuka mulut karena disuapi bodyguardnya hingga sama sekali tak terasa malu namun tetap dirinya berusaha semaksimal mungkin untuk mencoba membicarakan dalam usahanya mengenai tujuan awal, akan tetapi tiba saja dia merasa mual karena kehamilannya yang kian lama akan bertumbuh dan terlihat tentunya hingga hadirnya jika mengenai ini kesulitan sendiri.
"Kalau mual mending kamu makan terus kita pulang dan istirahat, ya aku bukannya apa tapi ya begini semuanya aku melakukan ini adalah mengenai bos maupun anak buah bukan hal lainnya."
"Iya makasih, tapi sekarang yang paling penting kita makan dulu."
Mengambilkan makan bersama tiba saja Bening menyeletuk bahwa dirinya begitu ingin bermalam di apartemen daripada harus pulang, akan tetapi bagaimana jika mengenai Tirta yang jelas-jelas tak mungkin satu kamar hingga hadirnya adalah mengenai bingung sendiri berulang kali makanan sama sekali tak disuapi dalam mulutnya dan hanya saja mengarahkan meminta anak kunci.
"Kalau kamu mau tinggal di sini gak masalah dan aku biar tidur di mobil saja, ya mana kuncinya?"
"Sudah gampang makan aja dulu dan gak usah banyak pikiran, ya yang aku lihat kamu sendiri yang banyak beban sepertinya malahan."
"Tidak ada, tidak ada sama sekali dan sekarang paling penting adalah mengenai makan kata kamu."
"Baiklah aku sudah mengatakannya dan seperti dengan sebuah perintah yang harus dijalankan mau tidak mau harus mau."
Usai melakukan makan bersama membuatkan Tirta meminta anak kunci hingga hadirnya juga Bening masuk ke dalam kamarnya, mereka berdua pun saling berpisah satu sama lain tapi apa yang membuatkan adalah mengenai perempuan itu jelas tidak tega dan ketika laki-laki hendak pergi dari sana yang ada malah menarik hingga membuatkan masuk ke dalam kamar lalu dikunci cukup rapat-rapat yang juga jelas membuatkan kesakitan pada kaki bodyguard resek itu tentunya.
Tirta sama sekali tidak marah hanya saja dirinya kesal karena merasa sangat capek meski satu demi satunya tetap berusaha semaksimal mungkin untuk bangkit berdiri, Bening yang berada di sampingnya itu pun mengangkatnya dan meminta tolong agar malam ini sama sekali tak usah keluar dan membantunya memijat pada kaki maupun juga kepalanya.
Laki-laki itu tegang karena cukup mengarahkan dimana tidak mau menuruti yang bisa membuatkan pikirannya sendiri bisa saja jahat, akan tetapi Tirta jelas mengungkapkan dengan cara jujurnya tanpa harus ditutupi lagi siapa sangka jika perempuan tersebut justru merayunya berulang kali hingga membuatkan benar-benar meleleh dan terbaring di atas kasur sekarang.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Sudah deh aku hanya ingin mengurut kaki kamu sebentar, tapi aku mau keluar tiba saja mau minum orange juice."
"Biarkan aku saja, ya lagian juga aku gak ngapa-ngapain."
"Sudah deh kamu gak usah macam-macam, sekarang kamu tiduran di sini aku mau keluar sebentar dan ingat baik-baik gak usah pergi dan ke mana-mana."
"Iya, iya tenang saja ya aku gak akan ke mana-mana tapi kamu sendiri juga gak usah aneh-aneh."
"Udah kamu gak usah parno sendiri sekarang aku mau keluar dan pesan minuman, kamu mau?"
"Boleh tapi aku jus apel aja gak usah dikasih gula intinya."
"Oke."