Chereads / My Boyfriend 18 Years Old / Chapter 8 - Jangan Pernah Melupakan ku

Chapter 8 - Jangan Pernah Melupakan ku

Pria separuh baya itu terus berlari, hingga sampai di depan ICU, ia melihat Barbara istrinya menangis terisak didepan kaca.

" Hazel.... , " ucapnya lirih

Elon segera bergegas mendekati Barbara istrinya, lalu tatapan matanya jatuh ke balik kaca dimana Derry sahabat nya juga staf medis lainnya sedang melakukan CPR kepada Hazel putrinya.

Elon segera memeluk lalu menepuk pelan punggung Barbara yang terus menangis, untuk memberikan kekuatan.

" Tenanglah sayang, Hazel anak yang kuat putri kita pasti akan selamat," ucap Elon lirih.

Sedangkan Derry terus berusaha melakukan CPR namun tetap tidak ada pergerakan dari putri temannya itu.

" Dok, tidak ada denyut nadi."

Salah satu staf memastikan tidak adanya denyut nadi sambil membaca hasil EKG dan mengonfirmasi tidak ada kontak dengan pasien.

" Kita lakukan Defibrilasi, cepat nyalakan defibrilator sekarang ", ucap sang dokter kepada salah satu stafnya.

Para staf yang bertugas pun segera memasang Elektroda dari elektrokardiogram (EKG) pada dada pasien

" Sudah siap dok. "

Derry meletakkan kedua elektroda defibrilator atau paddle yang telah diolesi gel khusus pada dada kanan atas dan area tulang iga kiri bawah (atau punggung kiri atas).

" Ok 150 Joule, "

Bzzzzt....

" 200 Joule. "

Bzzzt

" Tetap tidak ada perkembangan dok " ucap salah satu staf sembari mengelap keringat Derry.

" 300 joule sekarang, " ucap Derry.

" Tapi dok, itu terlalu tinggi. "

" Cepat lakukan, aku tidak bisa membiarkan putri sahabatku kehilangan nyawanya, 300 joule sekarang! "

" Ba... baik dok. "

" 300 joule siap. "

Bzzzzt

Bruk

Dada Hazel pun terbusung lalu terhempas ke ranjang, lalu...

Tit... tit... tit

Monitor pun menunjukkan jantung pasien kembali memulai irama yang normal.

Derry dan semua staf medis tersenyum bahagia.

" Berhasil dok, kau berhasil, " ucap salah satu staf terharu.

" Bukan saya yang berhasil, tapi kita semua yang berada disini, terimakasih semuanya, " ucap Derry penuh kebahagiaan.

" Pengobatan selanjutnya akan saya tentukan melalui hasil dari pemeriksaan nanti. "

" Kulit pasien tolong segera dibersihkan dari gel dan luka bakar listrik karena paddle defibrilator lalu obati, saya akan menemui orang tua pasien, " ucap Derry kepada stafnya.

" Baik dok. "

Derry pun keluar dari ruang ICU. Elon dan Barbara segera menghampiri nya.

" Der, gimana keadaan putriku?" tanya Elon

" Syukurlah Hazel gadis yang kuat sehingga nyawanya masih bisa diselamatkan, sebaiknya kau segera membawanya ke dokter Mark di Amrik. "

" Aku sudah menyuruh Ray asisten ku mengurus semuanya, besok pagi kami akan segera berangkat, " ucap Elon.

" Aku yakin Mark akan berhasil menyembuhkan putri dan putramu, yang terpenting dukungan kalian dan dari orang-orang yang mereka cintai, akan memberi kekuatan bagi Hazel juga Damian untuk sembuh. Baiklah, kalau begitu aku kembali keruangan untuk mengurus surat kepindahan putrimu, " Derry menepuk pundak Elon.

" Terimakasih banyak Der, kau telah menyelamatkan putriku, kau memang sahabat terbaikku, " ucap Elon penuh haru.

Skip

" Tidak mau, kenapa begitu mendadak kita harus pindah ke Amrik besok pagi mba? "

" Mba juga tidak tau, tuan besar hanya menyuruh kita segera berkemas mempersiapkan segala keperluan tuan muda dan nona muda. "

" Tapi mba, setidaknya berikan aku kesempatan untuk bertemu kakak cantik untuk berpamitan dan meminta nya menungguku, " rengek Damian.

" Gini aja, setelah kalung pesanan tuan selesai kan akan dikirim ke nona Lidza, tuan bisa tulis sebuah surat lalu diselipkan di dalam kotak kalung tersebut, " Mia memberi solusi.

" Tidak bisakah aku bertemu kakak cantik untuk terakhir kalinya mba? aku baru sekali bertemu dengannya, dan kami harus berpisah lama, aku takut kak Lidza akan mudah melupakan ku karena kami baru sekali bertemu. "

" Maaf tuan tidak bisa, besok pagi-pagi sekali kita sudah harus berangkat karena kakak tuan harus segera menerima pengobatan di Amrik atau nyawanya bisa terancam kalau kita menunda keberangkatan. "

Damian membuang nafas dengan kasar, matanya mulai merah, lalu ia berlari masuk kedalam kamar dan membanting pintu.

Saat masuk kedalam kamar, Damian segera mengambil lalu melihat lamat-lamat surat perjanjian yang di tanda tangani dan di cap oleh dirinya dan Lidza.

" Kakak tunggulah, secepatnya aku akan tumbuh dewasa lalu segera kembali ke Indonesia untuk bersamamu, aku akan berjuang menyembuhkan trauma ku supaya tidak ada lagi ketakutan dalam diriku sehingga aku bisa menjaga dan melindungi kakak nanti, kumohon jangan pernah melupakan ku, " ucap Damian, tak terasa air mata turun membasahi pipinya.

Skip

Ke esokkan pagi di salon miss Jane, Lidza sedang membersihkan juga merapikan peralatan salon yang akan digunakan.

Beberapa staf salon berdatangan satu persatu, termasuk Debora dan Mira.

" Woi ikut kami sekarang, " ucap Debora.

" Tapi aku sedang merapikan peralatan ini kak, miss Jane bisa marah padaku kalau belum menyelesaikan nya disaat para p*******n datang, " ucap Lidza.

" Hah, baru sekali saja melayani keluarga konglomerat kemarin, hari ini sudah begitu sombong, eh hair stylish amatir, udah lupa kalau kita ini senior disini? " ucap Mira sembari mendorong dahi Lidza dengan telunjuk nya.

" Eh Lidza, apa kamu pura-pura bego atau emang sengaja lupa sama perjanjian kita kemarin?! " ucap Debora ketus.

" Bu.. bukan begitu kak, tapi aku memang sedang sibuk sekarang, nanti kalau sudah selesai, aku janji akan menemui kakak, " ucap Lidza dengan terbata-bata.

" Cih, kau sengaja mengulur waktu kami sampai miss Jane datang kan, supaya kau bisa berlindung padanya dan tidak perlu memberikan uang tip itu kepada kami, tapi sayang sekali kami lebih berpengalaman menghadapi junior licik seperti mu. Jadi pilihlah kau ikut sekarang dan berikan uang tip itu kepada kami atau bersiaplah untuk kami buat dirimu di tendang dari sini, hmm?" ucap Mira.

Lidza pun hanya terdiam, tak lama ia pun menganggukkan kepalanya lalu mengikuti ke dua senior itu, Debora dan Mira membawa Lidza ke ruang belakang tempat stok barang persediaan salon, mereka melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada staf lain yang akan memergoki mereka.

" Mana uang tip kemarin dari keluarga konglomerat Bonaventura?" Debora menadahkan tangannya.

Lidza membuka resleting tas pinggangnya, lalu mengeluarkan semua uang tip pemberian Elon kemarin.

" I...ini kak. "

" Wow, melayani keluarga konglomerat itu memang beda, lihat Mira besar sekali uang tip nya sampai 1 juta, " Debora mengibas-ngibaskan lembaran uang berwarna merah itu.

" Kalau tip nya segini, setiap keluarga Bonaventura datang kemari, aku akan meminta miss Jane untuk mengizinkan kita melayani keluarga konglomerat itu, " ucap Mira menyeringai.

" Baiklah, kita bagi dua saja 500rb untukmu Mira dan 500rb lagi untukku, kau tidak keberatan kan Lidza ", ucap Debora tersenyum licik.

" Ta... tapi kak, itu uang tip yang diberikan untukku, setidaknya aku mendapatkan bagian juga, kenapa hanya di bagi untuk kakak berdua, " ucap Lidza hampir menangis.

Ke dua senior itupun memberi seringai miring.

" Tugas melayani konglomerat seharusnya jadi milik kami yang sudah bekerja cukup lama dari salon ini masih kecil, namun berhubung tugas itu direbut oleh junior amatiran seperti kamu, tentu saja kau tidak pantas mendapatkan uang tip ini, " ucap Debora lagi.

" Kakak mengapa kau begitu tega padaku, siang malam aku bekerja demi memenuhi kebutuhan ku juga keluargaku di Bandung, bukankah selama ini kakak berdua mendapatkan begitu banyak uang tip dari p*******n kaya disini, tip yang kakak pegang itu belum tentu aku dapatkan lagi nanti, setidaknya berilah aku seperempat dari tip itu kak, atau akan aku laporkan pada miss Jane " ucap Lidza memberanikan diri.

" Hah, sudah berani kamu ya jadi kamu tidak rela uang tip ini untuk kami, rasakan ini, " Mira menjenggut kasar rambut Lidza.

" Ouch, sakit kak maaf. "

" Silakan kau adukan kepada miss Jane, biarpun kau ponakan nya tapi miss Jane akan lebih percaya pada kami berdua, lagipula aku sudah bekerja bersama nya saat salon ini masih kecil dan belum dikenal, aku ini hair stylish andalannya. Kalau disuruh memilih pasti dia akan lebih percaya dan memilihku daripada ponakan amatiran seperti mu yang tidak berkontribusi sama sekali untuk salonnya ini, beraninya seorang junior mengancam senior seperti ku, hah." ucap Debora sembari mendorong tubuh Lidza hingga terjerembab di lantai.

Plok... plok... plok

Terdengar suara tepuk tangan dari sosok di belakang mereka.

" Oh jadi begini perlakuan kalian selama ini kepada para junior, sungguh aku tidak menyangka senior seperti kalian begitu serakah dan begitu merasa hebat, tingkah kalian benar-benar melebihi pemilik salon ini ya! "

Debora dan Mira memalingkan wajah ke arah suara tersebut, mata ke duanya terbelalak kaget.

Bersambung....