Bertemunya dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak dirinya sukai hanya mengantarkan Tirta tidak tanggung-tanggung membalaskan dalam sanggahan ungkapan demi ungkapan yang dilemparkan terus menerus namun tentu saja sang bodyguard tidak ingin melakukan pembalasan ketika boss killer mengarahkan datang menghampiri.
Bara sejatinya menantang laki-laki itu tapi dengan kembali sebuah ancaman masih bisa dirinya manfaatkan tentu saja mengenai perebutan kemenangan membuatkan hanya mereka berdua saja yang tahu, Bening datang tepat waktu seakan mengetahui bahwa tidak akan lama dirinya harus bisa menghentikan ancaman dari pacarnya.
"(Sial, kenapa sih Bara pakai acara barengan pas aku syuting begini? Ah entahlah, kapan ya aku segera keluar dari tekananan itu dan jujur aku paling muak akan semuanya.)" Kesal Bening yang hanya memandang pacarnya kali ini jauh biasa saja dibandingkan sebelumnya.
"Oh ternyata di lokasi syuting, aku pikir ke mana. Oh ya lusa aku akan ada acara party, ya banyak orang tahunya kamu pacarku dan jangan sampai kamu tidak datang. Ingat, jangan kau ajak kacung murahan seperti dia! Ha ha ha ha."
Tirta sebenarnya begitu ingin langsung menghabisi laki-laki yang selalu menggeretak ke arah perempuan jelas bertolak belakang dengan karakter dirinya yang meskipun melindungi perempuan di balik profesi sejatinya kelembutan ada pada diri pribadinya, sementara Bening yang tidak mau berurusan sangat panjang akhirnya telah memilihkan dimana menyetujui dan menanyakan waktu maupun tempat tentunya.
Semua yang sudah dibicarakan itu membuatkan dimana adalah Bening akan dibawa ke rumah sakit namun dirinya telah menolak dan hanya ingin pulang ke rumah sesusai dengan pengharapan papa Leo tentunya, akan tetapi dikarenakan juga sedang mengidam tiba saja mengarahkan menuju ke sebuah mall untuk membeli beberapa perlengkapan make up maupun juga baju yang tentunya harga tidak main-main.
Sejatinya ini adalah kali pertama bagi seorang bodyguard masuk ke sana hingga satu-satu hal memalukan adalah ketika dirinya sama sekali tidak tahu bawa mengenai lantai berjalan membuatnya sangat takut, boss killer hanya dibuatkan tertawa terbahak-bahak sedari tadi meski sebelumnya perempuan itu sejatinya sangat kaku ketika tertawa karna kegarangan tapi sekarang justru terlihat bahagia lepas tentunya berkat Tirta.
"Sumpah, kamu ini ditemuin di mana sih sama papa aku? Jangan-jangan kamu ditemukan di desa ya, masak iya kamu belum pernah naik ini? Astaga ini bukan dikendalikan setan lagi, ha ha ha dasar receh banget sumpah. Udah, udah sekarang kamu pegangan aku nanti kita naik pakai ini turun juga tentunya."
"Tapi ini enggak bawa kita terbang kan? Sumpah aku takut banget ketinggian, aku bisa mati nanti."
"Sudahlah kamu enggak usah banyak bicara dan sekarang yang paling penting adalah kamu pegangan aku, sudah yakin aja semuanya tidak akan jatuh."
"He he he, iya."
Ehe ehe ehe, buruan pegangan!"
Mereka berdua pun saling berpegangan tangan tetapi hadirnya sang bodyguard resek itu benar-benar ketakutan hingga seluruh tubuh sangat dingin membuatnya seperti tak tahu sekeliling dan tiba saja langsung pingsan, Bening yang di sampingnya sangat khawatir telah meminta tolong ke orang lain untuk membawa menuju ke rumah sakit tapi tiba dimana dalam mobil yang ada sudah siuman lagi dan memeluk erat seorang perempuan di depannya.
Laki-laki itu benar-benar tidak mau mengenal lantai lift karena dirinya akan merasa sangat tinggi lalu jatuh hingga mencoba memutuskan kemana saja Bening tak akan mengikuti jika arahnya adalah benda itu, akan tetapi Bening sendiri berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan kepadanya akan fungsi maupun lainnya dan tetap pendiriannya sama sekali tidak bisa diubah hingga ingin memutuskan kontrak apabila dirinya akan mendapati alat itu lagi.
Dikarenakan sangat begitu takut akhirnya Bening diminta untuk mencari baju maupun perlengkapan make up memutar arah hingga hadirnya harus naik tangga, sementara masalah ini dirinya yang tengah mengandung dan jelas-jelasnya adalah Tirta mau menggendong sebagai ganti enggan menaiki bantalan lift yang cukup begitu menakutkan bagi seorang bodyguard resek itu.
"Tahu enggak, dulu aku itu pernah gendong cowok waktu kecil dan sekali aku gendong kita masuk ke got?"
"Kok bisa sih, lah terus si cowok gimana?"
"Dia jadi trauma air tahu kalau sama cewek, aku juga enggak tahu dia itu sakit atau cuman ketakutan ya?"
"Mungkin dia suka sama kamu tapi enggak berani ngomong, ha ha ya kali gitu bos."
"Sok tahu, dia itu culun banget tahu. Dari kecil itu takut yang namanya air, ya semenjak aku gendong terus masuk got. Tapi ya gitu dia itu gak suka mandi dan jadinya sangat bau tahu, banyak orang juga menghindar karena tidak suka baunya."
"Tapi bos suka sama dia? Ha ha ha, cari aja bos siapa tahu aja jodoh."
"Ah kampret lo, malahan bahas jodoh."
"Ampun, udah udah aku enggak mau ribut. Kita sudah sampai dan mau belanja apa?"
"Lebih baik kamu ikut aku saja, ya takutnya malah nanti kamu nyasar yang repot aku sendiri nungguin kamu."
"Cie perhatian, aduh. Sakit tahu!"
"Biar tahu rasa, salah siapa isengin aku!"
Perempuan itu telah diturunkan dari sebuah gendongan dengan yang terjadi adalah mengenai beberapa langkah Bening justru menggandeng tangan sang bodyguard telah mengarahkan dibalaskan cukup erat, akan tetapi kali pertamanya Tirta diajak malah memandang sebuah baju yang justru terlihat sempurna untuk bosnya tapi karena Bening jauh lebih memilihkan adalah ke tempat lain dirinya mencoba mencari alasan terlebih dahulu.
"Aku mau ke sana, temani ya?"
"Sebentar aku mau angkat telepon dulu, ya kamu duluan aja nanti aku susul kok."
"Oke."
Sang bodyguard itu telah memilihkan untuk beberapa baju yang dipilihkan sekiranya cocok semakin banyak, akan tetapi justru adanya telah memberikan sebuah bentuk jauh lebih feminim karena baginya sebuah keibuan seperti emaknya yang dinilai sangat cocok dilihatkan pada pandangan seorang Tirta tentunya jauh lebih nyaman.
Dia pun tidak bisa berlama-lama hingga hadirnya adalah seperti dirasakan jauh sama dengan emak yang mendapatkan sebuah barang disukai dan bisa membelinya, tapi karena dirinya cukup lama melamun hadirnya Bening justru mengarahkan pemukulan dengan tas cukup keras hingga membuatkan laki-laki yang berdiri justru hampir saja celaka dengan pingsan lagi.
"Elah kau ini malah mengageti aku, tahu enggak kalau nanti aku jantungan terus meninggal siapa yang mau ngejagain kamu?"
"Ya suami aku lah, tapi udah deh enggak usah bilang meninggal segala serem tahu."
"Ngakunya aja boss killer tapi dengar kata meninggal aja takut, aduh."
"Kenapa dada kamu? Ya maaf tadi aku buat kamu jantungan, ya aku tahu masih kaget yang tadi udah sekarang kita ke sana dulu deh ya."