"Lidza ye jengong bicara sembarangan, bisa abis salon akika, ye jengong keterlaluan sama tuan Bonaventura kita semua bisikan dihabisinya nanti, " bisik miss Jane penuh dengan kecemasan.
" Apa maksud dari ucapanmu itu, Damian baru berusia 10 tahun?" ucap Elon, raut wajahnya mulai merah padam menahan amarah nya.
-Kau memang gila Lidza, berani sekali kau bertaruh nyawa cuma demi anak ini kau bukan hanya saja akan mencelakai dirimu tapi juga miss Jane dan salonnya, apa aku berhenti saja? nih anak bicara apa gitu, kok cuma diam aja dari kecil sudah begitu dingin, aku yang bodoh sok mau jadi pahlawan kesiangan untuknya. (batin Lidza).
Tiba-tiba Lidza teringat sesuatu,
" Te...tentu saja aku bisa menunggunya sampai dia de... dewasa tuan, kalau dia sudah jadi seorang pria sejati aku bersedia menjadi pacarnya, " ucap Lidza terbata-bata.
Mendengar perkataan Lidza barusan Damian tersenyum simpul, hatinya menghangat, dan bahagia, pikirnya ternyata ada orang lain yang begitu menyukainya selain ayah, ibu, kakak, dan pengasuh nya.
" Benarkah, hmm kakak tidak membohongi ku kan?" tanya Damian.
-Akhirnya nih anak ngerespon juga, sudah terlanjur lanjut saja lah sandiwaranya, tapi kok kesannya aku jahat ya seolah mempermainkan seorang anak yang masih polos ini, tapi rasa bersalah ku ini akan terbayar lunas, saat aku berhasil membuat nya kembali normal. (batin Lidza).
"Kok gak dijawab, apa kakak bohong hanya ingin mempermainkan aku saja?" tanya Damian lagi wajahnya berubah muram.
Lidzapun mendekati Damian lalu duduk bersimpuh didepan anak kecil itu.
" Tentu saja benar, supaya kamu percaya bagaimana kalau kita bikin surat perjanjian yang bertuliskan setelah kamu dewasa lalu berhasil menjadi seorang pria sejati dan kuat, kakak akan menjadi pacarmu nanti, gimana?" ucap Lidza penuh bujukan.
Elon dan miss Jane menatap heran ke arah Lidza.
-Apa sebenarnya yang diinginkan gadis ini?. batin Elon.
" Ayah, aku minta selembar kertas dan pulpen boleh?" ucap Damian.
" Oo ten.. tentu saja sayang, miss Jane kaudengarkan apa yang diminta putraku. " ucap Elon.
" Biar saya yang mengambilnya tuan. " sahut Lidza.
Saat hendak beranjak, Damian mencengkram lengan Lidza.
" Kakak disini saja, aku tidak mau nanti kakak berubah pikiran dan melarikan diri. " ucap Damian tegas.
" Okey, akika saja yang ambil sebentar ya ganteng. " ucap miss Jane.
Ia segera pergi ke meja adminnya, untuk mengambil selembar kertas dan pulpen.
" Entah apa yang berada dipikiran Lidza, terlalu nekat, semoga ajose ini pertanda baik kalau tidak bisikan habis salon akika karena menyinggung keluarga terkemuka ini. Oh Dania putrimu seperti nya akan memperpendek usiaku. " gumam miss Jane.
Elon terdiam sembari mencerna apa yang terjadi sebenarnya, lalu ia menatap Lidza dan Damian bergantian. Saat ini mereka berempat sudah duduk di sofa sedangkan Lidza sedang menggengam kertas putih yang diambil miss Jane tadi.
" Damian, sebelum aku membuat perjanjian tertulis ini, aku harus memastikan terlebih dahulu keputusan mu, kau ingin tetap ingin jadi seorang wanita atau pria?" tanya Lidza sembari menatap Damian.
-Oh akhirnya aku mengerti maksud dari gadis ini seperti nya gadis ini ingin membantu Damian untuk bisa kembali normal, gadis ini cukup cerdas, baiklah aku lihat apakah kau berhasil, biarpun trauma Dami sulit sembuh asalkan Dami kembali menjadi anak laki-laki itu sudah awal yang bagus. (batin Elon).
Damian masih terdiam ia terus berpikir, netranya menatap wajah cantik wanita didepannya yang sedang tersenyum sangat manis juga hangat kepadanya, wajahnyapun merona, lalu tertunduk.
" Baiklah, aku mau berusaha menjadi anak laki-laki kembali, lalu setelah aku dewasa kakak harus jadi pacarku oke, " jawab Damian masih dengan menundukkan kepalanya malu.
Entah karena kagum, atau sekedar cinta monyet dengan kakak cantik dihadapannya ini, tapi baginya ia merasa bahagia saat mendengar perkataan kalau Lidza menyukainya, dan akan menunggu nya hingga beranjak dewasa.
Lidza pun tersenyum karena seperti nya ia berhasil membujuk pria kecil didepan nya ini untuk kembali ke kodratnya sebagai seorang pria, gadis itupun menulis sebuah perjanjian diatas kertas putih itu.
" Selesai, Damian kamu baca dulu, kalau sudah oke kita sama-sama tanda tangan, " ucap Lidza sembari memperlihatkan perjanjian yang ditulisnya ke hadapan Damian.
Pria kecil itu membacanya dengan seksama, sedangkan Elon dan miss Jane hanya terdiam menyaksikan perjanjian yang menurut mereka aneh, setelah ini sudah dipastikan mereka akan menanyakan langsung maksud Lidza berbuat hal yang tidak masuk akal ini, saat Damian tidak ada.
Selesai membaca, Damian dan Lidza pun saling membubuhkan tanda tangan, disaksikan miss Jane juga Elon ayah Damian.
" Kakak tidak cukup kalau hanya tanda tangan, tapi harus pake cap juga biar lebih kuat biasanya aku lihat papa seperti itu, setelah tanda tangan papa akan memberikan cap perusahaan, kata papa itu lebih sah dan kuat ", ucap Damian.
-Astaga nih anak benar-benar berjiwa bisnis kayak bapaknya, aku jadi ragu apakah nanti perjanjian ini bakalan jadi masalah buatku saat dia dewasa, tapi tidak mungkin dia ingat lagian ini cuma secarik kertas, lama-lama akan sobek atau keselip nanti dia juga akan melupakannya setelah dewasa, karena akan banyak gadis-gadis yang mendekati nya, pasti dia akan memiliki seorang pacar, dan melupakan perjanjian ini, semoga saja. (batin Lidza).
" Karena kakak tidak punya stempel, gimana kalau kita cap pake ibu jari kita saja?" tanya Lidza.
Damian pun mengangguk kepalanya tanda setuju, Lidza mengambil lipstik pink yang berada didalam tasnya, lalu menempelkan ibu jari ke lipstik itu diikuti Damian, lalu mereka berdua mencap kertas itu bersamaan, dan tertawa bersama, kecerian terpancar dari wajah Damian.
Elon menatap penuh haru, sejak kejadian yang membuat putranya trauma Damian berubah jadi lebih pendiam juga dingin, dan sering mengurung dirinya dirumah, tapi saat ini wajahnya begitu ceria dan bahagia.
" Ini kamu yang pegang perjanjian nya. "
Lidza menyerahkan kertas perjanjian nya kepada Damian, pria kecil itu menerima nya dengan senang hati, terpancar kebahagiaan diwajahnya.
" Ayah, aku potong rambut saja tidak jadi tanam bulu mata, kakak aku mau kau yang memotong rambutku, dan sesuaikan dengan selera kakak saja ya, " senyum Damian merekah.
" Oke, akan kakak buat kamu jadi anak tertampan diantara teman-teman lakimu, " ucap Lidza.
Seketika raut wajah Damian berubah muram, Lidza menyadari itu.
" Maaf Damian, apa tadi perkataan kakak ada yang salah?" tanyanya cemas.
Damian menggeleng kan kepalanya pelan.
" Aku tidak suka dan benci dengan teman laki-lakiku, mereka semua jahat padaku, aku... aku.. sangat membenci mereka, " ucap Damian tertunduk.
" Oo maafkan kakak ya Damian, kakak tidak akan membicarakan teman-teman lakimu lagi, hmm kakak baru belajar jadi belum begitu mahir memotong rambut dengan model yang susah-susah, jadi kakak potong model sederhana saja yang kakak bisa, boleh?".
" Kan aku tadi sudah bilang ingin dipotong sesuai selera kakak, untuk selanjutnya aku mau kakak yang potong rambut ku tiap bulannya ya, bolehkan miss Jane?" tanya Damian sembari mengerjapkan matanya.
" Tentu saja sayang, asal papamu mengizinkan nya, " miss Jane melirik ke arah Elon.
" Oh tentu saja, yang penting anak papa puas dan senang dengan hasilnya, " ucap Elon.
Setelah beberapa menit Lidza pun selesai, Damian tersenyum puas.
" Kakak gimana, aku sangat tampan kan?" tanya Damian.
" Tentu, kau memang pria kecil yang sangat tampan, tapi bajumu?" tatapan gadis itu turun kebawah.
" O iya aku lupa, kakak aku tidak bawa baju ganti, nanti saat pulang aku akan segera menganti bajuku, dan menyuruh bibi menyingkirkan semua baju wanita yang aku miliki, " Damian tersenyum.
" Oke, janji ya. "
" Janji. "
Mereka berduapun saling mengaitkanĀ jari kelingking nya, yang sering disebut pinky promise.
Elon menyuruh Damian pulang duluan bersama supir dan pengawal yang dibawanya tadi, karena ada beberapa yang harus dibicarakan antara dirinya, dan juga Lidza.
Saat ini mereka berdua sudah berada didalam ruangan miss Jane.
"Lidza aku ingin bertanya tentang alasan kau membantu putraku, ingat aku tidak suka ada seseorang yang mempermainkan, atau memanfaatkan putraku, jadi apa yang kau ingin kan sebenarnya, apakah uang?" tanya Elon dengan tatapan tajam penuh kecurigaan.
" Maaf tuan, aku tulus hanya ingin membantu, saat melihat Damian aku teringat dengan adikku aku berpikir bagaimana kalau hal itu terjadi kepada adikku, Ibuku juga pernah sedikit bercerita soal miss Jane, dulu dia memiliki trauma masa lalu sehingga dia jadi seperti sekarang, padahal dulu miss Jane masih bisa kembali normal namun ke dua orang tuanya tidak mempedulikannya, lalu ia terluka untuk ke 2x nya, karena seorang wanita yang sangat penting baginya. Saat miss Jane memutuskan untuk berusaha kembali normal menjadi pria sejati demi wanita itu namun ternyata ia dikhianati, tidak tahu apakah miss Jane bisa kembali normal lagi. " cerita Lidza.
" Berarti kau ingin mencoba jadi orang terpenting untuk putraku begitu?" ucap Elon menaikan alisnya.
" Bukan, saya hanya ingin memberi motivasi untuk putra anda supaya bisa berubah, lagipula dari buku psikologi yang pernah aku baca, karakteristik seseorang yang benar-benar menyimpang biasanya sangat menonjolakan sisi feminim dari pada sisi gentlenya, dengan kata lain lebih cenderung sifat kewanitaan dalam diri seorang laki-laki, namun saya perhatikan Damian kebalikan dari itu kecuali cara berpakaian nya, Maaf saya lancang menanyakan hal ini tuan, hmm apakah ada suatu faktor yang membuat Damian jadi seperti itu?" tanya Lidza ragu.
Elon pun menarik nafas panjang,
" Apakah kamu sungguh-sungguh dan tulus ingin membantu putraku?" tanya Elon.
" Mu...mungkin saya sendiri belum yakin, apakah yang saya lakukan itu berhasil atau tidak, namun saya tulus ingin membantu Damian untuk tidak menyimpang dari kodratnya sebagai seorang pria, " ucap Lidza.
" Lalu apakah yang kamu katakan didepan putraku tadi, kalau kamu menyukainya itu benar adanya? "
" Ma...masalah itu, maaf tuan saya memang menyukainya tapi hanya sebatas kakak dan adik, saya masih normal kok tuan mana mungkin beneran suka sama anak kecil, jadi tenang saja, tuan gak perlu khawatir saya tidak menyukai Damian seperti rasa suka seorang wanita kepada seorang pria. " ucap Lidza menegaskan.
" Loh memang kenapa dengan putra saya? nanti setelah dia dewasa pasti akan jadi pria yang sangat tampan, mapan, juga kaya, kenapa kau tidak menyukai nya sebagai seorang pria?" ucap Elon dengan penuh ketegasan.
" Hah, eh itu tuan... ", Lidza menggaruk kepalanya.
" Katakan alasan kenapa kamu menolak putra saya, apa yang kurang darinya?" tanya Elon penuh penekanan.
-Hello, kurang umurnya kali tuan. Putra anda saat ini berusia 10 tahun sedangkan aku 17 tahun, gila kali pacaran sama cowo lebih muda 7 tahun yang ada nanti aku udah peot dia masih segar bugar terus aku diselingkuhin atau diceraikan setelah udah jadi nenek, lalu dia cari gadis muda lagi, ish ogah banget. Aku mau cari cowo yang lebih tua 5 tahun juga dewasa bukan berondong muda, nanti pas jalan sama Damian aku disangka tante-tante girang lagi, situ waras tuan. (batin Lidza).
Elon menatap Lidza yang masih tidak menjawab pertanyaan nya, dan berpikir tentang sesuatu.
" Oh saya tau, atau karena usiamu yang terpaut jauh dengan Damian? bukannya zaman sekarang hal itu sudah biasa, bahkan ada tuh perempuan yang menikah dengan seorang pria yang lebih muda 10 tahun darinya, ada juga nenek-nenek yang menikahi pria berusia 20 tahun, " Elon menjelaskan.
Lidza pun melongo, mendengar perkataan konglomerat didepan nya ini.
" Maaf, memang nya tuan tidak keberatan kalau seandainya nanti putra anda menikah dengan wanita yang jauh lebih tua 7 tahun darinya?" tanya Lidza
" Tentu saja saya tidak keberatan sama sekali, asalkan Damian menyukainya, dan wanita itu bisa menyembuhkan lalu memulihkan trauma Dami, Why not!!! " ucap Elon.
Tiba-tiba migrain menyerang Lidza.
-Wah gak perlu ditanya lagi, Damian seperti itu pasti karena faktor genetik bapaknya ini, apakah seorang konglomerat seperti tuan Elon Bonaventura itu selain gila kerja, juga gila dalam segala hal hingga bisa sesukses ini. (batin Lidza).
Bersambung....