Di Suatu pagi yang cerah, Damian berlari menghampiri ayah dan ibunya, sembari membawa ponsel.
"Papaaa, Mamaaa. "
" Ada apa sayang," jawab Barbara.
" Ibu lihat yo*t*be ini, bagus dan lentik sekali bulu matanya, aku mau tanam bulu mata kayak gini," ucap Damian dengan antusias.
" Hah "
Elon dan Barbara terlonjak kaget, mereka berdua saling memandang.
" Ta... tapi nak ini kan untuk wa..... . "
" Baiklah, papa antarkan kamu ke salon l*n*ga*an papa mama ya. "
Barbara belum menyelesaikan perkataan nya sudah dipotong oleh Elon.
" Tapi pa itu akan mem.... . "
" Dami siap-siap dulu sana, papa bicara sebentar sama mama oke," ucap Elon.
" Oke papa, nanti abis ganti baju, Dami langsung tunggu diluar ya," ucap Damian tersenyum.
Anak kecil itupun segera beranjak pergi, sembari melompat-lompat kegirangan lalu menaiki tangga menuju kamarnya.
" Pa, apa kamu yakin membawa Dami ke salon?, kalau orang lain mengetahui keadaan anak kita, sainganmu pasti akan memanfaatkannya untuk menjatuhkan perusahaan mu, apalagi kalau sampai bocor keluar, aku tidak bisa membayangkan para reporter dan wartawan akan mengepung kediaman kita, " ucap Barbara cemas.
" Itu tidak akan pernah terjadi, aku akan meminta pemiliknya mengosongkan seluruh salon, dan hanya pemilik dan asisten nya saja yang akan aku minta melayani Dami, dan merahasiakan nya, " ucap Elon.
" Bagaimana kalau seandainya pemilik dan asisten nya itu, membocorkan nya keluar?" tanya Barbara masih dengan raut wajah khawatir.
" Mereka tidak akan berani berurusan denganku, kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan segan-segan menghancurkan salon itu, dan mengambil nyawa mereka," jawab Elon tegas.
" Pa, tidak bisakah kita menasihati Dami untuk tidak melakukan hal itu?"
" Ma, kamu kan tahu saat ini Dami sedang dalam keadaan yang sangat rapuh karena trauma nya, saat ini yang hanya kita bisa lakukan, menuruti semua keinginan nya untuk menebus kesalahan kita dahulu kepadanya, kamu lihat betapa bahagianya dia tadi. "
" Tapi pa... . "
" Aku akan terus berusaha mencari cara untuk bisa menyembuhkan dan memulihkan putra kita, Dami harus pulih karena dia satu-satunya putra kita, penerus semua bisnis keluarga Bonaventura, " ucap Elon.
Akhirnya mau tak mau Barbara pun menyetujui nya.
Skip
Di sebuah salon,
" Ye ye pada semua, boleh pulang sekarang , " ucap pria setengah matang bernama Jane.
" Loh tapi miss Jane ini kan masih pagi, hari ini bukan nya kita punya janji dengan banyak p*la*g*an ya? " tanya supervisor salon.
" Tolong batalkan semuanya, karena yang akan datang nanti pihak keluarga Bonaventura," jawab miss Jane.
" Whaaat?" ucap semua karyawan salon serempak.
" Kalau begitu, bukankah kita semua harus tinggal untuk menyambutnya miss Jane?" ucap hairstylist bernama Mira.
" Tidak perlu, akika dan Lidza yang akan mengurus nya, mereka tidak suka banyak orang melihat nya, karena itu mereka membook semua salon untuk putranya," ucap miss Jane.
" Hah gak salah, kenapa Lidza miss? dia itu belum lama bekerja disini masih dalam tahap belajar, mana bisa ia mengurus putra pria konglomerat itu yang ada nanti dia malah mengacau, biar saya saja yang menemani miss gimana, aku lebih bisa diandalkan?" ucap Mira.
" Enak aja, tentu saja aku yang lebih pantas menemani miss Jane karena lebih lama dan pengalaman di salon ini, biar aku saja ya miss?" ucap Debora yang juga Hairstylist utama.
" Hey Debo Mira, setiap klien penting dan kaya selalu saja kalian ambil alih, sehingga dalam sehari tip kalian saja melebihi gaji sebulan para Junior, untuk saat ini kasih yang junior kesempatan dong, lagian nanti yang ngerjain kan miss Jane, gak perlu juga yang profesional, kalian jangan terlalu serakah, " ucap Ara staf admin, teman pertama dan juga akrab dengan Lidza, dan menganggap semua junior itu adiknya.
Terjadilah perdebatan antara para senior dan junior di salon itu.
" Stop, akika udin putuskan bersama Lidza, ye ye pada pulang! anggap ajose hari ini kalian akika kasih libur, no debat okey. Lidza segera siapkan semuanya, akika mau menyiapkan peralatan terlebih dahulu, " ucap miss Jane.
" Oke miss Jane, saya segera siapkan tempatnya, " ucap Lidza tersenyum.
Miss Jane pun segera keruangan nya untuk mengambil beberapa peralatan khusus miliknya, sedangkan Lidza merapikan meja khusus tamu VIP dan membersihkan nya.
Akhirnya mereka semua pulang, hanya tinggal 2 senior yang bernama Debora dan Mira, mereka berdua menghampiri dan menatap sinis Lidza.
" Duh enaknya jadi ponakan pemilik salon ya, biarpun masih beberapa bulan dan belum becus kerja tapi udah dijadikan asisten untuk mengurus keluarga konglomerat seperti keluarga Bonaventura, " ucap Debora ketus.
" Cih, aku saja tunggu kerja disini selama 2 tahun baru dipercaya melayani para klien orang kaya, tapi belum pernah tuh dapet tugas urus keluarga terkemuka seperti Bonaventura," ucap Mira sembari melipat tanganya didepan dada.
" Pasti kau membujuk miss Jane supaya memilih mu untuk menjadi asisten nya hari ini, dibalik keluguanmu ternyata kau sungguh picik, " ucap Debora ketus.
" Maaf kakak, aku mana berani membujuk miss Jane soal urusan penting seperti ini, aku paham betul kalau kemampuan ku tidak bisa dibandingkan dengan kalian para senior, akupun tidak mengerti kenapa miss Jane memilih diriku untuk menjadi asisten nya, sungguh, " ucap Lidza meyakinkan.
" Lalu kalau kamu sadar kemampuan mu dibawah kami, kenapa kamu tidak menolaknya hanya diam saja, berarti kamu memang menginginkan nya bukan? " sahut Mira.
" Aku tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan miss Jane karena dialah yang membawaku kesini, dan yang akan menjagaku selama disini, kakak kan tahu keluarga ku sangat miskin, ibuku hanya seorang buruh cuci, aku ikut miss Jane karena ingin membantu ibu mencari uang, kalau aku menolak perintah miss Jane gimana kalau nanti dipecat, dan dibiarkan terlunta-lunta di kota besar ini, " ucap Lidza dengan raut wajah sedih hampir menangis.
" Sudah hentikan, kami tidak mau mendengar kata-kata basi seperti itu, mungkin berfungsi untuk miss Jane tapi tidak untuk kami, kau memang pandai bersandiwara ya, " Ucap Mira sembari menoyor kepala Lidza.
" Oke, untuk kali ini aku biarkan kamu, tapi tip yang akan kamu dapatkan nanti kau harus membaginya kepada kami besok, kalau tidak lihat saja akan ku buat kamu dipecat dari salon ini, dan jangan beritahukan kepada siapapun termasuk miss Jane, " ancam Debora.
" Ba... baik kak, " Lidza menundukkan kepalanya takut.
Debora dan Mira memberi seringai miring, lalu melangkah pergi meninggalkan Lidza.
" Aku harus kuat demi melanjutkan pendidikan ku, demi ibu dan Vira aku harus belajar sabar, dan menahan cacian juga hinaan mereka, aku pasti bisa, " gumam Lidza.
Tak lama masuklah sebuah mobil mewah berhenti didepan salon, turunlah Elon Bonaventura juga seorang anak memakai dress,bando, dan sepatu pink. Miss Jane dan Lidza pun keluar menyambut nya.
" Selamat pagi tuan silakan masuk, akika udin menyiapkan semuanya, pokokna tidak pake lambreta, putranya dimana tuan, " ucap miss Jane.
" Ini putraku Damian, " ucap Elon sembari merangkul pundak seorang anak yang memakai dress pink itu.
Miss Jane, dan Lidza langsung memalingkan wajahnya ke arah Damian, mereka berdua pun terperangah sampai membulatkan mata dengan mulut terbuka lebar sampai harus menutupnya dengan tangan.
" Saya tahu kalian pasti kaget, saya akan menjelaskannya ke pada miss Jane, ayo kita masuk terlebih dahulu, " ucap Elon
" Oh iya no problema tuan, mari masuk. "
Miss Jane mempersilakan Elon dan Damian masuk ke dalam.
" Dami sayang kamu duduk disini dulu ya, papa berbicara sebentar dengan miss Jane, " ucap Elon.
" Lidza ye temani Damian dulu ya, akika mau berbicara sebentar dengan tuan Elon. Silakan menuju kantor saya tuan, " ucap miss Jane sembari memandu Elon keruangan nya.
Elon dan miss Jane pun masuk kedalam kantor.
Lidza melihat anak kecil itu sedang duduk lalu segera menghampiri nya, sambil dalam hati berkata.
-Astaga kasihan sekali anak ini, dia begitu tampan tapi sayang 11 12 sama miss Jane, Oh God apa mungkin dunia ini sudah terbolak balik, aku harus panggil anak ini apa dong, tuan atau nona, atau.....haaah bingung. (batin Lidza).
"Hey, emm aku Lidza namamu siapa?," tanya Lidza.
" Bukannya tadi kakak sudah dengar saat ayah memperkenalkan ku, untuk apa ditanyakan lagi, " ucap Damian ketus.
-Wuih gak cocok banget semua serba pink, tapi perkataan sama sifatnya seperti seorang pria kecil yang dingin dan ketus, kalau seandainya dia normal setelah dewasa anak ini pasti akan jadi pria idaman yang sangat tampan, mapan, juga kaya, incaran para gadis - gadis cantik dan para pengusaha yang memiliki anak gadis, tapi sangat disayang kan tidak cocok jadi putra Elon Bonaventura, cocoknya jadi anaknya miss Jane. (batin Lidza).
Tanpa sadar Lidza tertawa kecil karena pikiran nya, Damian yang berada disampingnya menatap tajam wanita itu.
" Apakah kau menertawakan aku? " tanya Damian dengan wajah masam.
" Eh, gak tuan nona, maaf saya tidak bermaksud.... . "
" Tuan Nona? ah kau sedang mengejekku ya?!"
-Ampun dah, nih anak kecil-kecil galak amat gak cocok tuh sama baju, bando, dan sepatu pinknya, anak ini sebenarnya normal apa gak sih, tapi dari gaya bicaranya seperti anak normal penuh ketegasan kagak ng**dek kayak miss Jane. (batin Lidza).
" Kenapa diam? apa kau sedang memikirkan bagaimana cara mengejekku lagi, " ucap Damian dengan wajah cemberut.
Melihat Damian, tiba-tiba ia mengingat adiknya Vira, kalau seandainya Vira tidak normal, pasti ibu dan dirinya akan sangat sedih, dan stres, begitu juga ortu Damian pasti sudah melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan nya.
-Eh sebentar, apakah anak ini memiliki trauma masa lalu sehingga membuatnya seperti ini, ibu bilang miss Jane jadi seperti itu juga karena traumanya, dan orang tuanya membiarkan nya saja tanpa diobati, padahal saat kecil miss Jane masih bisa normal kembali asal ada pemicu yang bisa membuat nya bertahan, apa aku coba sesuatu ya seperti dibuku psikolog yang sering kubaca, siapa tau anak ini masih bisa tertolong karena sifat laki-laki nya masih ada, hanya seleranya saja yang...., cape deh. (batin Lidza) .
"Ayo Lidza kita mulai. "
Karena terlalu larut dalam pemikiran nya tanpa sadar miss Jane dan ayah sang anak sudah berada didepan mereka.
" Ayo, Damian sayang duduk disebalah sini, kata papa kamu mau ditanam bulu mata yang lagi hits di utub ya, " ucap miss Jane.
Damian mengangguk kepalanya dengan cepat, seketika wajah masamnya tadi berubah ceria.
" Sama pakein lipstik pink, biar sama dengan baju, sepatu, dan bando yang kupakai ini, " ucap Damian antusias.
Bukannya memulai penanaman bulu mata, miss Jane malah menatap Damian dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan, ia tidak menyangka ternyata anak dari putra konglomerat ini mengalami trauma yang hampir mirip dengannya, dan ingin menjadi wanita seperti dirinya.
Lidza terus memperhatikan miss Jane yang belum bergerak sama sekali tatapannya terus tertuju ke Damian, Lidza tahu saat melihat Damian pasti miss Jane mengingat trauma masa lalunya kembali, dan berharap Damian masih bisa kembali normal, jangan sampai seperti nya.
-Apa aku coba memberanikan diri saja ya, tapi ini keluarga Bonaventura, kalau aku salah bicara, dan membuat anaknya marah atau menangis hidupku juga miss Jane bisa the end, gimana ibu dan adikku Vira, tapi kalau dibiarkan anak itu bisa seperti miss Jane nantinya, baiklah aku akan mencoba nya. Tuhan hamba cuma ingin menolong anak ini, semoga berhasil. (batin Lidza).
"Ehem, aduh sayang sekali kamu tampan loh adik kecil, kalau besar nanti pasti bakalan banyak wanita yang tergila-gila padamu, coba seandainya kamu bisa jadi pria sejati aku pasti....., " Lidza berhenti berkata sebentar.
Mendengar suara Lidza, miss Jane pun tersadar dari lamunannya.
" Maksud kakak? " Damian mengerutkan alisnya.
Elon yang sedang membaca buku di sofa tunggupun, menghentikan bacaannya lalu menatap tajam kearah Lidza.
-Biasanya anak seusia Damian ini masih lugu juga labil, di rayu atau di puji dikit pasti akan terpancing atau tersipu malu, dan merasa bangga. (batin Lidza).
Miss Jane yang melihat perubahan raut wajah Elon juga Damian, cepat-cepat memperingati Lidza.
"Hey Lidza apa yang sedang ye lakukan, hentikan! jangan sembarangan bicara dengan keluarga Bonaventura, atau kau, akika, juga salon ini bisa kena masalah, " bisik miss Jane.
Braaak
Elon membanting buku yang tadi dibacanya ke atas meja dengan keras.
" Apa maksud mu mengatakan hal itu kepada putraku hah?! " bentak Elon.
Tatapan tajam Elon arahkan ke Lidza, kalau itu sebuah pedang, mungkin sudah tembus dan membunuh Lidza.
"Ah tuan, maafkan ponakan akika ini dia baru beberapa bulan kerja disini, usianya baru 17 tahun, suka tidak dipikir dulu sebelum berbicara, harap tuan mau memaafkannya, " mohon miss Jane.
Lalu miss Jane menatap Lidza.
" Lidza cepat minta maaf dengan tuan Elon juga putranya sekarang, " tegas miss Jane.
" A...aku, ha...hanya menyukai Damian putra anda saat pertemuan pertama tadi, " teriak Lidza.
" HAH, APA?! " ucap Elon dan miss Jane serempak.
Bersambung....