Chereads / My Boyfriend 18 Years Old / Chapter 9 - Perpisahan

Chapter 9 - Perpisahan

" Oh jadi begini perlakuan kalian selama ini kepada para junior, sungguh aku tidak menyangka senior seperti kalian begitu serakah dan begitu merasa hebat, tingkah kalian benar-benar melebihi pemilik salon ini ya! "

Debora dan Mira memalingkan wajah ke arah suara tersebut, mata ke duanya terbelalak kaget.

" ARA." ucap ke dua senior itu bersamaan.

" Coba kau pikir Debora, menurut mu kalau aku yang mengatakan ke miss Jane tentang apa yang kulihat dan kudengar saat ini, apa dia masih lebih memilih dan mempercayai mu?, " ucap Ara dengan nada mengejek.

" Ara please jangan, maaf kan kami, " ucap Debora memelas.

" Eh Debo kamu harusnya tuh minta maaf ke Lidza, kalian bersalah kepadanya bukan kepadaku, dasar aneh! "

" Iya Ara jangan beritahukan ke miss Jane, kami akan mengembalikan uang tip ini kepada Lidza, jadi tolong lupakan kejadian ini ya. Lidza aku minta maaf " Mira menimpali.

" Sama aku juga minta maaf ya, " ucap Debora.

Ke dua senior itupun segera mengembalikan uang tip yang mereka ambil lalu segera berlari pergi meninggalkan Ara dan Lidza.

" Kak Ara terimakasih banyak ya sudah menolongku, tapi mengapa kak Debo dan kak Mira begitu takut dengan kakak ya? bukankah mereka hair stylish kepercayaan miss Jane yang sudah mengikuti nya sejak salon ini didirikan? " tanya Lidza penuh heran.

" Biarpun mereka lebih dahulu bekerja di salon ini, tapi aku memegang kartu AS mereka, jadi sampai kapanpun mereka tidak akan berani macam-macam padaku, jadi kamu tenang saja ya selama aku ada disini para junior tidak akan kubiarkan di tindas oleh para senior seperti Debora dan Mira, " ucap Ara tersenyum.

" kakak kau memang senior idaman kami para junior, love u pulll pokoknya, " ucap Lidza sembari memeluk erat Ara.

" Astaga jangan kuat-kuat meluknya, bisa rontok nanti tubuhku ini, " ucap Ara sembari berusaha mendorong tubuh Lidza perlahan karena dia hampir kehabisan nafas.

" Lidza ayo duduk sini kita berbincang sebentar, " ucap Ara.

Lidza pun segera duduk disamping Ara.

" Lidza, untuk hidup di kota yang keras ini kamu harus bisa bersikap tegas jangan terlalu lembek nanti mudah dimanfaatkan, diluar sana akan lebih banyak orang-orang yang seperti Debora dan Mira bahkan lebih jahat juga kejam daripada mereka, " Ara menasihati.

" Tapi kak, ibu dan ayah mengajarkanku untuk selalu berbuat baik pada semua orang, dan membantu mereka di saat membutuhkan, " jawab Lidza.

" Ya ayah dan ibumu mengajarkan hal yang benar, tapi ini kota yang keras Lidza, kita harus pandai-pandai melihat apakah orang tersebut benar-benar butuh, atau hanya memanfaatkan kita saja, seperti yang dilakukan Debora dan Mira tadi itu namanya bukan membutuhkan tapi malak kamu tau apa itu malak? " ucap Ara.

" Taulah kak, salak kan banyak dikampungku. "

"Astaga Lidzaaa, saya serius loh malah kamunya bercanda ish nyebelin."

" Hehehe ya maaf kak, abis serius bener itu mukanya bikin aku dag dig dug tapi bukan karena cinta ya kak, aku masih normal demen yang tampan bukan cantik. "

" Au ah gelap, dinasehatin serius malah di jawab bercanda terus, ya udah yuk kita mulai kerja sepertinya para pelanggan udah mulai datang, inget ya jangan mau dibodohi atau dimanfaatkan sama kakak-kakak senior lainnya, kecuali saya ya. "

" Jaaah, berarti kalau kak Ara gak apa-apa gitu manfaatin kita para junior? "

" O iya dong, saya kan kakak senior yang baik, cantik, dan tidak sombong. Tadi kamu bilang saya ini senior idaman kalian para junior kan hehehe. "

" Ish berkurang 1 deh fansnya kakak."

" Loh siapa?. "

" Aku kak, karena ternyata kak Ara itu super duper pedenya, jadi ilfeel aku hehehe."

" Eh berani ya kamu, udah di tolongin malah ngatain, awaaaas ya.... "

" Kabuuuuur. "

Skip

Didalam sebuah pesawat jet pribadi, wajah Damian terlihat murung.

" Loh anak mama yang tampan ini kenapa? " tanya Barbara.

" Ma, aku sebenarnya ingin bertemu dan berpamitan dengan kakak cantik terlebih dahulu untuk memintanya menungguku, tapi kalian sama sekali tidak memberiku kesempatan, " ucap Damian dengan raut wajah sedih.

Tak lama Elon pun datang menghampiri Damian.

" Tenang saja Dami, papa sudah menyuruh beberapa orang mengirim bunga juga coklat sebagai hadiah perpisahan sementara darimu, disitu papa juga sudah menyelipkan surat yang kau tulis sebelum kita berangkat kepada kakak cantikmu itu, dan papa jamin kalau dia akan menunggu mu kembali, " ucap Elon sembari menepuk lembut pucak kepala putranya.

" Benarkah, papa kirim bunga jenis apa? " tanya Damian

" Bunga lili oranye, Supri tadi yang kirim foto-fotonya dan papa lihat lili sangat indah dan cantik, warnanya juga cerah, " ucap Elon.

" PAPAAA!!! ish nyebelin banget, " seketika Damian makin uring-uringan.

" Loh kok kamu malah berteriak seperti itu ke papa, harusnya kamu tuh berterima kasih dengan apa yang papa lakukan, "

" Au ah, Dami pokoknya sebel sama papa! " jawab Dami kesal lalu segera berbaring dan menutup seluruh tubuh nya dengan selimut.

Elon hanya melongo tak percaya dengan sifat putranya itu, lalu melirik ke arah Barbara seolah bertanya melalui gerakan kepala dan matanya tanpa bersuara, namun istrinya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya atas apa yang dilakukan suaminya itu lalu ia ikut berbaring menutup matanya dan tertidur karena semalam ia tidak tidur demi memantau Hazel putrinya.

Elon yang ditinggal tidur begitu saja oleh istri dan putranya pun mengendikan bahunya.

" Terserah, ada apa dengan sifat mereka berdua itu, perasaan aku tidak melakukan kesalahan apapun," gumam Elon lalu kembali ke tempat duduknya untuk ikut beristirahat.

Note : Dalam bahasa bunga Victoria, bunga lili oranye itu melambangkan kebencian.

Skip

Saat Jam istirahat di sebuah salon, berdiri para senior juga junior mengelilingi Lidza yang sedang di kelilingi bunga lili oranye dan 5 kotak coklat.

" Apa maksud orang yang mengirim bunga lambang kebencian sebanyak ini kepadamu Lidza, kau menyinggung atau menolak seseorang kah? " tanya Ara.

" Aku tidak pernah menyinggung siapapun, dan selama ini aku juga tidak pernah menolak pria manapun, karena memang tidak pernah ada yang menyatakan cinta padaku kak, " jawab Lidza heran.

" Lalu siapa yang mengirim semua bunga dan coklat ini? coba cari siapa tau ada selipan kartu atau surat dari orang yang mengirim nya Lidza," kata Ara.

Semua membantu mencari di sekeliling bunga.

" Ketemu, ini dia, " ucap salah satu junior.

" Coba sini aku lihat, siapa kira-kira orang yang membencimu Lidza, " ucap Mira sembari merebut kartu, ia membuka dan membacanya.

" Hah, Oh my God Lidza kamu...., " Mira menangkupkan mulut dengan telapak tangannya.

Debora segera mengambil kartu tersebut dan membacanya, tak lama dia pun menyeringai licik.

" Lidza kau sungguh hebat ya, aku tak menyangka kau sekarang jadi simpanan om-om."

" APAAA!!! " Semua terbelalak kaget bersamaan.

" Apa maksud perkataanmu Debo, jangan sembarangan bicara soal Lidza, atau kau akan berurusan denganku, " ucap Ara dengan ketus.

" Ara sebelum membelanya, lebih baik kau baca surat ini, hebat juga dia bisa menaklukkan tuan Bonaventura hanya dengan sekali bertemu, " ucap Debora sembari memberikan surat yang dipegang nya kepada Ara.

Ara pun mengambil surat tersebut dan membacanya dengan mata terbelalak.

" Lidza apakah ini benar?, "

Lidza mengerutkan kening kebingungan.

" Maksud kakak, apanya yang benar sih? " tanya Lidza heran.

" Coba kamu baca surat ini, " Ara memberikan surat itu kepada Lidza.

Lidza pun membacanya, dan kaget bukan kepalang.

Jikalau telah datang waktu yang dinanti.

Kupasti bahagiakan dirimu seorang.

Kuharap dikau sabar menungguku.

D. Bonaventura

-Ini pasti dari Damian, anak itu otaknya udah kayak orang dewasa aja, bisa-bisanya dia menulis kata-kata seperti ini untukku, gawat pasti mereka semua akan salah paham padaku, tidak ada yang mengetahui soal Damian pasti mereka salah paham dan berpikir ini semua dari tuan Elon, ya Tuhan apa yang harus aku lakukan, aku sudah di wanti-wanti oleh miss Jane untuk tidak menceritakan kepada siapapun soal Damian, bagaimana ini! .(batin Lidza)

" Lidza ikut ke ruanganku sekarang, " Ara menarik tangan Lidza menuju ruangan adminnya.

Setelah mereka berdua masuk ke ruangan, Ara mengunci pintunya supaya tidak ada yang tiba-tiba masuk dan mendengarkan pembicaraan mereka.

Ara pun duduk di kursi nya, sedangkan Lidza duduk bersebrangan dengannya, mereka duduk berhadapan hanya dihalangi meja.

" Lidza apa yang terjadi antara kamu dan tuan Elon Bonaventura kemarin?" tanya Ara curiga.

" Itu tidak seperti yang kakak bayangkan kok, aku tidak ada hubungan apapun dengan tuan Elon, " jawab Lidza tertunduk.

"Lalu mengapa dia mengirim bunga begitu banyak, yah biarpun arti dari bunga itu negatif, seperti nya dia tidak mengetahui hal itu hanya saja dari surat yang ditulisnya kalian memiliki hubungan spesial, " ucap Ara menyelidik.

" I... itu, maaf kak aku tidak bisa mengatakannya. "

" Kenapa, apa kau tidak mempercayaiku?"

" Bukan begitu kak, aku sangat percaya padamu hanya saja aku tidak bisa mengatakannya. "

" Oke berarti kau memang tidak mempercayaiku, ternyata apa yang kulakukan kepadamu selama ini percuma saja, karena kau masih menganggapku orang lain, keluarlah dari ruangan ku kalau kau tidak mau menceritakannya, " ucap Ara ketus dengan penuh kekecewaan.

" Kakak please jangan seperti itu, aku tidak pernah menganggap kak Ara orang lain, kau sudah seperti kakakku. "

" Kalau kau memang anggap aku seorang kakak, mengapa sulit sekali menceritakannya padaku, aku akan merahasiakan nya, lagipula dengan kau mengatakan yang sebenarnya, aku bisa membantumu. "

" Maaf kak aku tidak bisa!, ku mohon percayalah padaku, aku tidak akan pernah melakukan hal hina seperti yang dikatakan kak Debora, kakak percaya padaku kan?" ucap Lidza memelas.

" Entahlah, kau keuhkeuh untuk tidak memberikan penjelasan kepadaku, berarti hal itu bisa tidak bisa juga benar, apa kau masih pada pendirianmu untuk tidak mengatakan nya padaku? " Ara mulai menunjukkan tatapan tajamnya.

Saat ini Lidza benar-benar mengalami dilema cukup dalam, kalau dia mengatakan semuanya sudah pasti nyawa dirinya, miss Jane dan juga keluarga nya terancam karena berurusan dengan keluarga terkemuka, namun kalau dia tidak mengatakannya dia harus bersiap di curigai, dan dihina seluruh pegawai salon yang menyangka dirinya simpanan om-om konglomerat, yang paling menyedihkan didiamkan dan di cuekin makhluk didepan nya ini yang sudah seperti kakak baginya.

-Apa yang harus aku lakukan, hah biarlah aku di salah pahami dan dibenci semuanya, daripada terjadi sesuatu yang tak diinginkan terhadap ibu, Vira, miss Jane, dan mereka yang mengetahuinya.

" Maaf kak, " jawab Lidza lirih.

Ara pun menarik nafas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar.

" Baiklah kalau itu keputusanmu, sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kembalilah bekerja, " ucap Ara sembari membuka berkas di depannya dengan kasar karena menahan kekesalannya

" Baik, maaf kak aku memiliki alasan yang kuat untuk tidak mengatakan nya, ku harap kak Ara mengerti. "

Tidak ada jawaban dari Ara, ia berpura-pura sibuk membuka dan membaca berkas-berkas.

Lidza pun melangkahkan kakinya dengan gontai keluar dari ruang Admin.

Saat kakinya melangkah keluar pandangan mata para senior maupun junior begitu tajam menatap Lidza.

" Gak nyangka ya, kupikir kamu itu anak yang lugu tapi ternyata oh ternyata apa teman-teman?" teriak Mira penuh dengan sindiran.

" PE... LA... KOOOR , " jawab semuanya serempak.

Lidza berusaha tak menghiraukan ejekan seluruh pegawai salon, ia menyibukkan diri membersihkan semua peralatan yang tadi sempat di tinggalkannya.

"Jangan sentuh peralatan itu, lebih baik saya membersihkan nya sendiri, saya tidak mau ketularan jadi pelakor seperti mu, " ucap salah satu senior sembari menatap jijik Lidza.

Para senior dan junior lainnya pun melakukan hal yang sama di saat Lidza ingin membersihkan peralatan mereka, akhirnya Lidza pun tidak tahan lagi dan segera berlari masuk kamar nya.

Tak lama miss Jane pun kembali dari makan siangnya diluar, ia melihat begitu banyak buket bunga Lili dan coklat.

" Bunga dan coklat sebanyak ini punya sapose ? apakah akika melewatkan lamaran romantis salah satu dari ye ye pade?" tanya miss Jane tanpa mengetahui arti dari bunga tersebut. Begitulah laki-laki oups biarpun sekarang miss Jane menjelma jadi perempuan, setidaknya dulu dia seorang pria tulen.

" Miss tau gak, bunga dan coklat itu punya pelakor, " ucap Debora dengan menekankan kata pelakor.

" Hah yang bener, emang sapose pelakor itu?"

" Tanya aja langsung sama ponakan miss noh," ucap Mira.

" Maksud ye Lidza? "

" Ho oh miss, " ucap salah satu Junior.

" Di mandose dia? " tanya miss Jane.

" Gak tau, paling juga dikamarnya," ucap Debora.

Miss Jane melihat jam yang melingkar di tangannya.

" Aneh, salon masih belum tutup kenapose si Lidza udin kekamar? tidak seperti biasanya apa dia sakit, " gumam miss Jane.

" Kalau begindang kalian lanjut kerja, akika mau samperin si Lidza dikamar nya dulu, " ucap miss Jane.

Mereka semua pun kembali bekerja, Debora dan Mira saling tatap, mereka berdua memberi seringai miring.

" Akhirnya sebentar lagi kita akan berhasil menendang keluar gadis sok lugu itu Debo, " bisik Mira.

" Itulah pembalasan untuknya, karena tidak mematuhi kita berdua, tidak akan ada yang membela atau menolong nya lagi termasuk Ara si pahlawan kesiangan itu, " Debora menyeringai.

" Tapi gimana tak tik nya si Lidza ya bisa menaklukkan pria konglomerat itu, hmm kalau Lidza aja bisa berarti kita berdua bisa dong dapetin tuan Bonaventura, secara kita lebih dewasa, dan seksi, " ucap Mira.

" Nanti kita cari kesempatan saat tuan Elon datang kembali kesini, pokoknya kita harus paksa miss Jane untuk membiarkan kita yang melayani keluarga itu, " ucap Debora.

" Ho oh, setuju kita bersaing dengan adil, siapa yang berhasil duluan menaklukkan tuan Elon dan merebutnya dari Lidza juga istrinya, yang kalah harus mundur dengan damai oke, " ucap Mira.

" Siip dah, " jawab Debora

-Enak aja bersaing dengan adil, bagaimana pun caranya aku yang pasti akan mendapatkan pria terkemuka itu Mira, tidak akan aku biarkan dirimu berhasil, hahaha. (batin Debora).

Miss Jane diam terpaku didepan pintu kamar Lidza, ia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar, karena mendengar isakan tangis dari dalam.

Hiks... hikss

" Ada apose dengan Lidza mengapa anak itu menangis?, aku harus segera masuk untuk menanyakan nya," gumamnya.

Miss Jane pun segera membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, dan ternyata pintunya memang tidak terkunci.

Kreeek

" Astaga Lidzaaaa!!! "

Bersambung....