Di sebuah rumah mewah, pengasuh dan beberapa pelayan sedang berdiri berbaris di salah satu kamar tuan muda kecilnya.
" Tuan muda, ini jadinya mau dibuang atau tidak? " tanya pengasuh Damian bernama Mia.
Pria kecil itu sedang menatap setumpuk baju dan gaun cantik miliknya, lalu beralih ke sebelahnya memandang surat perjanjian yang diberikan kepadanya tadi pagi.
Damian saat ini sedang mengalami dilema, sebenarnya dia sangat kesulitan untuk memilih, tumpukan baju wanita berikut accessoriesnya itu sudah menemaninya selama 2 tahun ini, karena keinginan nya untuk menjadi wanita cukup besar, sedangkan surat perjanjian itu baru hanya beberapa jam saja dimiliki nya, baginya sudah seperti harus memilih antara seorang pacar yang sudah menemaninya selama 2 tahun, atau seorang wanita yang baru dikenalnya dan tentu akan menjadi pacar nya nanti setelah ia dewasa.
" Aku bingung, " jawab nya singkat.
" Loh bingung kenapa? "
Barbara mamanya tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu kamar Damian, ia menatap tumpukan baju dan juga sebuah kertas diatas kasur putra kecilnya.
" Itu kertas apa sayang? " tanya Barbara sembari berjalan mendekati putranya.
" Surat perjanjian, " baca Barbara.
" Tu... tunggu, ini surat apa Dami sayang? "
Barbara mengambil dan membaca surat perjanjian itu dengan seksama.
" Itu surat dari kakak cantik tadi pagi ma, " ucap Damian polos.
" Hah, Dami sekarang masih berusia 10 tahun, gimana bisa kamu bikin surat perjanjian seperti ini, dan akan berpacaran dengan wanita yang berusia 7 tahun lebih tua darimu setelah dewasa?" tanya nya penuh dengan kecemasan.
Barbara berpikir kalau trauma masa lalu putranya semakin parah, dia berpikir selain bikin putranya belok juga membuat Damian memiliki kecenderungan Oedipus Complex.
" Oh tidak mungkin, Mia segera bikin janji dengan dokter psikolog Dami sekarang juga, " perintah Barbara.
" Tidak perlu menghubungi dokter ma, saat Dami dan gadis itu membuat surat perjanjian aku ada disitu menjadi saksi bersama pemilik salon, aku sudah menyetujuinya, " sahut Elon yang tiba-tiba sudah berada didalam kamar Damian.
" Pa, apa kamu sudah gila!" ucap Barbara, kecemasan diwajahnya berubah muram
" Tenang sayang aku akan menjelaskan nya nanti, jangan tunjukkan didepan Dami wajah murammu itu aku punya alasan menyetujui ide ini, aku akan mengurus putra kita saat ini kamu tunggulah dikamar, " bisik Elon.
Barbara menarik nafas panjang lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu menganggukkan kepalanya.
" Dami sayang, kamu disini sama papa ya mama mau kekamar dulu, jangan lupa setelah selesai dengan urusan mu harus segera mandi, " ucap Barbara membelai lembut rambut putranya.
" Oke ma, " jawab pria kecil itu.
" Ku tunggu penjelasan mu pa!" ucap Barbara lirih.
Setelah Barbara pergi Elon pun mencoba memberikan masukan untuk putranya yang masih bimbang untuk memilih, maklum di usia Damian saat ini sikapnya masih labil.
" Dami sayang sedang apa?, " Elon pura-pura bertanya.
" Dami bingung pa, antara memilih ingin tetap pada pendirian untuk menjadi wanita dan tetap mempertahankan baju juga accessories kesayangan ku ini, atau surat perjanjian ini, " ucap Damian sembari menggaruk kepalanya.
" Oo, Dami sedang bingung ya, ehm papa boleh tidak kasih saran sedikit buat Dami biar gak bingung?" tanya Elon.
" Tentu saja pa, itu akan sangat membantu Dami memilih, " ucap pria kecil itu.
" Gini, kalau Dami memilih baju berikut aksesoris ini, paling hanya akan menemani mu 1-2 tahun, karena nanti kamu akan semakin tinggi saat usiamu bertambah, selain tidak muat baju maupun accessories itu juga akan semakin kusam sehingga kamu tidak bisa memakai nya lagi, dan resiko kamu akan dijauhi juga diejek teman-temanmu kalau tetap berkeinginan menjadi wanita, tapi kalau kamu memilih surat perjanjian itu, kamu seperti memiliki seorang kakak, ibu, juga pasangan yang akan menyayangi mu, memperhatikan mu, membimbing mu, dan juga setia menemani mu selamanya, disaat papa, dan mama tidak ada, " jelas Elon.
" Oo jadi Dami kayak dapet 3in1 dong ya pa, kalau Dami memilih kakak cantik itu, " sahutnya.
" Menurut Dami kakak Lidza itu cantik ya?"
" Cantik sekali pa. "
" Terus saat pertama melihatnya, apa Dami menyukai nya? "
Pria kecil itu tidak langsung menjawab, dia mengerutkan alisnya, lalu mengetuk-ngetukan jari telunjuk kedagunya, tanda sedang berpikir sejenak.
" Awalnya aku tidak begitu menyukai nya, tapi saat berbicara dengannya juga saat kakak itu memotong rambut Dami dengan sepenuh hati aku jadi sangat menyukai nya, kakak itu begitu ceria, saat tersenyum atau tertawa sangat cantik Dami merasakan kenyamanan dan kehangatan dalam diri kakak itu, jadi.... ," ucap Damian terjeda.
" Jadi... ?" tanya Elon.
" Tentu saja Dami memilih ini. "
Damian mengambil surat perjanjian itu lalu mencium dan memeluk erat kertas perjanjiannya.
Melihat dan mendengar keputusan putranya itu, Elon pun bersorak dalam hatinya.
" Tapi ayah... . "
Raut wajah Damian berubah sedih.
Melihat itu Elon menjadi khawatir, pikirnya apakah putranya akan berubah pikiran, kalau ide itu gagal entah bagaimana caranya lagi bisa membuat putranya sembuh dari keinginan nya untuk menjadi seorang wanita, Elon benar-benar sudah putus asa.
" Ta...tapi kenapa Dami?" tanyanya hati-hati penuh kecemasan.
" Ini hanyalah sebuah kertas, Dami takut hilang, atau sobek, apakah kertas dan tulisan ini bisa bertahan sampai saat Dami dewasa nanti? " tanyanya.
" O ya pa, Dami minta kertas ini dilaminanting sekaligus dibikinkan bingkai ya, nanti Dami mau pajang dikamar, biar aku akan selalu mengingat janjiku kepada kakak cantik itu, aku akan cepat dewasa lalu menjadi seorang pria sejati dan kuat supaya bisa bersama dan melindungi nya nanti, Dami benarkan pa?" ucap pria kecil itu.
Damian seorang anak yang pintar dan berprestasi, pikiran juga sikapnya jauh lebih dewasa daripada anak seusianya, Damian juga termasuk anak yang cukup keras kepala, makanya itu dari awal Elon meragukan kalau putranya ini akan melupakan perjanjian itu.
" Benar sekali jagoan papa, apakah Dami senang saat ini?" tanya Elon.
" Tentu saja senang pa, kakak cantik sudah jadi milikku, dan aku juga miliknya sekarang, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita berdua, Dami ingin secepatnya dewasa, dan memiliki tubuh yang tinggi melebihi kakak cantik itu pa, " ucap Damian mulutnya melengkung membentuk senyuman.
" Hmm, saat ini papa yang akan menjaga dan melindungi kakak cantik milik Dami ya, nanti setelah kamu dewasa papa akan menyerahkan tanggung jawab itu kepada Dami, oke! "
Pria kecil itu mengangguk kan kepalanya dengan semangat.
" Sekarang Dami mandi dulu setelah itu kita makan malam bersama ya, " ucap Elon.
" Siap boss. "
Damian pun segera berlari masuk kedalam kamar mandi dengan riang gembira.
" Baru kali ini ada seseorang yang bisa menaklukan gunung es dihati anak itu, bahkan aku ayahnya, Barbara, dan juga Hazel tidak bisa melakukan nya, saat ini seolah gunung es dihati Damian telah mencair, gadis itu bukan hanya memotivasi putraku untuk kembali lurus, tapi juga membuat putra kecilku itu bahagia dan kembali ceria, tenang Dami papa tidak akan membiarkan pria manapun mendekati gadis yang sudah menjadi milikmu itu, " gumam Elon.
" Aaaaaa TUAN.... NYONYA!!!"
Terdengar teriakan salah satu pelayan dirumahnya, Elon segera keluar dari kamar Damian begitu juga Barbara keluar dari kamarnya.
" Ada apa...? " ucap Elon dan Barbara bersamaan.
Bersambung....