Chereads / My Boyfriend 18 Years Old / Chapter 7 - Antara Hidup Dan Mati

Chapter 7 - Antara Hidup Dan Mati

Terdengar teriakan salah satu pelayan dirumahnya, Elon segera keluar dari kamar Damian begitu juga Barbara keluar dari kamarnya.

" Ada apa...? " ucap Elon dan Barbara bersamaan.

" Tuan nyonya, no... nona Hazel kejang-kejang dikamarnya dan pingsan, " ucap pelayan bernama Salsa.

" APAAA!!! "

Elon dan Barbara segera berlari ke kamar Hazel putrinya.

Saat masuk kedalam kamar, Elon dan Barbara melihat Hazel kejang-kejang merekapun segera menghampiri putrinya dengan wajah pucat.

" Hazel sayang bangun nak, Salsa cepat suruh supir menyiapkan mobil, " teriak Elon panik.

" Baik tuan, " pelayan itupun segera keluar dengan setengah berlari.

Elon segera beranjak pergi mengambil ponsel di dalam kamarnya untuk menelepon temannya yang seorang dokter pribadi keluarga bernama Derry, namun disaat melangkah tanpa sengaja ia menendang sebuah bungkusan kecil, dia pun segera mengambil bungkusan itu, dan mengerutkan keningnya.

" Bungkusan apa ini? " gumamnya.

Ia mencelupkan jari kelingking nya kebubuk dalam bungkusan kecil itu, mencium aroma dan merasakan bubuk itu sedikit, lalu matanya terbelalak tubuh nya gemetar ia berbalik melihat putrinya dengan mata yang sudah merah, tubuhnya jatuh dan bersimpuh dilantai.

" Pa ada apa, cepetan kita harus membawa nya kerumah sakit, pa kenapa?! " tanya Barbara heran dengan prilaku suaminya.

Namun Elon hanya terdiam tak berkutik, Barbara menatap penuh selidik, lalu netranya melihat sebuah bungkusan kecil yang dipegang suaminya.

" Bungkusan apa itu pa, mengapa kau langsung terdiam begitu melihat bungkusan itu? " tanya Barbara cemas.

" Ma, Hazel...pu... putri kita.... , " ucap Elon terjeda.

Tak terasa setitik air jatuh dari mata Elon, melihat hal itu jantung Barbara semakin berdetak kencang, kecemasan menghantui nya.

" Kenapa pa, ada apa dengan putri kita, apa ada kaitannya dengan bungkusan kecil ditanganmu itu? " tanyanya penuh kecemasan.

Belum selesai Elon menjelaskan, tiba-tiba tubuh Hazel kembali kejang-kejang.

" Hazel sayang! pa kita harus segera membawanya kerumah sakit, aku takut putri kita kenapa-kenapa! " teriaknya panik.

Elon pun segera bangkit lalu menggendong putrinya, ia segera berlari keluar.

Didepan teras sebuah mobil alphard sudah menunggu, supirnya bernama Supri segera menggeser pintu belakang mobil saat melihat tuannya keluar.

Elon segera memasukkan putrinya kedalam mobil, istrinya Barbara mengikuti nya di belakang.

" Pa ma, mau kemana? ada apa dengan kakak? " teriak Damian berlari keluar menghampiri kedua orang tuanya.

" Sayang, kamu dirumah sama mba Mia ya, mama papa harus segera membawa kakakmu ke rumah sakit, " ucap Barbara.

" Kakak sakit apa ma kok sampai di bawa kerumah sakit, Dami ikut ya?, " ucap Damian.

" Iya kakak sedang sakit kamu dirumah saja, makan malam ditemani mba Mia ya, setelah itu segera tidur jangan menunggu kami, papa mama mungkin malam ini tidak akan pulang karena harus menemani kakakmu dirumah sakit, " Barbara menjelaskan.

Damian mengangguk kan kepala nya, tanda mengerti.

" Tuan ini ponsel nya, " Salsa menghampiri Elon tergesa-gesa.

" Terimakasih, " ucap Elon lalu mengambil ponselnya.

" Papa mama pergi dulu ya, " pamit Elon.

Mereka berdua pun segera masuk kedalam mobil.

Damian masih berdiri diluar melihat mobil yang membawa ke dua orang tua juga kakaknya itu yang semakin menjauh.

" Tuan kecil ayo masuk, mba temani makan ya, " ucap Mia pengasuh nya.

Damian dan pengasuh nya pun masuk ke dalam lalu menuju ruang makan.

Pengasuh nya pun duduk disebelah nya mengambilkan nasi juga lauk untuk tuan kecilnya.

Damian menatap kursi kosong di sekeliling meja makan dengan sedih, hanya ada dia sendirian di meja cukup besar dan panjang itu, ia menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.

" Bi, aku ingin cepat besar dan tinggi lalu hidup bersama kakak cantik, kata papa kalau mereka tidak ada kakak cantik itu yang akan selalu menemaniku selamanya, sayang sekali aku lupa meminta nomer ponsel nya tadi pagi," ucapnya dengan raut wajah sedih

" Iya tuan kecil, makanya sekarang harus makan yang banyak biar cepet gede, dan kuat," ucap Mia sang pengasuh.

" O ya bi, nanti tolong beritahu asisten papa untuk pesan kan sebuah kalung buatan George Pi*g*t, setelah makan aku akan gambarkan kalung yang aku mau, " ucap Damian.

" Kalung buat siapa tuan kecil, sudah izin sama papa anda belum tuan? karena harga kalung bikinan George Pi*g*t itu sangat mahal, apalagi kalau desain dari tuan sendiri yang pastinya hanya ada 1 didunia, " tanya Mia heran.

" Papa pasti akan menuruti semua keinginan ku tenang saja bi, " ucap Damian santai.

Beberapa menit kemudian Damianpun menyelesaikan makan malamnya, lalu ia mengambil sebuah pensil juga kertas, ia menggambar sebuah kalung, bandulnya berbentuk lingkaran dengan batu permata sapphire ditengahnya berbentuk hati, lalu diberi inisial DL didalamnya.

" DL ini nama siapa tuan kecil?" tanya Mia.

" D itu Damian, dan L itu Lidza nama kakak cantik itu, ini hadiahku untuknya supaya dia selalu ingat dan sabar menungguku mba, " ucap Damian.

" Ya ampun tuan kecil badannya aja yang kecil tapi pikiran dan sifat tuan sudah kayak orang dewasa ya ternyata, masih kecil aja udah romantis begini gimana kalau udah dewasa nanti, semua wanita bisa klepek-klepek dah, " ledek Mia pengasuh nya sembari tertawa kecil.

Mendengar ucapan pengasuh nya, pipi Damian pun berubah merona.

" Ish bibi ih, ledekin Dami aja, " ucapnya tersipu malu.

Melihat tuan kecilnya tersipu malu, pengasuh nya pun semakin tergelak.

" Bibi jadi penasaran, siapa gadis beruntung itu yang bisa menaklukan tuan kecilku yang dingin dan cuek ini, " ledek Mia lagi.

Wajah Damian semakin merah dibuatnya.

" Bibi jangan ledekin aku terus ish aku mau tidur ajalah, good night bi, " ucap Damian lalu segera beranjak pergi kekamarnya.

Skip

Sementara itu di ruang IGD, Elon dan Barbara menunggu dengan gusar, tak lama keluarlah Derry teman sekaligus dokter pribadi keluarga nya.

" Gimana dengan putriku Der? " tanya Elon.

" Putrimu overdosis, hampir saja nyawanya melayang karena narkoba, benda itu sudah menimbulkan berbagai penyakit lainnya yang telah menjalar ditubuhnya, seperti nya dia sudah lama memakai kembali narkoba setelah rehabilitasi pertama nya," Derry menjelaskan.

" Apa, jadi benar putriku kembali memakai benda terkutuk itu?, " ucap Elon tangannya mengacak-acak rambutnya gusar.

" Astga Hazeeel, kenapa kamu seperti ini lagi sayang, hiks... hiks, " tangis Barbara pun pecah.

Tubuh Barbara gemetar ia pun jatuh terduduk sembari memegang dadanya yang terasa sesak.

Elon memeluk, dan menepuk lembut punggung istrinya, air matanya pun turut menetes.

" Mengapa keluarga kita jadi seperti ini pa, hiks! mungkin ini hukuman untuk ku seorang ibu yang tidak berguna, selama ini lebih mementingkan karir ku daripada putra putri kita, hiks... hiks, " Barbara menangis tersedu-sedu.

Elon hanya bisa memeluk istrinya dia pun bingung harus berbuat apa, hatinya serasa hancur ia merasa menjadi seorang ayah yang buruk, karirnya memang melejit namun kehidupan keluarga nya begitu menyedihkan.

" Elon, lebih baik kau membawa Hazel ke Amerika biar Mark yang mengurus putra dan juga putrimu, saran ku kau dan Barbara harus terus berada disisi keduanya sampai mereka benar-benar pulih, kalau putrimu sampai terjerumus lagi untuk ke 3x nya nyawa putrimu tak kan bisa tertolong lagi, " Derry memberi nasihat ke sahabat nya itu.

" Baiklah terima kasih Der, besok aku akan segera membawa keluarga ku ke Amerika untuk berobat, " ucap Elon.

" Tenangkan hatimu dan banyaklah berdoa, supaya putri maupun putramu segera sembuh dan dipulihkan oleh Tuhan YME, " ucap Derry sembari menepuk pundak sahabat nya itu.

Elon mengangguk kan kepalanya, setelah itu Derry pun meninggalkan mereka berdua.

Untuk sementara Hazel di rawat di ruang ICU, karena keadaan nya masih kritis dan belum sadar.

Elon dan Barbara menatap nanar di balik kaca ICU, dimana sang putri yang saat ini terbaring sedang berjuang diantara hidup dan mati.

" Ma, aku pergi sebentar ya untuk menelepon Ray, supaya dia mempersiapkan semuanya di Amerika. "

Barbara mengangguk pelan netranya masih terus menatap putrinya yang terbaring tak berdaya, sesekali air matanya masih jatuh membasahi pipinya.

Elonpun pergi meninggalkan istrinya, membuka pintu menuju tangga darurat dia merogoh saku celananya mengambil ponsel, lalu menelepon asistennya yang sedang bertugas di Amerika.

" Ray, tolong siapkan jet pribadi sekaligus tempat tinggal kita disana, besok pagi aku sekeluarga akan pindah kesana, " perintah Elon kepada asisten nya.

" Baik tuan, O ya barusan Mia menelepon saya, tuan muda Damian meminta saya untuk menghubungi George Pi*g*t, untuk membuat sebuah kalung sesuai dengan desain putra anda, " ucap Rayen disebrang sana.

" Oh ya untuk siapa?" tanya Elon.

" Dilihat dari desain yang tuan muda bikin, seperti nya kalung ini untuk seorang wanita tuan, disini ada tertulis insial DL, " Rayen menjelaskan.

Elon mengerutkan alisnya ia berpikir sejenak, tak lama terpampang senyum diwajahnya.

" Lakukan saja permintaan nya, saya tahu kalung itu untuk siapa, " ucap Elon.

" Baik tuan, saya segera menghubungi George Pi*g*t untuk segera membuat nya, " ucap Rayen.

Elon pun memutuskan sambungan telepon.

" Ide gadis itu seperti nya berhasil, berarti Damian sudah memutuskan untuk meninggalkan keinginan nya menjadi seorang wanita, seperti nya gadis itu telah mengisi hati putra kecilku, saat ini Damian pasti akan berjuang untuk menyembuhkan traumanya supaya bisa bersama dengan gadis itu, " gumamnya.

Selesai menghubungi asisten nya, Elon pun menelepon Mia pengasuh putranya untuk menyuruh semua pelayan mempersiapkan keperluan Hazel juga Damian untuk besok mereka pindah ke Amerika, Mia sempat kaget namun tetap menurutin perkataan tuannya tanpa bertanya.

Setelah selesai memutuskan sambungan telepon Elon pun segera pergi melangkah untuk kembali menuju ruang ICU, namun dalam perjalanan ia melihat Derry sahabat nya sekaligus beberapa perawat berlarian menuju ruang ICU tempat putrinya berada.

" Kenapa Derry dan para perawat berlarian, apa mungkin putriku...Hazel!!!".

Elon segera berlari dengan panik hal mengerikan berkecamuk dibenaknya.

Pria separuh baya itu terus berlari hingga sampai di depan ICU, ia melihat Barbara istrinya menangis terisak didepan kaca.

" Hazel.... , " ucapnya lirih

Bersambung.....