Miss Jane pun segera membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, dan ternyata pintunya memang tidak terkunci.
Kreeek
" Astaga Lidzaaaa!!! "
" Kyaaaa, miss Jane kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu!" teriak Lidza sehabis mandi dengan handuk terlilit di tubuhnya.
" Sorry... sorry, " miss Jane pun segera keluar dan menutup pintu kembali.
Lidza segera mengambil pakaian didalam lemari lalu memakai nya dengan terburu-buru.
" Cepetan pake baju ye no lambreta oke, ada yang akika ingin bicarakan, " teriak miss Jane dari balik pintu.
" Udah miss Jane silakan masuk, " ucap Lidza.
Miss Jane pun segera membuka pintu lalu menutup nya.
" Ye kalau mau mandi tuh pintu jangan lupa dikunci, untung akika yang masuk bukan karyawan lainnya. "
" Justru miss Jane lebih berbahaya daripada karyawan lainnya mereka semua perempuan, sedangkan miss Jane kan....., " ucap Lidza tanpa melanjutkan kata-kata terakhir nya.
" Bencis gitu maksud ye hah, " miss Jane menimpali.
" Hehehe, nah tuh nyadar miss, " ucap Lidza tersenyum.
" Oo minta dipotong tuh gaji bulanan sama uang makan ye, " ucap miss Jane melotot.
" Ya jangan dong miss Jane syantik, bisa puasa seminggu dong diriku, silakan duduk miss ingin bicara soal apa ya?" tanya Lidza sembari mempersilakan miss Jane untuk duduk di atas kasurnya.
Miss Jane pun duduk diatas kasur dan Lidza duduk disebelah nya.
" Lidza, tadi akika denger ye nangis ada masalah apose memang nya?"
" Nangis? perasaan aku tidak menangis miss," jawab Lidza dengan wajah bingung.
" Loh tadi jelas-jelas akika denger suara tangisan dari dalam kamar ini, siapa lagi kalau bukan ye masa setan....., eits tunggu beneran ye tidak menangis, " tanya miss Jane seketika menatap horor ke sekeliling kamar.
Lidza pun menggeleng kan kepalanya dengan mantap.
" Lidza kita bicara dikantor akika aja yuk, " ajak miss Jane karena tubuhnya tiba-tiba merinding.
Hiks... hiks.... hiks
" Aaaaah, suara itu muncul lagi, " teriak miss Jane sembari melompat dari duduknya.
Melihat wajah miss Jane yang sudah mulai memucat, Lidza pun tergelak.
"Hahaha, miss Jane badan doang yang gede masa takut sama setan, " Lidza tertawa.
Lidza pun segera mengambil ponsel dari bawah bantalnya, terdengar nada dering yang sama persis dengan apa yang miss Jane dengar.
" Ini cuma nada dering ponselku miss, " Lidza terkikik.
" Ish gemez deh akika sama ye, gak bisa pake nada yang lain gitu kenapose mesti nada wanita menangis, bikin cepot jantung aje, " ucap miss Jane kesal.
" Aku gak nyangka miss penakut ternyata, " ledek Lidza.
" Udin ngeledek nya, puas ngerjain akika? "
Miss Jane pun kembali duduk diatas kasur sebelah Lidza.
" Lidza, akika liat ada banyak bunga dan coklat kata mereka itu semua punya pelakor, siapose pelakor nya apa salah satu dari karyawan akika disalon ini? " tanya miss Jane.
Seketika Lidza terdiam senyumnyapun memudar.
" Kenapose, kok ye diem? " tanya miss Jane karena melihat perubahan raut wajah Lidza.
" Yang mereka sebut pelakor itu aku miss, bunga dan coklat itu dari Damian namun mereka menyangka dari tuan Elon, " jawab Lidza hampir menangis.
" Oh astaga, tapi kamu tidak menceritakan apapun tentang Damian ke mereka kan? " tanya miss Jane khawatir.
" Aku tidak mengatakan apapun miss, tapi karena itulah mereka semua salah paham termasuk kak Ara, dan menyebutku pelakor, hiks... hiks, " tangis Lidza pun pecah.
Miss Jane segera memeluk Lidza dan mengusap lembut punggung gadis kecil itu, yang sudah dianggap nya seperti anak sendiri.
" Aku harus bagaimana miss, mereka semua membenciku bahkan tidak membiarkanku menyentuh peralatan yang mereka gunakan, " Lidza terisak di dada bidang miss Jane.
" Tenang saja Lidza ada akika biarkan saja mereka, lambat laun semua akan berlalu dan hilang dengan sendirinya, yang kamu lakukan sudah benar sayang, yang terpenting tetaplah bertahan jangan sampai masalah Damian di ketahui siapapun atau kita semua dalam bahaya, " ucap miss Jane.
Lidza pun mengurai pelukan, miss Jane mengusap lembut air mata putri sobatnya tercinta.
" Miss, bolehkah aku menceritakan kepada kak Ara dia janji tidak akan menceritakan kepada siapapun, dan aku percaya pada nya. Aku tidak mau dia membenciku seperti yang lainnya, " ucap Lidza.
" No Lidza, sebaik bahkan seakrab apapun orang itu kepada kita tidak boleh terlalu mempercayai nya justru biasanya orang yang terdekat lah yang banyak mengkhianati kita, " ucap miss Jane dengan raut wajah serius.
" Itulah yang terjadi denganku dan Diana ibumu, dengarkan Lidza jangan mudah percaya dengan seseorang yang begitu baik dan dekat pada kita karena hati orang siapa yang tahu, kau harus ingat itu. "
" Miss apakah kau dan ibuku pernah dikhianati orang terdekat, benarkah? siapa orang itu miss. "
" Hah sudahlah, semua itu sudah berlalu aku maupun ibumu tidak ingin mengingat nya kembali, Lidza dengarkan aku jangan pernah ceritakan kepada siapapun tentang Damian, kau tahukan kalau hal itu sampai tersebar bukan hanya salonku yang akan di hancurkan, tapi nyawaku, kamu, Diana, dan juga Vira dalam bahaya. "
Lidzapun mengangguk kan kepala nya.
" Untuk masalah karyawan disini biar aku yang urus, bekerjalah seperti biasa oke! " ucap miss Jane sembari mengusap lembut pucak kepala Lidza.
" Baiklah untuk saat ini ye istirahat saja tenangkan dirimu, besok baru mulai kerja kembali ya ponakan cantikku, " ucap miss Jane lagi.
Lidzapun tersenyum,
" Terimakasih miss Jane, karena telah menghibur ku dan mendengarkan semua curhatan ku kau memang sahabat ibuku yang paling the best, " puji Lidza.
" Udin jegong kebanyakan mujinya, nanti akika bisa melayang kelangit tujuh bidadari loh. "
Mereka pun tertawa bersama, tak lama miss Jane pun keluar dari kamar Lidza dan kembali kerja, Lidzapun membaringkan tubuhnya diatas kasur menikmati waktu libur setengah harinya didalam kamar.
Skip
1 Minggu telah berlalu masalah bunga dan coklat pemberian Damian yang telah disalah pahami para staf telah diurus oleh miss Jane, ia mengatakan kalau putra tuan Elon begitu puas dan senang dengan pekerjaan ku saat itu sehingga tuan Elon mengirimiku bunga dan coklat atas permintaan putranya, dan surat itu hanyalah sebuah puisi atau sajak dari seorang bocah berusia 10 tahun, tidak lupa miss Jane memberikan peringatan pada siapapun yang menyebar kan fitnah ataupun bergosip tentangku akan diberikan peringatan keras, akhirnya fitnah itupun berlalu dengan sendirinya.
Setelah kejadian itu sifat kak Ara berubah terhadapku dia hanya berbicara kepadaku soal pekerjaan saja, tidak ada senda gurau ataupun perhatian seperti biasa darinya. Sedangkan 2 seniorku yang bernama Mira juga Debora masih terus menyebarkan fitnah tentangku sehingga semua menjaga jarak padaku saat miss Jane tidak ada, namun berbeda saat miss Jane dikantor semua berpura-pura seolah tidak ada masalah apapun diantara kami.
Ada 1 lagi yang menjadi beban pikiranku, sudah seminggu berlalu sejak pertemuanku dengan pria terkemuka itu juga putranya, entah kenapa tidak ada kabar apapun dari pihak keluarga Bonaventura, seolah mereka menghilang begitu saja.
" Apakah bocah laki itu baik-baik saja? mengapa tidak ada kabar sama sekali, apa jangan-jangan bunga dan coklat itu hadiah perpisahan yang berarti ideku telah gagal lalu Damian lebih memilih menjadi wanita seperti miss Jane, ah sudahlah setidaknya aku telah berusaha," gumam Lidza sembari merapikan dan memeriksa beberapa stok.
-Tuhan semoga Engkau memberikan jalan terang kepada Damian maupun miss Jane untuk mereka kembali ke kodratnya, amin. (doa Lidza dalam hati)
" Lidzaaaa!!! ada tamu mencarimu," teriak salah satu staf salon.
" Tamu? siapakah itu perasaan aku tidak memiliki teman atau orang yang mengenalku di sini?! "
Bersambung.....